“Kau ini!” Mona menarik daun telinga Nurbaya.
“Jangan mencari masalah. Seharusnya kau bersyukur, karena Tuan Muda selalu menganggap mu sebagai Kakaknya. Kau terlalu dimanjakan, sampai lupa batasan diri.”
“Bu!” Nurbaya menatap Mona.
“Aku tidak suka Ibu mengatakan aku lupa batasan diri, aku sadar diri selama ini. Masalah aku tidak mau makan malam bersama, apa hubungannya dengan batasan diri?”
“Hubungannya?”
“Kau lupa, kalau Tuan Muda Satria adalah majikan Ibu mu. Kau selama ini selalu di antar jemput olehnya, dia selalu melindungi mu, seharusnya kau temani dia makan sekarang. Pergilah!” sambung Mona.
“Kau dengar tidak Aya?!” suara Mona mulai meninggi.
“Iya, iya. Aku turun.” Nurbaya menghentakan kakinya kuat-kuat berjalan.
“Kau membangkang dan berdongkol pada Ibu?”
Nurbaya menghentikan hentakan kakinya, namun wajahnya masih cemberut. Mona berjalan mengikutinya dari belakang. “Perbaiki raut wajahmu, kita hampir sampai di meja makan.” ucap Mona berbisik.
“Kakak, ayo kita makan.” sambut Satria saat ia melihat Nurbaya.
Mona mulai membuka tudung nasi dan lauk pauk yang sudah dihidangkan. “Apa ini?” ucap Arnel geli.
“Cacing.” sahut Aira terkekeh. Ia mengambil belut dan memasukkan ke dalam piringnya sendiri.
Ya, Arnel dan Nurbaya tidak suka dengan belut. Namun Aira dan Satria suka. “Bi, apa tidak ada lauk lain?” tanya Arnel pada Mona.
Mona melirik Satria. Aira tersenyum kecil. “Buatkan telur dadar ya, Bi. Kasihan suamiku.” pinta Aira, ia melirik Arnel kemudian juga melirik Satria.
Satria yang di tatap cuek saja. Ia asik makan dengan belut goreng cabe ijo.
Nurbaya biasanya akan mencubit Satria dan merengek meminta lauk lain, karena ia jijik dan tidak suka. Namun sekarang, ia makan dengan tenang, ia menepikan belut gorengnya, lalu mengambil cabe ijo nya.
“Tidak seperti biasanya, Kakak kenapa sih?” Satria terus berpikir.
Ya, Satria memang sengaja, namun reaksi yang dia harapkan dari Nurbaya sangat berbeda.
Sedangkan Arnel tak bisa marah karena ini ulah cucunya, ia hanya bisa menunggu telur dadar buatan Mona.
Setelah makan, Satria terus berpikir. Kabar dari pengawalnya, tidak terjadi kejadian yang aneh selama di kampus. Nurbaya seperti biasa, belajar, lalu makan di kantin bersama Erian dan Melani, lalu pulang di jemput oleh Satria.
“Aneh!” gumam nya.
“Biasanya Kakak tidak seperti ini?”
**
Hingga esok hari.
Nurbaya kembali tersenyum-senyum sendiri, dari Satria menjemputnya hingga Satria mengintip di kamarnya. “Kakak kenapa sih?” tanya Satria tiba-tiba.
“Kau ini, mengagetkan saja!” Nurbaya terkejut.
“Kakak kenapa? Dari kemarin tersenyum sendiri, selalu memegangi tangan ini. Ada apa dengan tangan ini?” tanya Satria, lalu ia memegangi tangan Nurbaya.
“Bukan urusan mu anak kecil.”
“Aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah besar.” sahut Satria.
“Aku takut Kakak kenapa-kenapa.” sambung Satria lagi.
“Aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Malahan sangat baik.” Nurbaya kembali tersenyum lebar. Lalu menjatuhkan tubuhnya terbaring tertelentang di ranjang.
Satria juga ikut berbaring di samping Nurbaya. “Siapa yang suruh kau tidur di sini?” ucap Nurbaya dengan tatapan tajam.
“Aku takut Kakak menjadi gila, karena tersenyum sendiri.”
“Ya sudah, terserah kau saja. Aku mau tidur.” Nurbaya memunggungi Satria sembari memeluk tangan nya.
“Ada apa dengan tangan itu?” Satria terus berpikir.
Beberapa puluhan menit berlalu. Nurbaya tertidur pulas, deru nafasnya dan dengkuran kecil terdengar. Satria langsung memeriksa handphone nya diam-diam. Hampir semua jari tangan Nurbaya yang ia tes, agar pola handphone itu terbuka.
