🔥🔥🔥
"Aaaaaakh.....,"teriakku ketika tanganku ditarik seseorang. Kini, aku telah berada dalam dekapan tuan Devan. Aku terkejut, juga berontak minta dilepaskan.
"Tuan, lepaskan saya tuan," ucapku masih berusaha mrlepaskan diri dari pelukkan tuan Devan.
"Myla sayang, kau kemana saja, sayang. Aku sangat merindukkanmu." Ucap tuan Devan mengigau.
"Tuan, saya Lona bukan Myla. Tolong lepaskan saya, tuan," teriakku semakin berontak.
Mendengar teriakanku, akhirnya tuan Devan terbangun. Tapi nasibku tidak beruntung, karena tiba-tiba Ia mendorongku hingga terhentak kelantai. Aku menekan bagian dadaku yang terasa begitu nyeri, rasanya sangatlah nyeri. Aku menekannya semakin kuat untuk meredakan nyerinya. Usahaku tak sia-sia, karena kini nyerinya berangsur menghilang.
"Berani sekali kau mencari kesempatan saat aku tertidur," bentaknya padaku.
Aku tidak ingin lagi membela diri. Cukup sekali dia menciumku secara brutal, aku tidak ingin ada yang kedua kalinya.
"Saya hanya membangunkan, tuan," jawabku pelan sseraya menundukkan wajahku dalam.
"Minggir," kembali tuan Devan mendorongku.
Aku terhuyung, tapi aku masih bisa menjaga keseimbangan hingga tidak lagi terjatuh.
Menuju walk in closet, aku mengambil setelan kerjanya. Begitu urusanku selesai aku pun keluar dari kamar itu.
Tanpa menunggunya aku langsung keluar dari hotel, berjalan menuju perusahaan. Karena, aku harus segera berada disana sebelum tuan Devan sampai. Karena pekerjaanku adalah menyambutnya di lif.
Beruntung, hotelnya berada tak jauh dari kantor. Hanya 15 menit perjalanan aku sudah berada diperusahaan. Aku langsung menuju lif dimana tempatku bekerja.
Karena masih sepi, aku segera mengeluarkan rotiku dan segera melahapnya sebagai sarapanku hari ini.
Tak lama tuan Devan datang, dan aku segera menyambutnya. Seperti biasa, dia hanya melewatiku begitu saja.
Siangnya saat istirahat, aku sangat kelaparan. Beruntung ada sahabatku Yuna. Dia juga bekerja diperusahaan, Yuna bekerja di devisi keuangan. Yuna sangat sederhana dan juga baik hati, sangat berbeda dengan karyawan lain, yang rata-rata membenciku. Yuna sebenarnya adalah perempuan yang sangat cantik. Tapi dia menutupi kecantikkannya dengan kacamata yang besar, dengan rambut ikal yang selalu diikatnya tinggi. Aku sudah berteman lama denganya.
Seperti biasa, Yuna membawa bekal dari rumah, dan dia selalu mengajakku makan bersama. Karena, dia sengaja membawa bekal yang banyak agar bisa berbagi denganku.
Sore harinya, sudah waktunya pulang. Aku sudah bersiap-siap akan segera pulang berjalan kaki.
Tiba-tiba saja aku kebelet. Karena sudah tak dapat ditahan, aku berlari menuju toilet. Dan segera buang air kecil disana.
Begitu selesai, aku segera membuka pintu untuk keluar. Saat pintu terbuka, tiba-tiba seorang perempuan berpakaian seksi mendorongku hingga aku kembali terduduk di closet.
"Ada apa ini, kak. Kenapa kakak mendorongku?" Tanyaku marah.
"Oh...Lihatlah teman-teman, sekarang dia sudah berani melawan. Jangan-jangan benar lagi, kalau dia sudah menjual tubuhnya pada tuan Devan." Ucap perempuan yang tadinya mendorongku.
"Apa maksud kakak, aku tidak menjual tubuhku pada siapapun," jawabku berani.
"Sudahlah Lona, tidak usah berkilah lagi. Jelas-jelas tadi pagi aku melihatmu keluar dari lif khusus, yang biasanya hanya boleh digunakan oleh Tuan Devan dan sekretaris Aron.
"Aku tidak menjual tubuhku, kak. Aku berani bersumpah," jawabku hampir menangis.
"Sudahlah, tidak usah berbohong lagi, Lona. Teman-teman, ayo kita habisi jal*ng ini," ucap salah satu dari mereka, lalu mulai mengemukul serta melukaiku
Setelah puas, mereka segera meninggalkan aku yamg sudah tak berdaya didalam toilet. Lebam-lebam memenuhi tubuhku, pakaian dan rambutku berantakan.
