BAB 1 TEMAN PERTAMA

Darahku mendesir dan keringatku langsung membanjir begitu mengetahui bahwa korban kecelakaan itu adalah sopir yang beberapa saat yang lalu mengantarkanku dan lenyap dengan seketika dari pandanganku ketika aku akan membayar ongkosnya. Darah mengalir dari lubang telinga pria berambut pendek tersebut. Jalan mendadak macet karena orang-orang menghentikan kendaraannya di sekitar lokasi kejadian tersebut.

"Orang mana? Orang mana?" itulah yang sebagian besar diucapkan oleh orang-orang yang baru saja melihat kejadian tersebut. Dan tak satu pun dari orang-orang itu yang mengenal orang tersebut.

"Kayaknya orang ini baru saja jadi sopir angkot? Wajahnya terlihat asing," jawab salah satu orang.

"Iya. Saya tiap hari naik angkot, tapi tidak pernah melihat wajah orang ini," jawab salah satu dari mereka.

Aku mendengarkan saja omongan orang-orang itu. Aku tidak mungkin bercerita kepada mereka bahwa roh sopir ini baru saja mengantarku. Aku hanya memendam sendiri cerita itu dengan masih menyimpan tanda tanya besar, mengapa roh Pak Sopir ini sempat-sempatnya mengantarku ke sekolah beberapa saat sebelum ia meninggal?

"Ayo, pinggirkan dulu jenazahnya dan kita tutup dengan koran sambil menunggu polisi datang!" ucap salah satu dari orang-orang itu.

"Iya benar, supaya jalanan tidak macet dan bisa menimbulkan kecelakaan yang lain," jawab yang lain.

Tanpa dikomando, orang-orang itu membagi tim dengan sendirinya. Ada yang mengangkat jenazah pria itu, ada yang mengatur arus lalu lintas.

"Sudah ada yang nelpon polisi?" tanya pria berkaos putih.

"Sudah, Pak. Barusan saya yang nelpon pake telepon umum di depan sekolah itu," jawab pria berkemeja biru.

"Ayo, kita angkat jenazah ini ke pinggir!" ajak pria berkaos putih itu. Beberapa orang segera membantu pria berkaos putih itu untuk mengangkat jenazah Pak Sopir.

"Dik ... Dik ..." panggil salah satu dari orang yang mengangkat jenazah sopir itu ke arahku.

"Iya, Pak!" jawabku dengan terkejut.

"Tolong kamu ambilkan dompet sopir ini yang jatuh itu!" ucap orang itu sambil memberikan kode lokasi jatuhnya dompet dengan lirikan matanya karena kedua tangannya digunakan untuk mengangkat jenazah.

"I-iya, Pak," jawabku terbata-bata karena sedikot terkejut.

Aku pun memungut dompet berwarna hitam yang ada dua meter di depanku. Setelah itu aku berjalan mengikuti arah mereka menggotong jenazah Pak Sopir. Mereka meletakkan jenazah sopir malang itu di atas trotoar di pinggir jalan. Dengan alas seadanya, jenazah sopir itu dibaringkan terlentang. Kedua tangannya disedakepkan. Kemudian jenazah itu pun ditutup dengan koran-koran bekas yang diberikan oleh salah satu orang yang kebetulan lewat.

"Pak, ini dompetnya mau dipegang siapa?" tanyaku pada orang-orang itu sambil menjulurkan dompet hitam yang beberapa saat yang lalu kupungut dari tanah.

"Kamu buka saja dulu dompetnya, Dik. Siapa tahu ada KTP korban di dalamnya!" jawab pria berkaos putih itu.

"Iya, Dik. Buruan buka saja dompetnya!" teriak pria berkemeja biru.

Dengan gemetar aku pun membuka dompet itu disaksikan oleh bapak-bapak itu. Ternyata di dalam dompet itu hanya ada dua lembar uang seribuan dan sebuah foto. Sedangkan KTP-nya tidak ada.

"Pak, ternyata di dalam dompet orang ini tidak ada KTP. Yang ada hanya uang dua ribu rupiah dan foto ini," ucapku sambil menunjukkan isi di dalam dompet kepada mereka.

"Coba saya mau lihat fotonya, Dik!" kata orang berkemeja biru.

"Ini, Pak." Jawabku.

Kemudian orang itu mengamati foto itu. Orang-Orang yang lain pun berkerumun melihat foto itu. Ada satu orang yang mengambil dompet dari tanganku dan memeriksa dengan teliti isi di dalamnya. Sayangnya, orang itu pun tidak menemukan benda penting lainnya. Aku pun menyerahkan uang dua ribu rupiah itu kepada ornag itu. Orang itu pun memasukkan kembali uang itu ke dalam dompet seperti keadaan semula. Bapak-Bapak masih sibuk memeriksa foto yang kutunjukkan tadi.

