Sebuah Keputusan

Setelah perbincangannya dengan Kakashi, Raja langsung pergi menemui Permaisurinya. Raido mencoba untuk bicara mengenai rencananya tadi.

Langkah panjang menuntunnya ke kamar tempat dimana sang istri dan putrinya beristirahat.

Raja menghentikan langkahnya, ketika sudah sampai di tempat tujuan. Ia ingin masuk namun ia sedikit ragu, tapi akhirnya ia masuk juga karena ini adalah hal yang sangat penting. Dan mau tidak mau Raja harus membicarakannnya dengan Permaisuri.

"Kurenai" panggil Raja pelan pada Permaisuri, ia melihat Kurenai tersentak.

"Aku ingin membicarakan sesuatu" Raja menambahkan, wajahnya terlihat serius.

Kurenai pun beranjak bangun, duduk bersandar ditempat tidur.

"Hal penting kah?" tanya Kurenai, Raido mengangguk mengiyakan.

"Benar, ini hal yang sangat penting." jawab Raido tenang.

"Kalau begitu silahkan, aku akan mendengarkannya." ujar Kurenai sambil tersenyum tipis.

"Aku sudah memikirkan semuanya, kuharap kau setuju dengan keputusanku." ujar Raido sambil menatap dalam Kurenai.

"Sebenarnya aku bingung harus memulainya dari mana." ujarnya lagi, Kurenai masih bertahan dengan senyum tipisnya. Namun, jujur saja Kurenai agak takut.

"Kurenai, kau tau bukan? Kerajaan butuh pewaris untuk kedepannya dan kita tak mempunyai nya." ujar Raido ada jeda sebentar, sebelum ia melanjutkan.

"Aku ingin salah satu dari putri kita mengemban tugas tersebut." sambungnya.

Kurenai terkejut saat mendengar ucapan suaminya, ia reflek memandang kedua putrinya yang bergelung nyaman di tempat tidur.

"Tapi Yang Mulia, anda tahu sendiri mereka perempuan. Bukankah seorang perempuan tidak boleh menjadi seorang pemimpin?" tanya Kurenai heran sekaligus bingung.

Raido tersenyum tipis saat mendengar pertanyaan Kurenai, kemudian rautnya kembali datar.

"Ya, karena itulah aku ingin salah satu dari mereka menjadi Putra Mahkota." Kurenai terkejut, sebelum Kurenai menyela Raido kembali berkata.

"Begini, bukannya aku tidak menerima kehadiran mereka. Kau bahkan tahu, bagaimana aku sangat menantikan mereka. Aku bahkan sangat bahagia ketika mendengar tangisan mereka. Tapi, sebagai seorang Raja aku juga harus memikirkan kesejahteraan rakyatku, rakyat kita. Kau tahu betul jika adikku sangat terobsesi untuk menggantikanku bukan?" Raido menjeda kalimatnya dan ia melihat Kurenai, ia ingin tahu jawaban dari Kurenai dan ia tersenyum saat Kurenai mengangguk kemudian ia melanjutkan.

"Dan kau tahu jika adikku itu memiliki sifat seperti apa, kalau sampai dia yang menggantikanku maka bagaimana dengan nasib rakyat kita nanti hm.."  Ia menghela nafasnya terlebih dahulu.

"Dengarkan aku, kita hanya menutupi ini untuk sementara Sampai mereka dewasa. Kita juga tidak sepenuhnya merubah dia secara fisik, kita akan tetap memperlakukannya sebagai putri kesayangan jika kita hanya bertiga. Bahkan adiknya pun jangan sampai tahu kalau kakaknya seorang perempuan. Kita melakukan ini untuk melindunginya" belum sempat Raido menyelesaikan kalimatnya Kurenai menyela.

"Tapi kalau Genma tahu bahwa kita punya anak laki-laki, kurasa justru itu akam membahayakan nyawa anak kita bukan? Genma pasti akan terus mengincar nyawanya. Tidak, kurasa itu tidak benar aku tidak mungkin membiarkan anakku terancam bahaya. Kau juga pasti tahu bahwa Genma bukan orang yang main-main dengan ucapanya, jangan lupakan itu Yang Mulia"

"Untuk itulah kita akan mendidiknya seperti pangeran sesungguhnya, kita akan mengajarinya cara bertarung agar dapat mengindar dari serangan Genma. Kita juga akan mengajarinya tentang semua sistem pemerintahan agar dia tidak mudah terpengaruh dan terkecoh dengan ucapan orang lain" ucap Raido tegas. Raido berharap ia dapat meyakinkan istri tercintanya itu.