Tapi mereka pandai, mereka selalu melukaiku dibagian tubuhku yang tak terlihat. Mereka tidak pernah melukaiku dibagian betis, tangan leher dan wajah, itu semua aman. Tapi punggungku, bahuku, pahaku, perutku, semuanya balu lebam. Ada juga yang memgeluarkan darah disana.
Aku mencoba untuk berdiri, dan kala itu pula nyeri di dadaku kembali datang. Aku menekannya sekuat mungkin, guna meredakan rasa sakitnya. Aku berhasil, nyeri yang ku alami kembali mereda.
Kembali aku mencoba untuk bengkit, memegangi baju agar tak terbuka, karena kancing bagian atasnya telah berserakan entah kemana.
Tak lupa aku merapikan rambutku yang berantakan. Luka dipunggungku mengelurkan darah segar, darah segar itu merubah warna bajuku yang tadinya putih menjadi bercak merah.
Rambut yang tadinya aku ikat, kembali aku urai, guna menutupi bercak darah yang ada dibahuku.
Menghapus air mataku. Aku kembali berjalan keluar dari perusahaan, walaupun terpincang-pincang. Kondisi perusahaan kali ini sepi, karena semua penghuninya telah pulang kerumah masing-masing.
Menyeret kaki lemahku, aku berjalan menuju hotel. Keadaan sudah mulai galap, karena malam telah datang. Aku terus menyeret kakiku, saat ini aku pasrah, kalaupun sampai hotel harus dihukum karena terlambat pulang. Aku tak ingin memikirnya itu dulu, yang aku inginkan sekarang, hanyalah pulang, walaupun pulang kekandang harimau sekalipun. Sesekali aku menghapus air mataku yang terkadang mengalir tanpa bisa aku tahan.
Ketika akan menyebrang, aku hampir ditabrak oleh sebuah mobil. Beruntung mobil itu segera mengerem mendadak, sehingga aku masih selamat.
Aku masih terduduk di aspal, sambil teris memegang bajuku yang kancingnya telah terbuka.
"Lona, ilona." Panggil seseorang dengan suara yang tak asing ditelingaku.
Aku menengadahkan pandanganku pada orang itu ternyata orang itu adalah mantan kekasihku yang telah mengkhianatiku yaitu Kak Ansel.
Kak Ansel duduk dihadapanku, bermaksud ingin membantuku berdiri. Tapi aku segera menepis uluran tangnya. Sekuat tenaga yang tersisa aku bisa berdiri sendiri.
"Lona, kamu kenapa bisa seperti ini? Kakak mencarimu kemana-mana. Bahkan adikmu tidak tau kamu ada dimana, sekarang kamu tinggal dimana, Lona?" Tanya kak Ansel membuatku tersenyum sinis.
"Apa peduli kakak padaku, ak...," ucapanku kembali terhenti kala rasa nyeri di dadaku kembali terasa.
"Lona, kamu kenapa. Ayo kakak antar kerumah sakit," ujar kak Ansel meraih tubuhku yang membungkuk, kembali aku menepisnya.
"Aku tidak mau kak, tolong tinggalkan aku sendiri, aku mohon kak. Biarkan aku hidup dengan caraku sendiri, lepaskan aku, aku mohon." Teriakku menangis histeris.
"Kakak hanya ingin membantumu, Lona. Apakah tidak boleh?" Ucap kak Ansel memaksa aku, untuk ikut dengannya.
Aku terus memberontak, tapi tak lama. Karena tenagaku tidaklah cukup untuk melawan kekuatannya.
"Aku ingin pulang, kak. Cukup antarkan aku pulang," ketusku.
"Baiklah, kakak akan mengatarkanmu pulang ke rumahmu," jawab kak Ansel.
"Tidak, aku tidak tinggal dirumahku. Antarkan aku kehotel GELORA," ucapku ketus.
Ckiiiiiit........
🍂🍂🍂
Like, komen, hadiah, dan vote🙏🙏🙏
Rate bintang 5 pleaseeee🙏🙏🙏
Maafkan typonya🙏
Selamat membaca dan semoga suka💗💗💗
lope readerss😍😘😘😘
🔥🍂**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Widi Rahmia
ko aku jadi nangis ya bacanya. semangat thor
2022-01-27
0
Vanza Vanza
nyesek thor
2021-09-08
0
Tati Cinqi
dadaq trsa sesak bgt bc novel ne
2021-08-01
0