“Oh, kau sekarang sudah sadar ya, kalau aku ini Tuan Muda? Bukankah tadi, kau dengan berani memanggil namaku dengan bebas.” ucap Satria dingin.
Nurbaya tersenyum canggung. Ya, dia sadar itu.
Namun, siapa yang tidak akan marah, jika pemuda itu menipunya. Dia yang awalnya berniat memanfaatkan Satria, malah berlawanan arus. Dia yang akirnya masuk dalam jebakan Satria.
“Kenapa kau masih berdiri di sana? Cepat keluar!” usir Satria.
“I...Iya, Tuan Muda.” jawab Nurbaya terbata.
Ia berjalan mendekat ke arah pintu, memutar gagang pintu agar pintu terbuka. Beberapa kali ia lakukan, namun pintu tak terbuka, karena pintu itu dikunci.
Kemudian, Ia hanya bisa diam berdiri di sana.
“Kenapa kau masih belum keluar? Jangan sampai aku berubah pikiran.”
Nurbaya hanya diam mendengar perkataan itu. Ia yakin, Tuan Muda itu sengaja melakukan ini padanya. Nurbaya memutar badannya, menghadap ke arah Satria bersandar. Pemuda itu menatapnya tajam.
“Tuan Muda, pintunya dikunci.” jawab Nurbaya memelas. Berharap pemuda labil itu berubah pikiran, dan benar-benar melepaskannya.
“Oh.” ucap Satria santai. Kemudaian Ia bergerak, menarik laci dan mengambil kunci dalam laci itu.
“Jadi, kau ingin kunci ini?” tanyanya dengan senyuman nakal. Nurbaya pun mengangguk.
“Sial!!! Bocah ini, benar-benar mempermainkan ku, dasar bocah penipu!” gerutu Nurbaya dalam hati.
“Kemarilah!” perintah Satria, sembari memainkan jari telunjuknya untuk memanggil Nurbaya mendekat padanya.
Nurbaya masih diam ditempat itu. “Apa kau tak ingin kunci ini?” tanya Satria lagi.
“Iya, Tuan Muda.”
“Kalau kau mau, kemarilah! Mendekat padaku! Aku akan memberikan kunci ini padamu.” ucap Satria tersenyum.
“Apakah Tuan Muda berjanji, tidak akan melakukan yang seperti tadi?” ucap Nurbaya.
“Seperti tadi, yang mana?” tanya Satria, pura-pura lupa.
“Yang seperti tadi, Tuan Muda.” ucap Nurbaya kembali.
“Seperti yang mana? Aku tak tahu. Kemarilah, jika kau ingin kunci ini.” Satria memainkan kunci itu.
“I... iya, Tuan Muda.” Nurbaya berjalan perlahan. Ia bersiaga, waspada jika Satria akan menangkapnya seperti tadi lagi.
Ia sekarang sudah berdiri di ujung ranjang. “Kemarilah, mendekat padaku.” perintah Satria lagi.
Nurbaya mendekat satu langkah.
“Lebih dekat lagi!”
Nurbaya mendekat satu langkah lagi.
“Lagi!”
Nurbaya mendekat satu langkah lagi.
“Sebenarnya, kau ingin kunci ini atau tidak?” tanya Satria mendelik.
“Iya, Tuan Muda.” Nurbaya mendekat. Satria tersenyum kecil, kemudian Ia menarik dan manangkap Nurbaya, lalu menindih tubuh itu.
“Coba katakan lagi, apa keinginan mu tadi.” ucapnya menatap Nurbaya yang berada di bawah tubuhnya.
“Saya berharap, Tuan Muda tidak melakukan yang seperti tadi.” ucap Nurbaya pelan.
“Seperti tadi? Hm...”
Satria langsung mencium bibir Nurbaya, lalu menciumi leher gadis itu, “Apakah maksudmu seperti ini, Sayang?” tanya Satria.
Nurbaya hanya bisa pasrah dan menahan nafas. “Apakah malam ini, keperawanan ku akan direnggut oleh bocah ini?” pikirannya menerawang.
“Bagaimana dengan nasibku kedepannya?” Nurbaya masih berkutat dengan pikirannya.
“Hei, Kau begitu menikmatinya, Sayang?” ucap Satria mengecup antara dua alis Nurbaya.
Satria terkekeh kecil, kemudian Ia melepaskan tubuh Nurbaya yang di peluknya dan kembali duduk.
“Nih, kuncinya.” ucapnya.
Mendengar itu, Nurbaya yang tadi pikirannya sudah melayang sampai hal masa depan, bergegas duduk dan hendak meraih kunci itu. Namun kunci itu dimainkan Satria, sehingga ia tak bisa mengambilnya.
“Cium Aku!”
Nurbaya terdiam dengan bola mata yang membulat.
“Cium aku dulu.” ucap Satria.
“Tuan Muda, bukankah sejak tadi, kau telah menciumku.” sahut Nurbaya.
