Saat ini Felysia sudah berada di dalam kamar hotel yang di sewa olehnya dan juga Owen. Sudah sekitar satu jam ia menunggu Owen tapi tidak ada tanda tanda jika Owen akan segera kembali ke kamar mereka.
Sudah beberapa kali ia mencoba untuk menghubungi Owen tapi hanya suara operator yang bisa ia dengar.
Felysia berjalan kesana kemari berpikir apakah ia harus menghubungi Vincent untuk mengetahui yang sebenarnya atau ia harus percaya pada Owen yang adalah kekasihnya sendiri.
Pikirannya seketika buntu dan tidak tahu harus bagaimana.
Dengan sedikit ragu ia mencoba mendial nomor Vincent yang sudah ia salin ke ponselnya.
Felysia mengigit jari jarinya gugup selama menunggu panggilan yang belum di angkat oleh Vincent. Ia tidak tahu ini adalah keputusannya yang paling benar atau apa.
Tapi hati kecilnya seakan mengatakan apa yang ia lakukan ini adalah hal paling benar.
Vincent : Halo
Felysia terdiam saat Vincent sudah mengangkat panggilannya.
Vincent : Kalo nggak bicara aku tutup ya
Felysia : Eh jangan di tutup ini aku Felysia
Vincent : Oh kamu, kenapa?
Ingin rasanya Felysia menendang Vincent saat ini. Ia yang menawarkan untuk mengetahui kebenaran eh ia juga yang bertanya kenapa.
Felysia : Itu soal yang kamu bilang tadi kebenaran tentang pasangan pasangan kita
Vincent : Oh soal itu. Kamu udah berubah pikiran buat tau yang sebenarnya?
Felysia : Iya aku pengen tau yang sebenarnya. Tapi aku masih yakin kalo Owen bukan pria kayak gitu
Vincent : Yaudah ngapain kamu nelfon aku kalo kamu lebih percaya sama kekasih kamu?
Felysia : Aku hanya ingin memastikannya saja.
Vincent : Baiklah jam 4 pagi kita bertemu di lantai 4
Setelah berkata seperti itu Vincent langsung memutuskan panggilan mereka.
Felysia terduduk di tempat tidur setelah panggilan tersebut. Ia tidak tahu kenapa ia mulai merasa ragu dengan Owen, karena ini bukan pertama kalinya ia tinggalkan oleh Owen tanpa kabar seperti ini.
Dulu waktu mereka dinner bersama tiba tiba Owen pergi setelah mendapatkan panggilan masuk dari papanya. Dan Owen tidak pernah kembali saat itu yang membuat Felysia harus pulang dengan rasa kecewa.
Dan di pagi harinya Owen datang ke rumahnya dengan membawa sebuket bunga meminta maaf karena meninggalkannya semalam dengan alasan ada pekerjaan mendadak di kantor.
Tapi kali ini berbeda lagi. Mereka tidak berada di Jakarta dan Owen juga sudah sempat bilang kalau ia sudah menghandle pekerjannya untuk seminggu kedepan.
"Aku nggak tau harus percaya kamu atau bagaimana. Tapi kalo memang yang di katakan adalah sebuah kebenaran, kamu udah berhasil hancurin hati aku"
Dengan perasaan sesak walaupun belum pasti dengan apa yang akan ia lihat nanti Felysia membaringkan tubuhnya untuk tidur.
Pukul 04.00 AM
Felysia masuk kedalam lift dengan langkah pasti. Ia harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di belakanganya selama ini hingga Owen selalu bertingkah aneh yang sangat di sadari oleh Felysia tapi Felysia hanya memilih untuk diam.
Saat ia sampai di lantai empat, ia bisa melihat Vincent yang terlihat berdiri dengan santai di dekat salah satu pintu dengan menggunakan pakaian serba hitam dan tanpa kacamata.
Entah apa yang di pikirkan oleh Vincent hingga memakai pakaian seperti itu.
Tapi kalau boleh jujur Vincent terlihat tampan di mata Felysia saat ini.
"Mereka dimana?" tanya Felysia tidak ingin basa basi.
Vincent menunjukkan pintu tempat ia berdiri sekarang.
Felysia dengan cepat ingin mengetok pintu tersebut tapi tangannya langsung di tahan oleh Vincent.
"Jangan ganggu dulu, kayaknya mereka baru saja bangun dan sedang menghangatkan tubuh" ucap Vincent.
Felysia menatap tidak suka Vincent yang mengatakan hal tersebut.
"Darimana kamu tau kalo mereka seperti itu?" tanya Felysia.
"Hanya sedang menebak aja. Kamu tunggu aja pasti sebentar lagi kekasih tersayang kamu akan menghubungi kamu" ucap Vincent.
Tidak berapa lama Owen benar benar menelfon Felysia.
"Loud speaker" ucap Vincent yang di turuti oleh Felysia.
Ia mengangkat panggilan itu dan tidak lupa menloudspeaker ponselnya.
Owen : Sayang, maaf semalam aku nggak bisa ngabarin kamu karena tiba tiba papa nyuruh aku buat ke rumah nenek
Vincent mendengarkan dengan senyuman di bibirnya. Suara pria itu terdengar sangat serak seperti baru saja selesai menghabiskan sesuatu yang panas.
Felysia : Nggak apa apa. Aku tunggu kamu balik ke hotel. Aku tidur dulu ya masih ngantuk
Felysia langsung mematikan panggilan tersebut.
