Kesalahan

...🌻Selamat Membaca🌻...

Tristan sampai di apartemen, dari ruang tengah dirinya sudah bisa mencium aroma lezat masakan Stela. Tanpa pikir panjang, ia langsung melangkahkan kaki panjangnya menuju ruang makan.

Berbagai hidangan sudah tersaji di meja makan, namun sang koki tidak terlihat di mana pun. "Kemana Stela?" pikirnya.

Memperhatikan makanan lezat yang menganggur, Tristan tak dapat menahan lagi rasa laparnya. Buru-buru, ia menyendok nasi ke dalam mangkuk dan setelahnya duduk untuk segera memulai makan malam.

Saat sedang asyik menikmati makanannya, tiba-tiba sesuatu yang bergetar mengalihkan atensi Tristan. Ia segera melirik benda persegi yang diduga milik Stela tengah menyala di atas meja makan.

Penasaran, dia sedikit mengintip layar 6.2 inchi itu dari tempat duduknya. "Pria itu!" Tristan mendesis sinis begitu melihat nama si pengirim pesan yang tertera di layar ponsel Stela.

"Kak Tristan?" Tristan tersentak saat suara Stela mengagetkannya. "Kau sudah pulang?"

"Ah, ya." Sedikit gelagapan, Tristan menjawab pertanyaan Stela. "Aku makan duluan," lanjutnya.

"Tidak apa..." Stela yang baru selesai mandi, langsung mengambil tempat duduk di hadapan Tristan seperti biasa. Ia menyendok nasi dan memulai makan malamnya.

Tristan memperhatikan Stela makan sembari terus mengunyah makanan di hadapannya. "Cantik sekali," pujinya dalam hati melihat betapa anggun dan rapinya Stela saat makan. "Apa yang ku pikirkan?" Tristan segera menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran aneh yang sempat menggerayang di sana.

"Stela!" panggilnya kemudian. Ia menyimpan alat makannya di samping piring yang sudah kosong.

"Ada apa, Kak?" tanya Stela setelah menelan makanan yang tadi berada di mulutnya.

"Ada hubungan apa di antara kau dan pria yang tadi siang itu?" tembak Tristan tanpa basa-basi.

"Dia temanku," jawab Stela sambil menunduk, sedikit takut saat melihat tatapan tajam dan mengintimidasi pria di hadapannya.

Tristan merasa sedikit lega akan jawaban Stela, entah kenapa, tapi beberapa detik kemudian, ia mengingat sesuatu.

"Kau bilang, kau tidak punya siapa-siapa di kota ini, tapi ternyata kau punya teman, kau membohongiku agar bisa tinggal di sini?" tanya Tristan tegas.

"Bu-bukan begitu, Kak. Aku baru bertemu mas Rafa beberapa minggu yang lalu, dia kan adiknya pak Arya. Dia juga sering berkunjung ke toko bunga kak Risa," jelas Stela tanpa satu pun yang ditutupi.

"Dan kau langsung memanggil pria yang baru kau kenal dengan panggilan mas? Dan kau juga sudah sering jalan bersamanya?" tanya Tristan sinis.

DEG

Stela terbelalak mendengar ucapan Tristan yang seakan menyindirnya bahwa ia telah lancang memanggil pria yang baru dikenalnya langsung dengan panggilan mas, sebenarnya jika bukan Rafa yang meminta, dia juga merasa enggan. Tapi di sini, apakah itu menjadi masalah yang harus diperdebatkan?

"Jika kau sudah sedekat itu dengannya, kenapa kau tidak tinggal saja dengannya, huh?" sarkas Tristan.

Mata Stela memanas mendengar kata-kata Tristan yang menyiratkan jika dirinya adalah perempuan murahan yang bisa tinggal dengan sembarang pria, Stela langsung bangkit dari duduknya karena tak tahan berlama-lama dalam situasi seperti ini, entah apalagi yang akan pria itu katakan selanjutnya, dia belum siap untuk itu. "A-aku masuk dulu," pamit Stela setenang mungkin dan kemudian berbalik pergi.

DEG

Tristan baru tersadar saat melihat setetes air mata jatuh dari mata indah Stela. "Shit, apa yang sudah kulakukan?" rutuknya. Beberapa saat yang lalu, Tristan bukan seperti dirinya sendiri, ada perasaan aneh yang merasukinya saat mendengar kedekatan antara Stela dan Rafa, hingga tanpa sengaja ia telah berkata kasar pada gadis itu dan membuatnya menangis. "Dasar bodoh!" ia kembali merutuki dirinya saat melihat makanan Stela yang masih tersisa banyak. Pasti perut gadis itu belum banyak terisi.

Arrghhh...

Tristan mengacak surainya dan kemudian bangkit dan berjalan dengan gusar menuju kamarnya. Kepala panasnya patut didinginkan.

.......

London

"Elaaaaaa?!" Lagi-lagi Ambar tersentak dari tidurnya. Ia merasa jika saat ini putri kesayangannya itu tengah bersedih. Ikatan batin antara ibu dan anak yang memang kuat.