Setelah polanya terbuka, ia mulai memeriksa pesan, ada satu kontak yang bernama aneh. Di sana tertulis 'Sayangku'
“Sayangku? Siapa?” Satria membaca nama kontak itu dengan kesal.
Ia membaca semua pesan.
Di sana Satria mengetahui fakta kalau Erian telah jadian dengan Nurbaya seminggu yang lalu. Erian menembaknya dengan mengecup punggung tangan Nurbaya. Hingga itulah penyebabnya ia selalu memeluk tangan itu.
“Iya Sayang. Aku bahkan tak rela saat mencuci tanganku. Aku tak ingin bekas bibirmu yang mencium tanganku hilang.” Salah satu pesan yang di kirim Nurbaya pada Erian.
Satria mengepalkan tinjunya. Ia menatap gadis yang tidur nyenyak itu.
“Aku sangat bahagia saat mengetahui kau juga menyukaiku. Aku juga sudah lama menyukaimu, sejak dulu, sejak pertama kali kita bertemu.”
Satria menggertakkan giginya. Ia benar-benar sakit hati.
“Apa tak menyangka kau juga menyukaiku Sayang. Sebenarnya apa yang membuatmu suka padaku?” Salah satu pesan balasan yang dibaca Satria dari Erian.
“Aku harus jawab dari segi apa dulu?” balas Nurbaya.
“Kalau bisa dari semuanya Sayang.”
“Jika aku nilai dari fisik. Aku suka tubuhmu yang tinggi dan berisi, aku suka senyuman manis mu, aku suka hidung mancungmu.”
“Jika dari sifat. Aku suka cara pikirmu, kamu dewasa, rajin, dan kamu terlihat jujur serta setia.”
Itulah salah satu pesan yang tersaring dalam otak Satria. Alasan yang membuat Nurbaya menyukai Erian.
“Aku akan merebut Kakak dari tanganmu.” ucap Satria menatap kontak Erian.
“Kakak, jika masalah fisik, aku memiliki senyuman yang menawan, hidung mancung, bahkan semua orang bilang aku sangat tampan. Jika masalah sifat, aku juga jujur dan setia. Jadi, kau harus menjadi milikku. Aku tak akan membiarkanmu pergi dariku.” ucap Satria menatap gadis tidur yang berdengkur itu.
Hari-hari berlalu. Nurbaya dan Erian semakin akrab dan menunjukkan kedekatan mereka. Bahkan Nurbaya sudah membawa dan memperkenalkan Erian pada Mona.
Satria sangat marah melihat kejadian itu. Ia sangat kesal dan sakit hati.
Seperti buku yang ia baca. “Cinta tak bisa di paksakan, jika kau mencintainya dengan tulus, relakan dia bahagia, walaupun engkau terluka.”
Hingga di suatu malam. Satria menangis sendiri saat melihat Pipi Nurbaya di cium oleh Erian. Ia sangat cemburu. Ia juga ingin mencium pipi gadis pujaannya itu. Ia tak rela membaginya bersama orang lain.
Namun seperti buku yang ia baca. Ia hanya harus mengiklaskan, walau hatinya terluka. Asalkan Nurbaya bahagia. Ia hanya bisa melihat dari jauh secara diam-diam, saat Nurbaya bersama dengan Erian.
Waktu terus berlalu, hubungan Nurbaya dan Erian pun mulai tampak serius. Bahkan sudah membahas rencana pernikahan setelah tamat kuliah nanti. Satria juga sudah kelas 1 SMA. Ia menjadi pria pendiam dan lebih dingin lagi. Ia tak lagi mencari perhatian dan bermanja-manja pada Nurbaya sejak SMA ini.
Hubungan Satria dan Nurbaya pun terlihat renggang. Semenjak Nurbaya menolak dan menghardik Satria yang menjemput nya kala itu.
“Tuan Muda, aku mohon dengan sangat. Kita punya kehidupan masing-masing. Belajarlah untuk dewasa, Kau bukan lagi anak-anak yang harus di turuti semua keinginanmu. Jangan pernah jemput aku lagi! Aku bisa pulang sendiri, atau pulang dengan pacarku.” ucap Nurbaya lantang.
Ia pergi menaiki taksi dan meninggalkan Satria yang terdiam.
Saat itu Satria di Landa cemburu. Bukan saat itu saja, tapi hampir setiap hari. Namun hari itu ia sangat cemburu, tanpa sengaja membentak dan memaksa Nurbaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Instagram @AlanaNourah
pukpuk satria 🤗🤗🤗
2022-01-24
0
Instagram @AlanaNourah
aduh jadi makin cool km nak
2022-01-24
0
Instagram @AlanaNourah
kannn
2022-01-24
0