"Ada yang kenal nggak dengan anak di dalam foto ini?" tanya pria berkemeja biru.

"Nggak pernah lihat. Mungkin itu foto anaknya," jawab pria berkaos putih.

"Tunggu! Sepertinya saya pernah melihat anak ini," celetuk salah satu orang. Orang yang lain pun menoleh ke arah pria itu.

"Kamu yakin, Pak?" tanya salah satu orang di sebelahnya.

"Iya. Tapi saya lupa di mana saya pernah melihatnya," jawab pria itu.

"Halah ... Sama saja bohong kalau begitu," protes salah satu orang.

"Saya beneran loh. Namanya juga sudah tua, jadi saya mudah lupa," jawab pria itu membela diri.

Merasa tidak mendapat jawaban, akhirnya foto itu kembali diserahkan kepadaku. Aku melihat sekilas.

"Cantik ... Dan usianya kayaknya sekitar dua tahun di bawahku," ucapku di dalam hati seraya menyerahkan foto itu kepada bapak yang memegang dompet. Ia juga melihat sekilas dan memasukkan foto itu ke dalam dompet serta melmasukkan dompet ke saku yang berada di celana jenazah itu.

"Dik, sebaiknya kamu segera masuk ke pagar sekolah. Ntar kamu dihukum kalau sampai terlambat," ucap pria berkemeja biru kepadaku.

"Iya, Pak. Terima kasih," jawabku sambil meninggalkan kerumunan itu.

Aku melangkah menuju gerbang sekolah dengan masih penuh tanda tanya besar di dalam pikiran.

"Kenapa roh orang itu mendatangiku, dan siapa foto anak perempuan di dompet pria itu? Kenapa darahku tiba-tiba mendesir ketika aku melihat foto itu?"

Jalanan sudah tidak semacet tadi, tapi masih banyak orang yang berhenti sejenak untuk melihat wajah jenazah itu. Mungkin mereka ingin memastikan kalau korban kecelakaan itu bukanlah orang yang mereka kenal. Sebagian besar orang hanya melihat dari jauh karena tidak tega melihat darah. Darah yang mengucur di sekitar aspal sudah ditutupi dengan pasir oleh orang-orang. Beberapa saat kemudian terdengarlah suara sirine ambulan. Jenazah itu diangkut oleh ambulan. Pasti jenazah itu akan dibawa menuju ke rumah sakit. Beberapa polisi mewawancarai orang-orang yang berkerumun di sekitar tempat kejadian. Aku sudah akan memasuki gerbang sekolah, ketika aku melihat seorang anak seusiaku sedang duduk-duduk di depan gapura dengan kemeja berwarna putih dan celana berwarna hitam. Kedua mataku beradu tatap dengan anak itu. Kami memang tidak saling mengenal, tapi saya yakin dia juga adalah siswa baru sama sepertiku.

"Permisi ...," sapaku.

"Iya ...," jawabnya.

"Kamu siswa baru, ya?" tanyaku.

"Iya. Kamu juga siswa baru, kan?" tanya anak itu.

"Kenalkan nama saya Imran," ucapku sambil menjulurkan tangan kanan.

"Nama saya Bondan," jawab anak itu.

"Kamu berasal dari mana?" tanyaku lagi.

"Saya dari Banyusari," jawab Bondan.

"Loh, bukannya Banyusari itu kabupaten sebelah yang terkenal dengan-"

"Santet?" potongnya dengan nada datar.

"Jauh banget rumahmu, ya?" tanyaku lagi berusaha mengalihkan pembicaraan karena tidak enak membicarakan stereotype negatif daerah orang.

"Iya. Aku kos di dekat sini," jawabnya enteng.

"Oooo ...," jawabku terheran-heran karena remaja seusiaku sudah bisa hidup mandiri terpisah dengan orang tua demi menuntut ilmu.

"Kamu asli sini, kan?" tanyanya kemudian.

"Iya. Aku tinggal di dekat sini," jawabku.

"Ayo kita buruan masuk saja! Sudah hampir jam tujuh," ucap Bondan sambil melirik ke arlojinya. Arlojinya mirip sekali dengan milik Mbah Nur yang dipakai menjadi alat bukti pembunuhan terhadap Mbah Lastri.

"Hus! Pagi-Pagi sudah melamun," tegur Bondan.

"Eh ... tidak kok. Aku tidak melamun," jawabku mengelak.

