Beberapa tahun yang lalu.
Satria yang masih berumur 7 tahun sedang mandi telanjang di kolam berenang mini sendirian. Nurbaya dengan seragam SMA lengkap baru pulang sekolah melewati kolam berenang tersebut.
Nurbaya melihat kiri dan kanan, tak ada siapapun. “Hei bocah.” sapa Nurbaya jongkok di pinggir kolam.
Satria menepi dan mendekat, menatap Nurbaya.
“Kamu mandi sendirian aja?” tanya Nurbaya. Satria kecil mengangguk.
Nurbaya kembali melihat kiri dan kanan, lalu mencubit pipi gembul Satria. Ya, Wajah dan tubuh Satria yang bulat dan imut, sangatlah menggemaskan.
“Aya! Apa yang kau lakukan?!” sorak Mona, Ibunya.
“Ibu?!!!” ucap Nurbaya terkejut, kemudian ia berlari masuk ke dalam kamarnya.
“Dasar anak kurang ajar! Kau apa kan lagi Tuan Muda!” Mona masih menyoraki Nurbaya yang berlari.
Mona berjalan mendekati Satria yang sedang memegangi pipinya. “Tuan Muda, kamu di apakan sama Putri Bibi? Apa dia mencubit mu lagi? Yang mana yang sakit?” Mona mengangkat tubuh Satria dari kolam ke atas. Memeriksa pipinya.
“Pipi Tuan Muda sampai merah begini, dasar anak kurang ajar!” gerutu Mona.
Satria yang di perhatikan lembut oleh Mona langsung memeluk wanita itu. Lalu mencium pipinya. “Aku tidak apa-apa Bi, aku baik-baik saja.”
“Ya Allah, Tuan Muda benar-benar baik hati.” Mona membalas pelukan Satria dan mengelus punggungnya. “Bibi pasti akan menghukum Nurbaya.” sambungnya lagi. Satria hanya diam dan menatap Mona dengan tersenyum.
“Apa Tuan Muda masih ingin berenang lagi?” tanya Mona, di jawab Satria dengan menggeleng.
“Kalau begitu, mari kita mandi bersih di kamar mandi.” Mona langsung menggendong Satria, membawanya ke kamar mandi dan memandikan anak laki-laki itu.
Setelah mandi, Mona menggendong Satria ke lemari pakaian, meminta anak laki-laki itu memilih pakaian yang ia suka.
Toktoktok! Salah seorang pelayan muda mengetuk pintu yang tengah terbuka di kamar Satria. “Kak, Tuan Besar memanggil.” ucap pelayan itu.
“Tuan Muda, tunggu sebentar ya. Bibi menemui Kakek Tuan Muda dulu ya,” kata Mona yang di jawab anggukan oleh Satria. Lalu, Mona menutupi tubuh itu dengan handuk sebelum ia keluar.
Selepas kepergian Mona, Nurbaya masuk diam-diam ke dalam kamar itu. “Hei, Adik kecil.” sapa Nurbaya lalu mencubit pipi Satria.
Anak laki-laki itu cemberut dan menatap Nurbaya tajam, namun tak di gubris oleh Nurbaya. Ia menarik handuk yang melekat di tubuh Satria. Memegangi jamur kecil milik Satria.
“Eh, apa ini? Lucu sekali.” ucap Nurbaya terkekeh menjahili Satria.
“Jangan Kak!” cegah Satria. Ia memegangi tangan Nurbaya yang memegang jamur kecilnya.
Ia sangat malu, lalu menangis karena malu.
“Ahahahahaha.” Nurbaya tertawa terbahak-bahak dan masih memainkan jamur kecil Satria di tangannya.
“Nurbaya!!! Dasar anak kurang ajar!!!” Mona berlari ke dalam kamar bergegas, lalu menjewer telinga putrinya.
“Kau benar-benar keterlaluan, selalu menganggu Tuan Muda! Kau hanya boleh makan nasi putih dan kerupuk saja nanti, tidak boleh mengambil lauk!” ancam Mona.
“Baiklah.” Nurbaya tersenyum dan melirik Satria, lalu mengedipkan matanya pada anak laki-laki itu.
Satria yang di kedip semakin memeluk erat Mona sebagai pengaduan kalau ia masih di ganggu Nurbaya. “Sekarang kau keluar cepat, bantu Ibu menyetrika pakaian Tuan Muda.” perintah Mona.
“Tuan Muda jangan kawatir ya, Bibi sudah mengusirnya keluar, sekarang ayo kita pakai bajunya.” ajak Mona.
**
Malam hari di meja makan. Nurbaya membolak-balik an nasi putih dengan sendoknya. Ia hanya di beri satu kerupuk dan nasi putih, sedangkan di atas meja begitu banyak lauk.
