Terpaksa Mau Menikah
Hari yang begitu cerah, secerah hati seorang gadis yang terlihat sangat bersemangat untuk pergi berlibur bersama dengan tunangannya.
Felysia Deolinda gadis berusia 25 tahun yang baru saja menyelesaikan kuliahnya. Dan mendapatkan hadiah dari sang kekasih untuk pergi berlibur.
Saat ini ia sedang menunggu sang kekasih yang akan menjemputnya sambil memainkan ponselnya di ruang tamu.
Evans sang ayah yang baru saja akan berangkat bekerja langsung menghampiri Felysia yang sedang memainkan ponselnya.
"Owen belum jemput Fel?" tanya Evans duduk di sebelah Felysia.
"Eh ayah, belum Yah." ucap Felysia mengunci screen ponselnya dan melihat ke arah ayahnya.
"Ingat disana cuma untuk liburan" ucap Evans memperingati Felysia.
"Iya ayah. Felysia nggak akan lakuin macam macam kok sama Owen selain liburan disana." Ucap Felysia menenangkan ayahnya.
"Ayah percaya sama kamu. Ingat ayah udah kasih kepercayaan bukan berarti kamu bisa seenaknya disana sama Owen." Ucap Evans lagi.
"Siap komandan, Felysia Deolinda akan memegang kepercayaan ayah Evans dengan baik, Laporan selesai" ucap Felysia mengangkat satu tangannya untuk memberi hormat pada Evans.
Evans menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri semata wayangnya ini. Evans beranjak dari duduknya.
"Yaudah kalau gitu ayah kerja dulu" ucap Evans.
"Hati hati di jalan ayah, semangat kerjanya." ucap Felysia ikut berdiri dan memberikan pelukan pada Evans.
"Kamu juga hati hati di jalan. Ingat jangan macam macam sama Owen" peringat Evans sekali lagi yang membuat Felysia tertawa geli.
"Ih ayah iya aku janji nggak akan lakuin hal kayak gitu sebelum menikah" ucap Felysia.
"Yaudah ayah berangkat" ucap Evans melepaskan pelukan putrinya itu dan pergi menuju keluar rumah menuju ke kantor dengan menggunakan mobil.
Setelah ayahnya pergi, Felysia kembali menyibukkan dirinya dengan memainkan ponsel. Hingga pintu yang di ketuk berbunyi.
Asisten rumah tangga di rumah Felysia dengan terburu buru membukakan pintu.
"Sayang maaf, pasti kamu kelamaan nunggu aku kan?" ucap Owen menghampiri Felysia yang sedang bermain ponsel.
Felysia melepas ponselnya dan menghampiri Owen. Mereka berdua berpelukan sebentar dan setelah itu duduk di sofa.
"Nggak apa apa, aku tau kamu pasti ada kesibukan dulu sebelum kesini kan?" tanya Felysia.
Owen mengacak rambut Felysia dengan sayang.
"Pacar aku pengertian banget sih. Jadi pengen cepat cepat nikahin" ucap Owen.
"Apa sih kamu" ucap Felysia menepuk bahu Owen.
Owen tertawa melihat Felysia yang terlihat salah tingkah.
"Kita berangkat sekarang yuk. Supir aku udah di depan" ucap Owen yang di angguki oleh Felysia.
Sepanjang perjalanan menuju bandara mereka berdua berbicara hal hal ringan hingga membuat mereka tertawa.
Selama perjalanan menuju bandara juga mereka berdua tidak melepaskan tangan mereka yang saling menggenggam.
"Owen" panggil Felysia pada Owen yang tiba tiba sibuk dengan ponselnya.
"Ada apa sayang?" tanya Owen mengunci screen ponselnya dan melihat ke arah Felysia.
"Aku ngantuk" ucap Felysia setelah itu menguap.
"Loh ini masih jam 8 pagi loh Fel" ucap Owen melirik jam tangannya.
"Aku semalam nonton drakor eh karena keseruan lupa waktu dan akhirnya aku baru tidur jam 5 pagi" ucap Felysia cengengesan.
Owen mencubit hidung Felysia.
"Kamu ini ya. Drakor kalo kamu nonton siang juga nggak akan berubah alur ceritanya. Jangan begadang lagi nanti kamu sakit aku nggak suka" ucap Owen.
"Iya nggak janji" ucap Felysia sengaja ingin menggoda kekasihnya itu.
"Fely dengerin aku atau nggak aku hukum nih?" ucap Owen.