"Kau tak apa?" Anthony memasuki kamar saat mendengar teriakan sang istri.

"Ela, aku merindukannya." air mata Ambar kembali mengalir, ia sungguh merindukan putri kecilnya yang sudah beberapa minggu hilang itu.

"Dia baik-baik saja sayang," ucap Anthony.

"Kau selalu berkata jika dia baik-baik saja, bagaimana jika ternyata dia tidak begitu, huh? Bagaimana jika saat ini dia sedang bersedih, menangis atau mungkin....-," Ambar tak melanjutkan kata-katanya.

"Aku sudah menemukan di mana keberadaan Ela," dengan tenang Anthony memberitahu.

"APA?!"

...🌺 🌺 🌺...

8 tahun yang lalu...

Dua orang siswa laki-laki berdiri saling berhadapan, keduanya juga melemparkan tatapan membunuh pada satu sama lain. Salah satu di antara keduanya, memiliki penampilan yang bisa dikatakan urakan. Kemeja yang lengannya digulung sampai bahu, rambut emo yang berantakan, tindikan di kedua telinga juga gelang-gelang aneh yang melingkari pergelangan tangan kurusnya, itu adalah pemandangan yang bisa dilihat dari siswa bernama Tristan Gautama. Sementara di hadapannya, berdiri siswa dengan tampilan rapi dan bersahaja, pemegang nilai tertinggi di sekolah selama dua tahun berturut-turut dan saat ini masih menjabat sebagai ketua organisasi siswa intra sekolah, dia Rafandra Hemachandra.

"Apa maumu?" tantang siswa berambut emo tersebut.

"Berhenti bersikap sok jagoan dan patuhi semua aturan yang berlaku," jawab Rafa tenang.

"Sebaiknya kau saja yang berhenti ikut campur urusan orang lain!" Balas Tristan cepat.

"Jika bukan demi nama baik sekolah, seujung kuku pun aku tak sudi untuk ikut campur urusan orang tak berguna sepertimu!" tanpa pikir panjang, Rafa menerjang Tristan dengan kata-kata pedasnya. Ia sudah muak karena selalu berurusan dengan siswa bermasalah seperti Tristan.

Wajah tampan siswa 17 tahun itu mengeras, tangannya mengepal dan dengan berjalan dua langkah ke depan, ia langsung meraih kerah baju Rafa. "Sialan kau!" gertaknya. Manik hitamnya menghunus tajam sepasang manik coklat tua di depannya yang menantangnya tanpa takut.

Rafa menyeringai. "Lebih sialan aku atau kau, hm? Siswa yang hanya bisa menyusahkan orang tua, merugikan orang sekitar dan membuat tak nyaman berbagai pihak. Seharusnya sebutan itu lebih cocok disematkan pada siswa badung tak berguna sepertimu, si-a-lan!" Rafa tak bisa lagi mengontrol kata-kata yang keluar dari mulutnya, alhasil perkataannya kali ini membuat laki-laki di hadapannya marah.

"MATI KAU?!"

Emosi Tristan sampai di ubun-ubun, ia sudah mengangkat tinjunya ke udara untuk segera dilayangkan ke wajah Rafa tapi terhalang saat tangannya ditahan oleh seseorang.

"Arya?" ucapnya kala melihat si pemilik tangan yang telah menghentikan aksi anarkinya. Arya adalah kakak kembar dari Rafa.

"Cukup, Tan!" Arya menghempaskan tangan Tristan dan sedikit mendorong tubuh sahabatnya itu ke belakang hingga membentur dinding gedung belakang sekolah.

Rafa yang lepas dari cengkraman Tristan segera merapikan seragamnya yang kusut. Kemudian, ia memperhatikan kedua orang itu dari belakang.

"Berhentilah bersikap kekanak-kanakan, Tan! Kau bukan anak kecil lagi, berpikirlah sedikit dewasa! Kau tak mau kan hidup seperti ini untuk selamanya? Tanpa tujuan dan tak tentu arah?" Bentak Arya.

"Bilang saja kalau kau membela adikmu itu?" Sewot Tristan.

"Ini bukan masalah aku yang membela siapa, tapi aku mengatakan ini demi kebaikanmu?" Jelas Arya.

Tristan terdiam, terbesit sedikit rasa kesal mendengar ucapan sang sahabat tapi bagaimanapun juga semua yang dikatakan Arya itu memang benar. Dirinya sudah jauh melenceng selama ini, akibat keluarga yang berantakan, ayah yang kasar dan suka main tangan pada ibunya membuat Tristan tumbuh menjadi pribadi yang turut kasar, ia sering berkelahi, tidak hanya di dalam sekolah, tetapi juga dengan siswa lain di luar sekolah. Selama hidupnya sang ibu sangat menderita, pernah beberapa kali ia meminta ibunya untuk keluar dari rumah, hidup berdua saja dengannya supaya wanita yang dicintainya itu tidak disakiti lagi, tapi apa jawaban yang ia dapat dari ibunya. "Ibu tidak bisa meninggalkan ayahmu karena ibu sangat mencintainya." Bullshit, cinta dan bodoh itu ternyata beda tipis. Menurutnya, ibunya bodoh karena masih mempertahankan cintanya demi pria brengs*k seperti sang ayah. Tristan sangat membenci ayahnya.

