Satria menendang kursi mobil. “Aku bilang, ayo pulang!” Satria berbicara dengan nada tinggi.
Nurbaya langsung menjewer telinga Satria. “Dasar anak kecil, beraninya kau memerintah ku.”
“Ya sudah, aku pulang dulu ya, bye.” ucap Nurbaya mendadah Erian, kemudian masuk ke dalam mobil.
“Mentang-mentang kau sudah SMP, beraninya kau membentak-bentak Kakak, Hah?!” ucap Nurbaya, kemudian ia mencubit kedua pipi Satria yang sudah mulai tirus dan tidak cubby lagi.
“Kau sudah pamer dan merasa sudah besar ya sekarang?” Nurbaya mendorong tubuh Satria sampai pantatnya tergeser, lalu Nurbaya menepuk-nepuk pantat Satria.
“Kakak jangan tepuk pantatku lagi!” Satria protes.
“Siapa suruh kau bandel!” Nurbaya masih menepuk-nepuk pantat Satria.
Sekretaris Dewa dan Pak Hamdan hanya tersenyum kecil melihat mereka dari depan, melalui kaca spion. Awalnya, Dewa terkejut dan tidak menyangka akan perubahan sifat Satria yang berubah di depan Nurbaya.
Satria dingin dan kejam di depan semua orang, bahkan di depan Aira dan Arnel dia masih bersifat tegas dan berwibawa. Namun, di depan Nurbaya ia menunjukan sifat anak laki-laki yang sesungguhnya.
“Kakak jangan pukul aku lagi.” Satria memegangi tangan Nurbaya.
“Wah, sekarang kau berani melawan dan memegangi tanganku?” tanya Nurbaya melotot dan menatap pergelangan tangannya yang di remas Satria.
“Tidak, maafkan aku Kakak. Tapi, kakak jangan tepuk pantat ku lagi ya.”
“Aku tidak janji.”
“Aku tidak suka Adik nakal dan bandel. Aku suka adik yang baik dan penurut.” ucap Nurbaya menyedekapkan kedua tangannya di dada dengan bibir manyun. Menatap ke depan.
Satria menatap Nurbaya dengan tersenyum, “Aku janji akan menjadi Adik yang baik dan penurut.”
“Lain kali jangan memerintahku lagi.” ucap Nurbaya lagi, lalu menekan kening Satria dengan telunjuknya. Satria mengangguk.
“Adik pintar.” Nurbaya mengelus rambut Satria.
**
Lagi, lagi dan lagi. Satria melihat Nurbaya dan Erian berjalan berpegangan tangan saat pulang kuliah, padahal di samping Erian juga ada Melani, tetapi Erian tidak memegang tangan Melani.
Cih! Satria berdecih. Kemudian ia memukul-mukul kaca mobil.
“Pria mesum! Beraninya dia setiap hari memegang tangan Kakak! Aku ingin memenggal kepala pria itu!” Satria menggerutu dan menatap tajam dua manusia yang berpegangan tangan itu.
Sekretaris Dewa dan Pak Hamdan hanya bisa tersenyum simpul. Mereka berdua sudah mengerti dan paham kalau Tuan Muda itu tengah masa pubertas dan sedang dilanda cemburu.
“Kak Dewa, lihat pria mesum itu. Aku jauh lebih tampan dari dia kan? Kenapa Kakak tidak jalan berpegangan tangan seperti itu denganku!” Protes.
Sekretaris Dewa pun tidak tau mau menjawab apa, ia hanya tersenyum kecil sembari menggaruk kepala.
Sekretaris Dewa juga pria jomblo yang berumur 28 tahun. Ia telah di didik di samping Arnel oleh keluarganya semenjak ia kecil. Namun, baru masuk perusahaan Damrah Groub baru 4 tahunan ini.
Keluarga Dewa selalu mendapatkan dukungan dan bantuan dari Ari ayah Arnel, sehingga mereka mengabdikan diri pada keluarga Damrah.
“Kenapa kau diam saja Kak?” hardik Satria dengan sorot mata tajam. Dia terlihat seperti bocah yang mengambek sekarang.
“Tidak mungkin pria itu bisa mengalahkan Tuan Muda.” jawab Sekretaris Dewa.
“Aku tau itu. Aku ini tampan, pintar dan juga kaya. Tapi kenapa Kakak tidak memandang ku seperti itu?!” Masih protes.
“Dia tersenyum seperti itu. Dia terlihat sangat cantik. Sedangkan di depanku, dia selalu marah dan cemberut.” Mengeluarkan unek-uneknya.
“Bukankah Nona masih terlihat cantik saat marah Tuan Muda?” Pak Hamdan mengajukan pertanyaanya untuk memancing Satria.
“Ya, Kakak selalu cantik.” jawab Satria spontan dengan tersenyum.
Lalu, beberapa detik kemudian ia tersadar. “Pak Hamdan, jangan menatap dan memperhatikan Kakak! Yang boleh melihat Kakak itu cantik, hanya aku seorang!” Marah.
“Iya Tuan Muda, tentu saja. Bapak tua ini tidak akan berani melakukan itu.” jawab Pak Hamdan tersenyum kecil.
