Bu Mamik terkekeh geli melihat kepolosan Bu Siti. Adi hanya cengar-cengir sebal mendengar cerocos Bu Mamik seperti burung beo.
"Bu, Monggo kita mulai yasinan nya", suara ustadz Syarkoni membuyarkan obrolan para ahli ghibah di sekeliling Adi.
Adi bernafas lega, lalu masuk kamar. Dia ganti baju lalu bergegas ke pekarangan belakang lewat dapur.
Di dapur istri kakak kedua Adi, Nita sedang sibuk meracik soto di bantu Budhe Tik dan Bulik Us, tetangga Adi.
Bau kuah soto ayam panas memancing hidung Adi untuk mengendus.
'Kayaknya enak nih'
Adi berbalik mencari mangkok di rak dapur. Usai ketemu yang di cari, Adi mendekat ke arah kakak iparnya.
"Mbak mau dong...", Adi menyerahkan mangkok.
"Duh, ini duda ganggu urusan orang saja", omelan segar nan sadis mengalir lancar dari mulut kakak iparnya.
"Yeee, kan cuma minta tolong diambilin soto doang", sungut Adi.
"Idih bukan tugas ku menyiapkan makanan buat mu ya.. Noh, cepet cari istri lagi biar ada yang kasih kamu makan", omelan mbak Nita terus mengalir lancar bagai keran air PAM, sambil mengambil campuran kol dan tauge untuk campuran soto.
Sebenarnya Mbak Nita mengomel untuk menyemangati Adi sih, karena Mbak Nita kasihan dengan kehidupan adik iparnya itu.
Adi dongkol sampai ubun ubun..
"Nihh.. Kuah nya ambil sendiri", ujar mbak Nita sambil menyerahkan racikan soto.
Adi bergegas menerima, lalu menuju ompreng besar tempat kuah soto dipanasi diatas kompor. Adi semangat mengaduk kuah soto, mencari ceker ayam favoritnya.
Dapat tiga ceker, Adi tersenyum lebar.
Pria beranak satu itu bergegas meluncur ke pekarangan belakang rumah sambil menyambar kerupuk udang diatas meja.
Di belakang rumah ada beberapa pohon rindang, salah satunya rambutan Binjai. Adi beranjak kesana. Diatas kursi kayu panjang seharga 100 ribu perak, Adi nongkrong dengan santai.
'Benar benar nikmat yang tak mungkin aku dustakan'
Adi menikmati acara makan soto nya, sementara di dalam rumah lantunan ayat suci terus berkumandang.
Tepat jam 4 acara yasinan dan arisan bubar, setelah Jeng Retno dan Yu Sih menjadi pemetik arisan hari ini.
Adi yang masih asyik di belakang.
Tiba tiba Bu Siti memanggil nama nya, Adi menoleh ke arah dapur.
"Le, antarkan Bu Mamik pulang ya?
Kasian.."
ujar Bu Siti saat Adi mendekat.
"Lha tadi kesini naik apa Bu, kog balik di suruh nganterin? ", Adi monyong 7 centi mengingat ahli ghibah itu meledek nya tadi.
"Tadi diantar si Heni, tapi Heni belum kelihatan tuh", tatap Bu Siti ke arah halaman.
"Duhh merepotkan saja", Adi setengah hati beranjak. Dia mengeluarkan motor matic nya, karna tidak mau motor Vixion kesayangannya tercemar.
Baru mau berangkat, Bu Siti berteriak.
"Jeng, soto nya!!!
"Woiya lupa hehehehe.." Bu Mamik terkekeh, sambil kembali masuk ke rumah.
Adi mendengus kesal.
'Dasar ahli ghibah pikun'
Adi ikut masuk rumah, mengambil sebungkus rokok Diplomat yang tinggal 4 batang, dan menaruh di jok depan motor matic nya.
Bu Mamik kembali setelah hampir setengah jam Adi menunggu. Wanita seumuran ibu Adi itu menenteng tas plastik berisi beberapa buntalan.
"Jeng, pinjam duren mu sebentar ya?
Assalamualaikum", teriak Bu Mamik pada Bu Siti bsaat Adi mulai menjalankan motor matic nya.
Bu Siti tersenyum simpul.
Tak sampai 10 menit, mereka sudah sampai.
Adi yang hendak putar balik, di tahan Bu Mamik.
"Tunggu sebentar, jangan pulang dulu. Ayo masuk. Aku punya oleh oleh buat Cinta", kata Bu Mamik sambil menggelandang tangan Adi masuk ke rumah.
Hemmmm
Rumah itu tetap sama seperti dulu, cuma cat nya saja yang ganti.
Adi duduk di kursi tamu sambil menyulut rokok.
Tak berapa lama, terdengar suara motor matic berhenti di depan rumah.
Ternyata itu Heni. Melihat pintu depan terbuka dan motor asing, dari luar Heni memanggil ibunya.
"Buk...
Buk e sudah pulang ya?", teriak Heni sambil masuk, begitu melihat Adi Heni langsung bengong..
"Eh ada mas Adi...", ucap Heni malu setelah sadar baru saja teriak teriak kencang..