“Oh, Kakak cantik ku tersayang.” ucap Satria dengan senyuman mengejek, ia memegangi dagu Nurbaya. “Bukankah sejak tadi, hanya aku yang menciummu?” tanya nya menatap Nurbaya dalam.
“Aku ingin, kau yang menciumku. Seperti waktu itu.” ucapnya tersenyum kecil. Mengingatkan Nurbaya akan kejadian beberapa minggu yang lalu.
Wajah Nurbaya langsung berubah merah padam. Ia sangat malu sekali. “Tuan Muda, jangan bahas itu lagi.” ucapnya lirih.
“Kenapa?” Satria mendekatkan wajahnya dengan sangat dekat ke wajah Nurbaya. Gadis itu hanya diam menundukkan pandangannya. Pipinya masih saja merah padam.
Satria mengangkat dagu Nurbaya, sampai wajah itu mendongak melihat manik mata indah milik satria. “Tapi, aku suka itu, Sayang. Aku suka.” Kemudian Satria kembali mengecup bibir Nurbaya.
Setelah berciuman, Nurbaya menampung tangannya. Satria menautkan alisnya melihat tangan yang menampung itu. “Apa?” tanya Satria.
“Kuncinya, Tuan Muda.” ucap Nurbaya.
Satria terkekeh kecil. “Bukankah sudah aku katakan, Kakak ku Sayang? Jika kau ingin kunci ini, kau harus menciumku.”
“Bukankah tadi kita sudah berciuman?” protes Nurbaya. Karena setelah Satria mengecup nya, Ia pun membalas ciuman itu.
“Itu? Tentu saja bukan.” jawabnya.
Nurbaya menatap Satria kesal. Akirnya dengan kesal, Ia mendekat dan menarik wajah Satria. Mencium bibir Satria, dan mereka pun berciuman.
Setelah beberapa saat berciuman, Nurbaya pun melepaskan dan mengambil nafas. “Apa kau sedang menggodaku, Kak?” ucap Satria dengan seringai liciknya.
Mata Nurbaya terbelalak. Bukankah tadi pemuda ini yang memintanya untuk dicium? Dan kenapa sekarang, Ia yang di tuduh sedang menggoda.
“Baiklah Kakak ku Sayang, karena kau ingin menggodaku, aku akan melayani sebaik mungkin.” ucap Satria tanpa rasa malu.
“Hah??!” Nurbaya benar-benar tercengang dengan tuduhan itu.
“Ka..kapan....” Belum selesai ia menyahut, ia ingin protes, kalau bukan ia yang menggoda, namun mulutnya sudah di tutup dengan bibir nakal Satria.
Sekarang apapun dalihnya, ia tetaplah mangsa. Dan dia sekarang sedang berada di kandang harimau lapar yang sedang bersiap-siap menerkamnya.
Ia tidak akan pernah lolos, dan pemuda ini hanya mempermainkannya sejak tadi.
“Baiklah, selamat tinggal keperawanku. Bocah ini tidak akan melepaskan ku.” ucapnya pasrah dalam hati.
Ia mulai menikmati sentuhan demi sentuhan dan ciuman manis Satria.
Satria mencium bibir, leher, dan dada Nurbaya. Setelah puas menciumi, Ia merapikan kembali pakaian Nurbaya dan mengecup kening gadis itu.
Gadis itu sudah terlihat kacau, sendi-sendi nya sudah mulai lemas, Ia sedang menikmati perasaan yang aneh, lalu sekarang kegiatan itu terhenti.
Satria berbaring disebelah Nurbaya. “Ini kuncinya. Ingat, kau hanya boleh pergi kemanapun dan harus diantar oleh Pak Hamdan.”
Nurbaya yang masih mengatur nafasnya, masih mencerna yang terjadi, “Maksudnya?” tanya Nurbaya bodoh.
Satria yang tadi sudah berbaring di sebelahnya, kini kembali naik di atas tubuhnya. “Jadi, kau ingin aku melayanimu, Sayang?” ucap Satria membelai wajah cantik Nurbaya.
“Si..siapa yang ingin dilayani?” elaknya.
“Jadi, kau yakin tak ingin malam ini?” tanya Satria, Ia mulai meraba tubuh Nurbaya, dan memeriksa bagian bawah sensitif Nurbaya.
Dan benar saja, gadis itu sudah ....
“Pfft!!” Satria menutup mulutnya dan terkekeh kecil. Lalu mengecup kening Nurbaya.
“Baiklah Sayang. Malam ini sudah cukup dulu, istirahatlah. Besok masih ada waktu yang panjang.” ucapnya masih terkekeh.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Park Kyung Na
lanjut
2022-11-23
0
🕊️Oenni Rose🌹🦋
wkwkwk. baru baca koment ini. ahahaha 🤣🤣🤣 tukang ojek nih
2022-04-14
0
Julio Stevaning
satria nakal banget ya
2022-02-01
1