Sekretaris Dewa juga tersenyum kecil menatap Pak Hamdan.
“Ah, lama sekali mereka sampai! Ingin rasanya aku menarik Kakak!” Menggerutu.
Satria yang telah berjanji menjadi adik baik pada Nurbaya, hanya bisa menggerutu. Ia tak di izinkan meneriaki, apa lagi menghardik Nurbaya untuk memintanya segera naik ke mobil.
Jika tidak menurut, Nurbaya mengancam tidak akan naik mobil Satria lagi. Dia akan memilih pulang berboncengan dengan Erian atau naik angkutan umum.
“Ah, menyebalkan!” Menendang-nendang kursi di depannya.
“Aku ingin menikahi Kakak sekarang, agar Tidak ada seorang pun yang menatapnya seperti itu!”
“??!!!!” Pak Hamdan dan Sekretaris Dewa terkejut. Perkataan anak kecil seperti apa yang di dengar oleh mereka sekarang?
Sekretaris Dewa saja yang berumur 28 tahun belum pernah memikirkan menikah, namun anak laki-laki yang masih SMP ini, ingin menikahi seorang wanita kuliahan yang lebih tua darinya. Apa itu masuk akal?
“Tu...Tu...Tuan Muda bilang apa tadi?” tanya Sekretaris Dewa memastikan telinganya bermasalah atau tidak.
“Aku ingin menikahi Kakak.” jawab Satria datar dan masih menatap Nurbaya yang berpegangan tangan dengan berjalan sangat pelan.
“Me...Menikah?!” Mata Sekretaris Dewa melotot saking terkejutnya.
“Apa Tuan Muda mengerti arti dari menikah?” tanya Sekretaris Dewa.
“Tentu saja, Kakak kira aku bodoh!?” Menatap tajam Sekretaris Dewa.
“Bukan itu maksudku Tuan Muda.”
“Maksud Kakak aku masih kecilkan.” ucapnya datar dan dingin. Menatap Sekretaris Dewa.
“Anak kecil yang belum mengerti arti pernikahan, anak kecil yang tidak mengerti sebuah hubungan?” lanjutnya lagi.
“Aku mengerti arti sebuah hubungan. Aku ingin hidup bersama dengan Kakak selamanya, aku telah menetapkan hatiku untuknya sedari dulu. Aku bahagia bersamanya. Aku akan menua nanti bersamanya, seperti Nenek dan Kakek.” sambungnya lagi.
“Agar keinginan ku terwujud, satu-satunya adalah dengan menikah. Aku ingin menikah dengan Kakak. Aku akan mencari uang sebanyak-banyaknya agar dia hidup mewah dan bahagia, aku akan belajar menjadi laki-laki hebat, mengalahkan semua laki-laki yang mengejar dan mendekatinya.” ucap Satria, lalu terukir senyuman di wajahnya, yang terlihat menyeramkan bagi Sekretaris Dewa.
“Aku harap itu adalah benar-benar rasa suka dan cinta, aku kawatir itu hanya rasa suka sebagai sebuah ke egoisan.” ucap Sekretaris Dewa keceplosan.
“Maksud Kakak aku egois?” Satria menendang kursi yang di duduki Dewa. Kemudian ia melempar kepala Dewa dengan pena yang diambilnya dari saku jas nya.
“Aduh, ampun Tuan Muda. Maafkan saya.”
“Aku akan meminta Kakek memecat Kakak!”
“Maafkan saya Tuan Muda, saya mohon jangan lakukan itu. Saya memiliki adik yang masih sekolah, kasihanilah saya Tuan Muda.” Sekretaris Dewa merayu Satria dengan wajah memelas.
“Huh!” Satria menyedekapkan kedua tangannya.
“Kakak harus membelikan ku buku, buku cara menggaet hati anak kuliahan. Baru aku maafkan.”
“Tentu saja Tuan Muda, tenang saja, aku pasti akan mencarikan buku yang cocok untuk Tuan Muda, agar Nona Nurbaya klepek-klepek sama Tuan Muda.” ucap Sekretaris Dewa dengan semangat. Satria pun tersenyum
Ya, rayuan maut Dewa pun berhasil. Jika sesuatu tentang Nurbaya, mood anak laki-laki remaja ini akan cepat membaik kembali.
“Hah! Untung saja. Terkadang aku harus berterimakasih pada Nona Nurbaya bisa membuat Mood atasan kecilku ini membaik, namun aku merasa kesusahan jika dia sedang cemburu, seperti sekarang ini Nona. Sekarang cepatlah berjalan kemari Nona, sebelum dia mengamuk lagi.“ gumam Sekretaris Dewa dalam hati.
***
Hai, salam kenal semuanya.
Terimakasih telah membaca karya amatiran saya, jika ada yang penasaran tentang keluarga Damrah. Silahkan baca karya pertama saya yang berjudul kenangan, tentang kisah cinta Arnel dan Aira.
🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
ayu nuraini maulina
amiin
2022-05-13
1
Instagram @AlanaNourah
udah bisa panggil Uda apa masih Adek nih 😘😂🤭
2022-01-23
0
Instagram @AlanaNourah
tekad yg bagus nak
2022-01-23
0