"Halah .. Kamu nggak usah bohong. Kelihatan kok barusan pandangan matamu kosong kayak habis ngelihat hantu saja," jawab Bondan.

"He he ...," Aku hanya menjawab dengan senyuman.

Saat kami berdua melangkah ke arah gerbang, tiba-tiba aku mendengar suara langkah diseret di belakangku. Kami berdua menoleh ke belakang.

"Loh, itu kan?" gumamku dengan terkejut.

BERSAMBUNG

Hai, Kak. Terima kasih sudah mau membaca karyaku ini. Tolong biasakan menulis komentar, ya, di setiap episode. Nanti, kalau episodenya banyak, aku mau ngadain give away dengan syarat harus menulis komentar di setiap episode.

Pak Mamat jualan tomat

Pak Mun jualan kue tar

Jangan nunggu sampai tamat

Setiap episode pastikan nulis komentar

Terpopuler

Comments

Reyxxyz

Reyxxyz

caerutanya bikin penasaran

2024-05-26

0

Tantina Wyvaldia

Tantina Wyvaldia

menakutkan, mengejutkan, penasaran, nungguin kelanjutan

2024-04-21

0

Susi Hidayati Yukky

Susi Hidayati Yukky

makin penasaran

2023-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 BAB 1 TEMAN PERTAMA
3 BAB 2 GADIS TOMBOY
4 BAB 3 SIAPA DIA
5 BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6 BAB 5 KAMAR MAYAT
7 BAB 6 SEBUAH PESAN
8 BAB 7 TERJEBAK
9 BAB 8 TOLOOONG
10 BAB 9 TERNYATA
11 BAB 10 SEBUAH MISTERI
12 BAB 11 SEBUAH FAKTA
13 BAB 12 RUANGAN KECIL
14 BAB 13 ADA SESUATU
15 BAB 14 SATPAM
16 BAB 15 SEBUAH RASA
17 BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18 BAB 17 DAERAH TERLARANG
19 BAB 18 PARTNER BARU
20 BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21 BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22 BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23 BAB 22 TERNYATA
24 BAB 23 DIGANGGU
25 BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26 BAB 25 KEJUTAN
27 BAB 26 : MIE AYAM
28 BAB 27 : TAK SENGAJA
29 BAB 28 JALAN MAWAR
30 BAB 29 GAGAL?
31 BAB 30 TAKUT
32 BAB 31 DITEROR
33 BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34 Bab 33 Perempuan Berpayung
35 BAB 34 KISAH MBAH NUR
36 BAB 35 TAK DIANGGAP
37 BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38 BAB 37 PENAMPAKAN
39 BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40 BAB 39 DOKUMEN LAMA
41 BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42 BAB 41 LANTAI KEDUA
43 BAB 42 RUANG RAHASIA
44 BAB 43 TAK DISANGKA
45 BAB 44 TERDESAK
46 BAB 45 TAKUT
47 BAB 46 ALIBI
48 BAB 47 BUKU PEGAWAI
49 BAB 48 TETANGGA
50 BAB 49 ANAK PUNGUT
51 BAB 50 SIRNA
52 BAB 51 GUBUK
53 BAB 52 PERSAHABATAN?
54 BAB 53 THE GENGS
55 BAB 54 WAWANCARA
56 BAB 55 DISKUSI
57 BAB 56 KAKAK BERADIK
58 BAB 57 PENCARIAN
59 BAB 58 : BAU BUSUK
60 BAB 59 : BERBEDA
61 BAB 60 : TAK DISANGKA
62 BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63 BAB 62 BERHATI-HATI
64 BAB 63 TANGKAP
65 BAB 64 : RENCANA
66 BAB 65 EMOSI
67 BAB 66 : MENJAGA LILIN
68 BAB 67 : LUPA
69 BAB 68 : KEMENANGAN
70 BAB 69 : PENJELAJAHAN
71 BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72 BAB 71 : POS KEDUA
73 BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74 BAB 73 : LABIRIN
