Gue tidak memperdulikan Bang Codet dan anak buahnya yang sedari tadi berdiri di gerbang parkiran. Fokus gue saat ini membantu Ujang dan Anto yang sedang mengarahkan mobil yang keluar masuk parkiran. Jangan sampai terjadi kemacetan karena mobil - mobil yang mau menjemput anaknya.
Ujang memberikan kode ke gue kalau ada Bang Codet melalui matanya. Gue menjawab kode dari dari Ujang dengan isyarat dua jari yang menunjuk ke mata dan ke mobil. Tanda bahwa Ujang harus fokus pada mobil yang sedang lalu lalang.
Anto sibuk membantu anak - anak yang akan masuk ke mobil yang menjemput mereka sedang Ujang mengatur lalu lintas setelah melihat kode yang gue berikan tadi.
"Lan, bang Codet belum pergi juga." Anto mendekati gue setelah membantu Cathrine masuk ke mobil Innova yang menjemputnya.
"Udah, tenang aja." Gue menjawab sambil berlalu menjauhi Anto. Gue mendekati beberapa penjemput dan mengarahkan mereka ke gerbang sekolah. Bahasa Inggris gue yang belepotan lumayan nolong lah kalau situasi gini.
Satu jam kami bertiga sibuk dengan mobil dan para penjemput. Kami akhirnya bisa bernapas lega setelah semua selesai. Parkiran sudah mulai sepi, hanya ada beberapa mobil lagi yang masih terparkir rapi.
Gue, Ujang dan Anto menuju ke base camp. Bangunan yang kami sebut base camp adalah bangunan semi permanen dengan tinggi tembok satu meter, sehingga kami bertiga masih bisa mantau keadaan area parkir. Tempat ini juga menjadi tempat untuk kami istirahat dan berlindung dari panas dan hujan.
Gak berselang lama Bang Codet datang ke base camp. "Lana" Sapanya dengan senyum genit yang tercetak dibibirnya.
"Rokok bang." gue meletakan kotak rokok gue di depan Bang Codet. "Jang, pesen kopi." Ujang menurut, ia bangkit dari duduknya meninggalkan gue dan Anto bersama Bang Codet dan dua anak buahnya.
Bang Codet duduk di sebelah gue, karena gue ngerasa duduk dia duduk terlalu dekat, jadi gue bergeser memberikan jarak.
"Ya elah, Lan gak usah takut gitu." asap keluar dari mulutnya. Mata Bang Codet bergerilya memperhatikan keadaan base camp.
Gue tersenyum kaku. Gue bukan takut, gue hanya gak mau aja bang Codet ambil kesempatan buat nyenggol - nyenggol gue.
"Abang nyariin gue?" gue to the point aja. Basa basi nya cukup dengan ngasiin rokok gue
"Gue liat parkiran tambah rame, Lan." Bang Codet, Pria berbadan besar, berkulit gelap karena terbakar matahari. Pakaian khas preman, kaos hitam dengan gambar seram, celana jins robek dan juga bertato. Sama seperti penampilan gue. Hanya saja kulit gue lebih glowing.
"Sesuai sama murid sekolah aja, bang." Gue menghisap rokok yang terselip dijari gue.
"Gue mau lu bayar iuran keamanan ke gue." Anak buah Bang Codet yang sedari tadi berdiri di belakang gue melangkah maju lebih dekat dari sebelumnya. Gue tahu Bang Codet sedang ingin pamer kekuatannya ke gue.
"Bukannya gue gak mau bang, cuman ini kan yang ngelola uwak Madin, dan ini tanah sekolah jadi mendingan lu ngomong langsung ke uwak Madin. Kalau uwak Madin bilang bayar, gue pasti bayar." Gue jawab santai sambil tetap waspada dengan laki - laki yang berdiri dibelakang gue.
"Halah gak usah lewat Madin. Lu langsung bayar ke gue." Bang Codet mulai emosi.
"Gak berani gue bang, yang ada uwak Madin ngamuknya ke gue." Keadaan menjadi tegang, karena gue tahu Bang Codet tidak menerima penolakan.