"Darimana kamu bisa tau kalo Owen akan nelfon aku tadi?" tanya Felysia penasaran.
Vincent mengambil salah satu headset di telinganya dan memberikannya pada Felysia agar ia bisa mendengarkan apa yang sedari tadi ia dengar.
Felysia tidak menyadari jika ternyata Vincent memakai headset di kedua telinganya karena terlalu sibuk dengan pemikirannya tentang Owen.
..."Gimana kekasih kamu yang bodoh itu percaya sama kamu?"...
..."Tentu dia percaya sama aku karena selama ini aku selalu memperlakukan dia dengan baik"...
..."Kasihan sekali wanita bodoh itu harus di bohongi oleh pria br*ngs*k seperti dirimu"...
..."Hahaha. Dia adalah mainan paling yang aku suka. Walaupun dia tidak mau saat aku ajak untuk melakukan hal lebih tapi karena sikap pengertiannya itu membuat aku suka padanya"...
Cukup.
Cukup sudah Felysia tidak ingin mendengarkan apa apa lagi. Pria yang selama ini ia anggap adalah pria baik baik ternyata selama ini ia salah.
Owen hanyalah pria berotak b*ngs*at yang berkedok orang baik.
"Nih kartu buat buka kunci kamar ini. Aku harap kamu nggak nangis di dalam, walaupun nantinya kamu akan nangis tapi jangan menangis di depan pria b*j*ng*n seperti dia"
Felysia mengambil kartu yang di sodorkan oleh Vincent. Sebelum ia membuka kunci kamar itu ia menghapus airmata yang sempat mengalir di kedua pipinya.
"Bagaimana kalo mereka mengunci kamar ini dari dalam?" tanya Felysia.
"Come on, hotel ini di desain hanya dengan memakai kartu yang bisa membuka dan menutup pintunya. Buka saja pintunya kalo kamu mau tapi kalo nggak mau juga aku nggak akan memaksa.
Felysia menyodorkan kartu itu di tempat untuk membuka kunci kamar tersebut.
Vincent memberi kode pada Felysia untuk masuk terlebih dahulu.
Prok
Prok
Prok
"Bagus banget ya kamu, aku nungguin dan khawatir semalam kamu nggak ada kabar dan nggak tau kemana, eh malah asik asiknya sama cewe lain" ucap Felysia berjalan menghampiri Owen dan Nesya yang sedang asik berciuman.
Seketika baik Owen dan Nesya sama sama gelagapan sendiri ketika melihat kehadiran Felysia dan juga Vincent yang memilih duduk di sofa dan memangku satu kakinya.
"Sayang, aku bisa jelasin ini nggak seperti yang kamu lihat" ucap Owen berusaha untuk membuat alasan yang sebenarnya tidak akan ada gunanya sama sekali.
Felysia tersenyum miring.
"Terus yang aku lihat sekarang ini apa?" tanya Felysia yang tidak bisa di jawab oleh Owen.
"Dan oh ups aku nggak salah lihat. Vincent bukankah dia kekasih kamu yang mengaku sakit perut dan pergi ke toilet?" ucap Felysia menunjuk Nesya dan melihat ke arah Vincent.
"Tidak lagi setelah apa yang dia perbuat" ucap Vincent bangun dari duduknya dan berdiri di samping Felysia.
"Vincent maafin aku" ucap Nesya dengan muka memelas.
Vincent hanya tersenyum mendengar perkataan Nesya tanpa ada niat untuk menjawab.
"Oh ya karena kalian berdua ternyata sudah memiliki hubungan di belakang kita, kalo begitu kita juga harus mengatakan yang sebenarnya jika selama ini aku dan Felysia juga mempunyai hubungan tanpa kalian ketahui" ucap Vincent yang di angguki oleh Felysia.
"Owen Owen, kamu pikir aku wanita bodoh seperti yang kamu pikirkan? Kamu salah Owen" ucap Felysia.
"Aku nggak percaya dengan yang kalian katakan sebelum aku melihat bukti" ucap Owen emosi.
"Kamu mau bukti? Oke aku kasih kamu bukti" ucap Vincent.
Ia menangkup kedua pipi Felysia dengan kedua tangannya dan langsung mencium bibir Felysia. Felysia tentu kaget tapi ia mencoba untuk terlihat biasa saja karena ia tidak ingin terlihat lemah di depan Owen dan juga Nesya.
"Mau perlu bukti apa lagi? Haruskah aku dan Vincent melakukan hal yang sama seperti kalian juga?" tanya Felysia melipat tangannya di dada.
Sedangkan Vincent sudah beralih memeluk pinggang Felysia dengan possessive.
"She's mine" ucap Vincent menatap ke arah Owen dengan senyum kemenangan.
Bisa ia lihat jika Owen terlihat sangat emosi dengan apa yang telah ia lakukan tadi yaitu mencium Felysia. Tapi ia tidak peduli ia tidak perlu merasa bersalah pada Owen.
"Kamu pergi dulu, selamat menikmati waktu kalian" ucap Felysia dan mengajak Vincent untuk keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
el Putriᵉˡ̳༆
mantab si vincent
2021-04-26
1
Nadia Rohmatika
semangat berkarya thor
2021-04-17
1
Alifa Aliakbar
💪💪💪💪👌👌
2021-04-14
1