"Apakah itu tidak terlalu berlebihan, kurasa ia akan sulit untuk melakukan itu semua dan mungkin dia juga akan sulit untuk menerima keputusan kita" jawab Kurenai sambil menatap sendu putrinya.

"Tidak, kurasa dia pasti bisa melakukannya dan menerima keputusanku. Kau tidak lupa bukan bahwa dia anakku, dan aku yakin anakku mampu melakukannya percayalah."

Kurenai menatap mata suaminya, dan ia melihat ada keyakinan yang sangat besar disana. Baiklah, mungkin ia harus mengikuti keinginan suaminya, lagi pula ia percaya sepenuhnya pada Raido.

"Baiklah, aku setuju. Lalu siapa yang akan melatihnya?"

"Aku sudah memikirkan ini matang-matang, aku memilih Hinata Kakashi untuk mengajarinya cara bertarung dan Aoki Shikaku akan mengajarinya tentang sistem pemerintahan. Aku percaya mereka dapat menjadikan anak kita  anak yang hebat." ucap Raido penuh harap.

"Dan kau tenang saja, masalah ini hanya kita berlima yang tahu." sambungnya kemudian.

Sebenarnya Raido merasa bersalah pada istri dan anaknya, apalagi ketika melihat mata sang istri terus memandang sendu kedua putrinya. Sekali lagi ia menghela nafas berat, yah mereka harus melakukan ini demi kepentingan rakyat mereka.

Kurenai yang mengetahui tatapan suaminya itu tersenyum berusaha mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja dengan keputusan Raido, ia tidak ingin suaminya terus merasa bersalah padanya dan juga putri mereka.

"Ah.. Kau belum memberikan ia nama bukan?" ucap Kurenai.

Raido tahu bahwa istrinya itu sedang berusaha mengalihkan pembicaraan mereka agar ia tidak terus menerus memikirkan.

Tapi ia merasa bahwa ia sudah memberikan nama pada anak mereka. Kurenai tersenyum melihat dahi sang suami betkerut, ia pun kembali berkata.

"Kau belum memberi nama Putra Mahkota kita." Raido pun akhirnya mengerti, ia memandang putrinya tersebut sambil memikirkan nama yang bagus untuk putrinya.

"Yukari? Yuuren, bagaimana kalau Yuuren? Tachibana Yuuren." ucap Raido sambil tersenyum, Kurenai pun ikut tersenyum dan mengangguk.

"Yuuren, nama yang bagus"  jawab Kurenai. Mereka pun akhirnya tersenyum satu sama lain dan sedikit melupakan permasalahan yang mereka bicarakan tadi.

Skip time

11 tahun kemudian.

Ketika sang surya telah menampakan dirinya dan burung-burung pun berkicauan, seakan menambah kesan keramaian pagi ini.

Orang-orang pun banyak yang sudah berlalu lalang melakukan aktivitas mereka seperti biasa, begitupun dikerajaan para dayang terlihat tengah mengerjakan tugas mrreka masing-masing.

Semua orang telah melakukan aktivitas mereka, tak terkecuali dengan Putra Mahkota kita.

Ia terlihat sangat serius melakukan latihan pedang seperti biasanya, ia tampak sedikit kewalahan menghadapi lawannya.

Ya maklum saja, kali ini lawannya adalah gurunya sendiri dan itu merupakan tantangan besar baginya.

Melihat sang murid tampak terengah ia pun menghentikan latihannya.

"Baiklah, kurasa hari ini sudah cukup" ucap sang guru, Hinata Kakashi.

"Hai.." jawab Yuuren dengan sedikit terengah, ia tampak mengatur nafasnya.

"Yang Mulia sudah mengalami banyak kemajuan, teruslah bersungguh-sungguh dalam latihan. Oh ya, istirahatlah dulu Yang Mulia. Setelah ini Yang Mulia harus ikut pergi dengan paman Shikaku bukan?" tanya Kakashi sambil tersenyum menatap muridnya itu.

"Baiklah aku mengerti paman Kakashi"

Mereka pun meninggalkan tempat latihan bersama-sama, namun di tengah perjalanan mereka berpisah.

Kakashi pergi menuju tempat Shikaku, dan sang pangeran menuju ke taman yang terletak di belakang kerajaan.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Nonita Ayou

Nonita Ayou

semanggattttt kak ☺️

2021-06-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!