"Apaan sih pake hukum hukum segala kek guru di sekolah aja" ucap Felysia.
"YAA OWEN"
Felysia berteriak merasa geli karena di gelitik oleh Owen.
"Hukuman buat kamu nih karena bandel banget di bilangin" ucap Owen.
"Ampun ampun. Aku janji nggak akan ngulangin begadang hanya karena film" ucap Felysia.
Owen berhenti menggelitik tubuh Felysia.
"Awas ya kalo ngulangin lagi" ucap Owen.
"Iya seriusan janji" ucap Felysia merasa ngos ngosan karena tertawa.
Tidak lama kemudian mereka sampai di bandara.
Dengan tangan yang saling menggenggam satu sama lain mereka menarik koper mereka yang di turunkan oleh sang supir ke dalam bandara.
***
Owen dan Felysia telah sampai di kota Bali. Mereka menaiki sebuah mobil yang telah Owen sewa beserta dengan supir selama mereka berlibur di Bali.
Selama di perjalanan Felysia sibuk dengan melihat pemandangan di luar lewat kaca mobil. Rasanya sudah lama sekali ia tidak liburan setelah ia harus menyelesaikan skripsinya.
Tapi untunglah sekarang ia sudah merasa bebas karena ia telah menjadi seorang sarjana dan setelah mereka pulang dari Bali ia akan langsung mencari pekerjaan.
Owen nampak sibuk dengan ponselnya bahkan sesekali ia tersenyum tanpa di ketahui oleh Felysia.
Sesampainya mereka di salah satu hotel bintang di Bali, mereka berdua langsung masuk kedalam dengan koper yang mereka bawa.
Saat mereka akan memesan kamar, mereka bertemu dengan pasangan yang terlihat juga sedang check In hotel.
Tampak seorang wanita yang memakai baju kurang bahan dan pria berkacamata yang sedang menulis di buku.
Felysia dan Owen berjalan mendekat.
"Kami pesan 2 kamar" ucap Owen.
"Maaf pak kamar yang tersedia tinggal satu kamar saja" ucap sang resepsionis dengan sopan.
"Fel, kamarnya tinggal satu. Terus gimana?" tanya Owen meminta pendapat Felysia.
"Yaudah nggak apa apa pesan itu aja" ucap Felysia tanpa ada keraguan sama sekali. Karena selama ini Owen tidak pernah berbuat hal kurang ajar padanya, ia percaya jika Owen tidak suka melakukan hal yang tidak baik.
"Kami pesan kamar yang tersisa itu aja kalau gitu" ucap Owen.
Setelah selesai mengisi data resepsionis itu memberikan kartu sebagai kunci akses untuk masuk ke kamar mereka.
Mereka berdua berjalan menuju ke lift dan bertemu dengan dua orang tadi yang sedang check In.
Owen mencuri curi pandang pada wanita di sebelah pria berkacamata dengan hati hati agar tidak ketahuan oleh Felysia.
Wanita itu tersenyum dan mengedipkan matanya ke arah Owen. Kedua sudut bibir Owen ikut terangkat membentuk senyuman.
Ting
Pintu lift yang terbuka membuat Owen sedikit terkejut karena ia mendapatkan tarikan dari Felysia untuk masuk ke dalam lift.
Sedangkan wanita itu hanya tertawa melihat tingkah terkejut Owen. Wanita itu juga masuk kedalam lift bersama dengan Pria berkacamata dan terlihat cupu itu.
Owen sampai heran kenapa bisa seorang wanita yang bertubuh sempurna itu berpacaran dengan seorang laki laki cupu.
"Owen loh kok kamu ngelamun" panggil Felysia pada Owen entah keberapa kali.
"Eh kenapa sayang?" tanya Owen setelah tersadar jika tadi ia melamun.
"Kamu tuh yang kenapa. Kita udah sampai di lantai kamar kita" ucap Felysia.
"Oh iya maaf sayang tadi lagi mikirin soal kerjaan sampai nggak fokus" ucap Owen memberikan alasan.
"Kalo masih banyak kerjaan kenapa ngajak aku liburan?" ucap Felysia merasa bersalah.
"Tidak apa apa sayang. Ayo ke kamar kita" ucap Owen dan mengajak Felysia untuk keluar dari lift dan menuju ke kamar hotel yang telah mereka sewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Febri Ana
mampir thor
2024-10-23
0
Penulis Halu
lanjut ahh
2021-09-23
0
Masria Rian
lanjutkan
2021-05-16
1