"Berubahlah, Tan, demi almarhumah ibumu," pinta Arya pelan.

Tristan langsung membuang muka ke samping, berupaya menghalau sesak di dada dan juga bulir di mata agar tidak jatuh, Arya menyinggung masalah ibunya dan hal itu adalah kelemahan terbesar Tristan.

"Demi Ibuku," ucapnya pelan.

"Ya, demi ibumu."

Setelah Tristan tenang, Arya segera menghembuskan napas lega. Beruntung kali ini Tristan dapat dikendalikan, tidak seperti biasanya yang suka melawan. Bahkan Arya pernah beberapa kali terkena bogem Tristan karena selalu turut campur masalah sahabatnya itu. Perlahan, Arya mundur dan menghadap Rafa.

"Maafkan Tristan kalau selama ini dia merepotkanmu. Aku janji ini yang terakhir, aku akan mengawasinya," ucap Arya.

"Baguslah, mohon kerjasamanya dan terimakasih, Mas." setelah mengucapkan itu, Rafa pun beranjak pergi meninggalkan dua siswa lainnya.

Rafa heran, kenapa sang kakak bisa akrab dengan Tristan sementara ia justru sangat membenci sahabat kakaknya itu. Aneh.

.......

Rafa membuka pelan matanya, kilasan masa lalu terbayang ketika ia memejamkan mata. Bagaimana hubungannya dengan pria bernama Tristan tersebut dulunya.

"Sepertinya dia benar-benar sudah berubah," gumam Rafa.

Ia ingat, saat terakhir kali ia menasehati Tristan, setelahnya pria itu tak pernah berbuat masalah lagi. Sepertinya kakak kembarnya waktu itu benar-benar membantu. Walaupun tak berbuat ulah lagi, tapi Tristan selalu menatapnya penuh aura permusuhan setiap kali mereka bertemu atau saling pandang, terlebih siang tadi.

"Hah... kenapa harus bertemu dengannya tadi? Dan ada hubungan apa sebenarnya Stela dengan si Tristan itu. Arrghhh... aku penasaran," gerutu Rafa. Ia langsung menyambar ponsel di nakas dan mendial nomor Stela, rasa penasarannya harus segera dituntaskan daripada nanti dia tidak bisa tidur karena terus kepikiran.

"Ha-lo?" suara di seberang sana menyapa, terdengar sedikit serak dan sedih, membuat kening Rafa mengernyit.

"Ela, are you okay?" ia bertanya.

"Hm... I'm okay," jawab Stela lesu.

Rafa tidak bertanya lagi, ia tahu mungkin saat ini Stela tidak ingin menceritakan apa yang tengah terjadi pada dirinya dan Rafa pun tidak memiliki hak untuk ikut campur untuk saat ini.

Dengan cepat pria jenius itu memutar otak, sampai pada sebuah pemikiran untuk menghibur Stela.

"Apa bulan ini Risa memberimu libur?" Rafa kemudian bertanya lagi, tapi dengan topik yang berbeda dari niat awalnya.

"Hm... iya, sabtu ini aku libur. Memangnya ada apa, Mas?" suara Stela mulai berubah, tak ada lagi nada sedih, malahan kini yang terdengar adalah suara bernada antusias.

"Aku mau mengajakmu jalan ke suatu tempat," jawabnya.

"Benarkah, ke mana?" suara Stela semakin bersemangat, Rafa mengulas senyum tipis mendengarnya.

"Rahasia, persiapkan saja dirimu untuk tiga hari kedepan, ok?"

"Ok."

"Ya sudah, sekarang kau tidur dan jangan lupa mimpikan aku!" Rafa mencoba sedikit merayu, hingga terdengar suara kekehan di seberang sana.

"Berdo'a saja semoga nanti kita bisa bertemu di alam mimpi," balas Stela.

"Amiiin..." dengan cepat Rafa mengamini, yang lagi-lagi menuai gelak tawa dari si cantik di seberang telepon.

"Selamat malam, Mas Rafa."

"Selamat malam......-"

TIT

...-cantik," belum sempat Rafa selesai berucap, sambungan langsung dimatikan Stela.

"Untung saja Stela tidak mendengar kata terakhirku, aku bisa dikira gombal," desah lega Rafa.

Pada akhirnya Rafa tidak jadi untuk menanyakan hubungan antara Stela dan Tristan, tapi tak apa, ia yakin malam ini akan tidur nyenyak setelah mendengar suara merdu si cantik penjaga toko bunga.

...Bersambung...

Jangan lupa Vote dan Comment ya, Readers...😊

Episodes
Episodes

Updated 76 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!