Satria sedang di suapi oleh Mona. “Ada apa?” Tatap Mona tajam pada Nurbaya yang melirik padanya.
“Itu hukuman untukmu!” sambung Mona lagi.
Nurbaya pun memakan nasi putih tambah kerupuk itu dengan kesal. Ia hanya menghabiskan seperempat piring nasi, lalu ia berdiri dan pergi.
“Bibi, apa tidak apa-apa tidak memberi Kakak lauk? Padahal begitu banyak lauk di sini.”
“Tidak apa-apa Tuan Muda. Itu hukuman untuknya.”
**
Tengah malam Nurbaya diam-diam memeriksa meja makan. Lemari makanan semuanya dikunci oleh Mona. Satria yang melihat itu tanpa sengaja merasa kasihan, lalu Ia meminta kunci kepada Kepala Pelayan.
“Maaf, Kakak lapar ya? Ini kunci lemari makanan.” ucap Satria, ia mengintip di luar pintu kamar Nurbaya yang sedang berantakan dengan malu-malu.
“Wah, Adik kecil yang imut dan baik hati.” Nurbaya bergegas mengambil kunci itu dan mengecup pipi gembul Satria.
Satria yang pertama kali di cium oleh Nurbaya sangat senang. Biasanya gadis itu hanya mencubitnya dan menjahilinya. Ia pun mengikuti Nurbaya dari belakang sembari tersenyum mengelus pipi kanan bekas ciuman.
Nurbaya menggendong Satria dan mendudukkan anak laki-laki itu di atas kursi. “Nih ayam goreng kesukaanmu.” Nurbaya memberikan sepotong ayam.
Satria hanya menatapnya saja, ia selama ini selalu disuapi dan tak pernah makan sendiri. “Hei, kau tidak boleh manja. Menjadi seorang laki-laki itu harus mandiri, kalau kamu makan di suapi terus menerus, bagaimana ada wanita yang akan suka padamu.” ucap Nurbaya berciloteh.
Satria menatap Nurbaya lalu mengambil ayam itu. Ia tak terlalu paham dengan perkataan Nurbaya, namun satu yang ia paham, bahwa ia harus belajar mandiri.
“Jadi, Kakak makan sendiri dan melakukan apapun sendiri karena Kakak ingin disukai wanita ya?” tanya Satria polos.
“Uhuk!!” Nurbaya tersedak. Ya, Ia sangat lapar, jadi makan dengan lahap sambil berbincang dengan Satria.
Ia bergegas minum, diam beberapa detik, kemudian terkekeh. “Dasar anak kecil!” Ia mencubit pipi Satria kembali dengan tangan kirinya.
Satria melongo dengan mata berkedip. “Kenapa aku harus berbuat begitu untuk wanita, aku menyukai laki-laki bukan wanita.” jelas Nurbaya.
“Agar di sukai Kakek dan para Paman Pelayan?” tanya Satria lagi dengan polos.
“Hahahahahah, dasar anak kecil! Habiskan ayamnya!” perintah Nurbaya, kemudian Ia melahap habis semua nasi dan lauk yang ada di piringnya.
Setelah selesai makan, “Lalu, aku harus mandiri agar bisa di sukai oleh Kakak, Nenek, Bibi dan para Pelayan wanita lainnya?” tanya Satria lagi.
Nurbaya terkekeh kecil, lalu memberikan jempol pada Satria. Ya, memang agak susah berbicara dengan anak-anak, karena pikiran mereka polos.
“Lalu, Kakak suka apa lagi? Agar Kakak bisa menyukaiku?”
“Kamu harus juara di kelas, makan sendiri, mandi sendiri, pakai baju sendiri.” jawab Nurbaya.
“Jadi, aku harus melakukan semuanya sendiri, termasuk tidur dan belajar?”
“Kalau belajar harus di dampingi guru, kalau tidur kamu juga harus belajar sendiri mulai sekarang.”
“Hm...” Satria tertunduk lesu. Ia tak suka tidur sendiri semenjak orangtuanya meninggal karena kecelakaan.
Satria melompat turun dari kursi, lalu pergi meninggalkan Nurbaya yang tercengang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Julio Stevaning
haha dlu aya iseng banget sih
2022-02-01
1
Instagram @AlanaNourah
GIMANA SATRIA GA NGEBET EUY NENG AYA YG MULAI DULUAN 🤣🤣🤣🤣👏👏👏👏😍😍😍
2022-01-23
0
Instagram @AlanaNourah
nak gampang bgt nyenengin km yaa sini tante lana jg mau uyel uyel 🤣
2022-01-23
0