Adi hanya tersenyum tipis
'Gadis cilik itu sudah gede rupanya'
Heni salting abis melihat wajah Adi, lelaki yang sudah 12 tahun memenuhi hatinya.
"Su-sudah lama mas?", Heni gugup..
"Baru saja, tuh nunggu ibu kamu", Adi pasang tampang sok cool.
"Memang ibu kenapa??",
"Tadi aku di suruh nganterin pulang, gara gara kamu gak jemput", jawab Adi sambil menghisap rokok Diplomat nya.
"Hehehehe lupa mas, tadi habis ngantar ibu arisan, Heni ngeprint lembar jawaban di foto kopi Delta, eh ketemu teman di ajak makan, jadi kelupaan deh", Heni cengengesan dengan tampang tanpa dosa nya.
"Kebiasaan ya, dari dulu gak pernah berubah", Adi flashback teringat kejadian masa lalu .
Bu Mamik keluar dari dalam rumah, melihat Heni bisa cengengesan dengan Adi. Hatinya tersenyum bahagia.
Dia sengaja minta diantar sama Adi pakai alasan soto ayam, agar Adi mau bertamu ke rumah nya.
"Eh perawan ibu sudah pulang", ucap Bu Mamik
Mendengar suara Bu Mamik, Adi menoleh.
Di tangan perempuan itu ada satu tas plastik berisi es krim.
"Nihh Di, buat Cinta"
Adi segera menerima tas plastik berisi es krim.
"Terimakasih Bu,
Kalau begitu Adi pamit pulang dulu ya?,
Assalamualaikum"
Bu Mamik dan Heni kompak menjawab,
"Walaikumsalaam"
Adi bergegas melangkah keluar rumah, memutar motor matic nya dan menggeber nya menuju rumah.
Heni masih termangu menatap kearah perginya Adi. Ada sesuatu yang hilang rasanya.
Bu Mamik sepertinya paham dengan perasaan Heni.
"Kalau suka, kejar saja Nduk. Duren loh", bisik Bu Mamik ke telinga Heni.
"Ihhh ibuk apaan sih?", muka Heni merona seperti kepiting rebus..
"Yeee gini gini ibuk mu juga pernah muda, tau yang namanya jatuh cinta", tukas Bu Mamik sambil membusungkan dadanya.
"Soal pendidikan, kamu lebih hebat daripada ibuk tapi soal pengalaman pacaran, huhhh jauh"
Heni memang sadar, pengalaman pacaran nya nol besar. Dia hanya jatuh cinta sekali, itu hanya pada Adi. Saat itu Heni masih bocah bau kencur.
Saat Adi menikah, hati Heni hancur berantakan. Selama seminggu, dia mengurung diri di kamar.
Heni akhirnya memutuskan kuliah ke Jakarta untuk menghilangkan bayangan Adi dari pikirannya, tapi bukannya hilang tapi malah semakin tumbuh cinta Heni untuk Adi.
Saat Adi bercerai dari istri nya, Heni pulang ke kota nya. Hanya bisa mengagumi sosok lelaki yang menjadi cinta pertama nya dari jauh tanpa berani mendekat.
Tiba tiba ada aroma aneh seperti sesuatu terbakar..
"Buk aroma gosong ini,
tadi ibuk masak apa??", tanya Heni.
"Ibuk tidak masak,
cuma tadi...
Ya ampuuuuuunnnnn!!! "
Bu Mamik berlari ke dapur. Ompreng baru nya gosong. Buru2 mematikan kompor gas.
"Ibu tadi ngangetin kuah soto ayam pemberian ibunya Adi"
"Ya Allah buk buk, kog pikun gitu sih,
coba telat dikit saja, pasti kebakaran buk rumah kita", tukas Heni.
"Ini semua gara gara Adi, kuah soto ayam nya gosong", omel Bu Mamik.
"Ibu yang salah, kog malah nyalahin orang lain sih?", Heni heran.
Bukannya menjawab pertanyaan Heni, Bu Mamik malah mengambil handphone nya.
Tutttttt
Tut...
"Halo Assalamualaikum Jeng Siti
Walaikumsalaam Jeng Mamik
Eh jeng, kuahnya masih ada ndak?
Lha kenapa jeng?
Itu kuahnya tadi gosong jeng waktu di angetin.
Lailahailallah. Kasian banget jeng. Kalau jeng Mamik masih mau, tuh masih banyak Jeng.
Iya jeng, soal nya soto ayam nya enak banget jeng.
Ya sudah biar Heni yang kesitu ya jeng. Wassalamu'alaikum
Walaikumsalaam"
Ceklek..
"Hen, sekarang kamu ke rumah Adi,
ambil kuah soto", perintah Bu Mamik.
"Buruan...."
.
.
.
.
.
.
.
Kira kira apa Heni mau ke rumah Adi ya?
Author juga bingung nih 🤔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
rajes salam lubis
kalau bingung makan soto dulu thor
2025-01-05
0
rajes salam lubis
lanjuut
2025-01-05
0
rajes salam lubis
hmmm nyumiii
2025-01-05
0