75 BAB 74 : TEMPAT ASING
76 BAB 75 NYI HANUM
77 BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78 BAB 77 : JATMIKO
79 BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80 BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81 BAB 80 PANIK
82 BAB 81 : JATUH
83 BAB 82 : PERJUANGAN
84 BAB 83 TERLALU SAYANG
85 BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86 BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87 BAB 84 : DINDA DAN RONI
88 BAB 85 : DINDA OH DINDA
89 BAB 86 : MUNCUL
90 BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91 BAB 88 : PUTARAN MAUT
92 BAB 89 : TERPEROSOK
93 BAB 90 : TERAKHIR
94 BAB 91 : GODAAN
95 BAB 92 : PERJUANGAN
96 BAB 93 : TERLALU SAYANG
97 PENUTUP SEASON PERTAMA
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Prolog
2
BAB 1 TEMAN PERTAMA
3
BAB 2 GADIS TOMBOY
4
BAB 3 SIAPA DIA
5
BAB 4 LORONG RUMAH SAKIT
6
BAB 5 KAMAR MAYAT
7
BAB 6 SEBUAH PESAN
8
BAB 7 TERJEBAK
9
BAB 8 TOLOOONG
10
BAB 9 TERNYATA
11
BAB 10 SEBUAH MISTERI
12
BAB 11 SEBUAH FAKTA
13
BAB 12 RUANGAN KECIL
14
BAB 13 ADA SESUATU
15
BAB 14 SATPAM
16
BAB 15 SEBUAH RASA
17
BAB 16 SEBUAH PETUNJUK
18
BAB 17 DAERAH TERLARANG
19
BAB 18 PARTNER BARU
20
BAB 19 PETUGAS PERPUSTAKAAN
21
BAB 20 INFORMASI BERHARGA
22
BAB 21 TANDA DARI ALAM GHAIB
23
BAB 22 TERNYATA
24
BAB 23 DIGANGGU
25
BAB 24 MENCARI PETUNJUK
26
BAB 25 KEJUTAN
27
BAB 26 : MIE AYAM
28
BAB 27 : TAK SENGAJA
29
BAB 28 JALAN MAWAR
30
BAB 29 GAGAL?
31
BAB 30 TAKUT
32
BAB 31 DITEROR
33
BAB 32 PEREMPUAN MISTERIUS
34
Bab 33 Perempuan Berpayung
35
BAB 34 KISAH MBAH NUR
36
BAB 35 TAK DIANGGAP
37
BAB 36 KENANGAN MASA KECIL
38
BAB 37 PENAMPAKAN
39
BAB 38 PERBEDAAN PENDAPAT
40
BAB 39 DOKUMEN LAMA
41
BAB 40 KEPALA SEKOLAH
42
BAB 41 LANTAI KEDUA
43
BAB 42 RUANG RAHASIA
44
BAB 43 TAK DISANGKA
45
BAB 44 TERDESAK
46
BAB 45 TAKUT
47
BAB 46 ALIBI
48
BAB 47 BUKU PEGAWAI
49
BAB 48 TETANGGA
50
BAB 49 ANAK PUNGUT
51
BAB 50 SIRNA
52
BAB 51 GUBUK
53
BAB 52 PERSAHABATAN?
54
BAB 53 THE GENGS
55
BAB 54 WAWANCARA
56
BAB 55 DISKUSI
57
BAB 56 KAKAK BERADIK
58
BAB 57 PENCARIAN
59
BAB 58 : BAU BUSUK
60
BAB 59 : BERBEDA
61
BAB 60 : TAK DISANGKA
62
BAB 61 MENYAMPAIKAN INFO
63
BAB 62 BERHATI-HATI
64
BAB 63 TANGKAP
65
BAB 64 : RENCANA
66
BAB 65 EMOSI
67
BAB 66 : MENJAGA LILIN
68
BAB 67 : LUPA
69
BAB 68 : KEMENANGAN
70
BAB 69 : PENJELAJAHAN
71
BAB 70 : RASA TAKUT YANG BERBEDA
72
BAB 71 : POS KEDUA
73
BAB 72 : KAKEK MISTERIUS
74
BAB 73 : LABIRIN
75
BAB 74 : TEMPAT ASING
76
BAB 75 NYI HANUM
77
BAB 76 : RUMAH NYI SUKMA
78
BAB 77 : JATMIKO
79
BAB 78 : PERMAINAN PERTAMA
80
BAB 79 DIKEJAR WAKTU
81
BAB 80 PANIK
82
BAB 81 : JATUH
83
BAB 82 : PERJUANGAN
84
BAB 83 TERLALU SAYANG
85
BAB 82 : TANTANGAN KEDUA
86
BAB 83 : BUKAN KOLAM BIASA
87
BAB 84 : DINDA DAN RONI
88
BAB 85 : DINDA OH DINDA
89
BAB 86 : MUNCUL
90
BAB 87: JUNGKAT-JUNGKIT
91
BAB 88 : PUTARAN MAUT
92
BAB 89 : TERPEROSOK
93
BAB 90 : TERAKHIR
94
BAB 91 : GODAAN
95
BAB 92 : PERJUANGAN
96
BAB 93 : TERLALU SAYANG
97
PENUTUP SEASON PERTAMA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!