Tiba - tiba gue ngerasa ada tangan di pundak gue, gue secara spontan langsung memegang tangan itu, menarik dan memelintirnya dengan kuat.
"Aauuwww... " gue bisa denger rintihan orang sakit dari belakang gue.
Brak!
Bang Codet memukul meja dihadapannya. "Lu berani sama gue?!" gue ditunjuk - tunjuk.
Gue lepasin tangan yang gue pelintir. "Sorry bang, gue reflek. Gue kira ada yang mau kurang ajar ke gue." gue jawab dengan santai.
"Aauuww!!" bang Codet narik rambut gue dari belakang. Gue pegang tangan yang menarik rambut gue agar tidak menarik rambut gue lebih kencang lagi. Bang Codet maksa gue berdiri dengan narik rambut gue, memaksa gue berjalan ke arah tembok. Gue tahu, dia mau membenturkan kepala gue ke tembok, tapi sebelum itu terjadi, gue lebih dulu menginjak kaki kanannya.
Begitu Bang Codet lengah karena kakinya sakit, satu tinjuan melayang ke pipi kirinya. BUG! "Ba**sat!" makinya. Bang Codet terhuyung kebelakang sambil memegangi pipinya.
"Lu liat hukuman dari gue, Lana!"
Bang Codet melayangkan pukulannya. Gue berhasil menghindar beberapa kali, begitu ada celah, gue tangkep tangan Bang Codet. BUG! gue mendaratkan lutut gue diperutnya.
Anto sudah dalam posisi siaga. Dia berdiri dan memasang kuda - kuda bersiap menerima serangan dari anak buah Bang Codet.
Dua anak buah Bang Codet mendekat, satu ditangani Anto, satu lagi bagian gue. Gue pasang kuda - kuda. Mata gue gak lepas dari setiap gerakannya. Gue mau ini cepat selesai, jangan sampai sekolah tahu kalau ada keributan diparkiran.
Tangan yang mau memukul gue, gue tangkap. Gue pelintir dan gue kunci di punggungnya. "Aauuwww!!!" Teriaknya.
BUG!! Gue pukul tengkuknya dengan siku tangan gue yang masih bebas bergerak.
"Abang pergi sekarang sebelum gue panggil polisi." gue ngancam Bang Codet yang masih tergolek dilantai.
Bang Codet memerintahkan anak buahnya untuk pergi. Begitu semua aman, gue duduk lagi di sofa. Sofa lama bekas di rumah uwak Madin.
"Lah pada kemana?" Ujang datang dengan nampan berisi beberapa gelas kopi. Matanya mencari - cari tamu tidak diundang yang tadi membuat onar.
"Lu beli kopi dimana, hah? Lama amat." Anto mengambil segelas kopi.
"Rame, Nyet. Bang Codet udah pergi?"
Gue juga mengambil segelas kopi, "Udah. Sisanya lu bawa ke pos satpam sana."
"Demen banget lu nambahin kerjaan gue." walaupun mengeluh tapi Ujang tetap pergi mengantarkan kopi ke pos satpam.
Gue kembali menyalakan sebatang rokok. Pandangan gue mengarah ke parkiran, mata gue berhenti pada sosok oppa Korea yang tadi pagi mengantar Peri Kecil. Matanya menatap tajam ke base camp. Sepertinya tadi dia melihat perkelahian yang terjadi. Pandangan kami bertemu selama beberapa detik, sampai akhirnya si oppa Korea melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah.
Tak lama, oppa Korea kembali masuk parkiran dengan menggandeng tangan peri kecil. Senyum gadis kecil itu sungguh manis. Wajah peri kecil terlibat bahagia. Ia tidak berhenti tersenyum selama berbicara dengan ayahnya
Hayo... like, komen dan mawarnya jangan dikasi kendor ya...
follow IG emak, yuk @bydarl.2021
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Uvie El Feyza
keren,, Aku suka karakter lana yg kuat
2021-08-20
0
Shellia Vya
Bakal jodohmu itu Lan
2021-08-01
0
Nur Hidayah
berani gak ys oppa korea deketin gadis tomboy
2021-06-10
1