Playboy

...🌻Selamat Membaca🌻...

"Jadi benar perempuan cantik itu adalah pembantumu?" tanya Vanka yang masih tak percaya. Bagaimana mungkin seorang gadis cantik yang sangat cocok menjadi seorang model, malah menjadi pembantu di rumah sahabatnya.

"Ceritanya panjang dan ya, apa yang membuatmu datang kemari?" Tristan mengalihkan topik.

Vanka menepuk jidat lebarnya, saking terpesonanya dia sampai lupa tujuannya datang ke apartemen Tristan. "Aku ingin kau membaca tawaran baru ini!" Perempuan berumur 24 tahun itu mengambil sebuah map berisi dokumen dari dalam tasnya dan mengangsurkannya pada Tristan.

"Tawaran baru?" Tristan mengambil map itu dan membukanya.

"Ya, kau tahu Ivana Gunawan, kan? Dia adalah salah satu designer ternama di negara ini. Kali ini dia mengeluarkan wedding collection terbarunya dan ingin kau yang menjadi modelnya," jelas Vanka selaku menager dari Tristan.

Pria bermata elang itu membaca dengan seksama dokumen yang berada di tangannya. Sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas saat matanya menangkap sebuah nama yang tertulis di sana. Nama seseorang yang nanti akan menjadi pasangannya. "Ok, kita ambil!" putus Tristan tanpa pikir panjang.

"Secepat itu? Biasanya kau paling malas kalau harus jadi model berpasangan?" selidik Vanka curiga.

"Hm." Tristan hanya bergumam dengan wajah datar membuat Vanla jengah dan memilih untuk tidak bertanya lagi.

"Ya sudah, aku akan kembali ke kantor dan mengurus kontraknya. Aku akan mengabarimu nanti." Vanka mengambil map yang tergeletak di meja dan bangkit dari duduknya. "Bye."

"Hm."

Vanka melangkah pergi namun belum mencapai pintu, ia berbalik dan menatap kembali sahabatnya.

"Apa lagi?"

"Bagaimana kalau aku jadikan gadis tadi sebagai model?" tanya Vanka. Sebagai manager Tristan, Vanka juga merupakan seorang Booker di agensi modelnya. Jadi dia sangat ingin menjadikan Stela sebagai model, dengan wajah cantik itu pasti akan sangat gampang masuk ke sana.

"Terserah padamu!" jawab Tristan tak acuh.

"Baiklah."

.......

My Darling💕

Kau sudah kembali dari tempat Tristan?

^^^✓Aku sudah ada di kantor^^^

My Darling💕

Langsung ke ruanganku ya, kita lunch bersama.

^^^✓Baiklah^^^

Vanka menaruh kembali ponselnya ke atas meja kerja. Ia baru datang 10 menit yang lalu dan sekarang sudah di suruh masuk ke ruangan CEO.

"Haaahhh.." perempuan itu menghembuskan napas berat. Sebenarnya ia masih enggan untuk menemui direktur yang sekaligus merangkap menjadi kekasihnya itu. kesalahan yang dilakukan oleh pemikik agensi S-Models itu masih membuatnya sakit hati.

Seminggu ini hubungan mereka terasa hambar bagi Vanka. Memang benar jika dirinya begitu mencintai sang kekasih namun kesalahan yang telah dilakukan oleh pasangannya itu sudah terlanjur membuatnya kecewa. Hubungan mereka sudah tak sehat, Vanka tak yakin apa ia masih bisa bertahan atau tidak.

Cklekk

Tanpa mengetuk pintu, Vanka langsung menerobos memasuki ruang CEO. Di dalam sana ia bisa melihat sang kekasih sedang duduk di kursi kebesarannya sambil memainkan ponsel. Vanka berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan itu dan duduk di sana.

Melihat kedatangan kekasihnya, pria tampan bernama Sagara itu langsung menyimpan ponselnya di saku jas, bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Jovanka.

"Bagaimana, apa Tristan menerima tawaran itu?" tanya si pria yang sudah duduk tepat di samping gadisnya.

"Ya..." jawab Vanka malas. Ia sama sekali tak berminat melihat wajah pria di sampingnya.

"Ada apa, sayang? Kau kenapa?" Pria itu meraih dagu Vanka dengan sebelah tangannya dan membawa kepala perempuan itu agar mau menghadapnya.

Manik abu-abu dan coklat gelap itu seketika bertemu, namun hanya sebentar karena Vanka segera memutus kontak matanya dengan si pria.

"Sayang, ada apa denganmu?" tanya pria itu mulai kesal. Ia sangat tidak suka diabaikan, apalagi oleh kekasihnya sendiri.

"Tidak ada apa-apa," jawab Vanka datar.

"Lalu kenapa kau bertingkah seperti ini, huh?" Sagara sudah memerah menahan emosi melihat tingkah kekasihnya yang dingin. Tidak tahu apa salahnya hingga membuat perempuan itu tidak mengacuhkannya.

Vanka yang mendengar nada emosi dari pria di sampingnya mau tak mau menoleh, matanya menatap tajam pria itu. "Apa kau bilang? Aku bertingkah? Kau yang selalu bertingkah Gara!" bentak Vanka yang tak kalah emosi.

"Apa maksudmu?" pria yang dipanggil Gara itu terkaget mendapati bentakan sang kekasih.

"Jangan pura-pura bodoh, sampai kapan kau mau berbohong, huh? Sampai kapan kau mau bermain di belakangku, huh?" Vanka semakin emosi, Gara sama sekali tidak menyadari kesalahannya.

Gara tersentak, matanya melebar dan wajahnya langsung berubah pias. "Mak-maksudmu apa sayang?" tanyanya gugup.

Vanka tertawa sumbang, Gara benar-benar menguji kesabarannya. "Tidak usah berlagak polos, berapa kali kau berselingkuh di belakangku, hm?"

"Se-selingkuh? Siapa yang berselingkuh? Aku sama sekali tak mengerti maksudmu sayang," elaknya. Namun bisa dilihat dari raut wajahnya, jika Gara begitu gugup dan gelisah.

"Tidak usah mengelak lagi, di perusahaan ini namamu itu sudah tercemar Gara. Banyak gosip yang beredar dan mengatakan jika kau sering tidur dengan para modelmu."

"Aku tidak melakukan itu!"

"Pembohong! Sudah lama aku mendengarkan gosip semacam ini. Awalnya aku tutup telinga karena ku pikir kau tidak mungkin seperti itu, tapi semakin kesini aku merasa jika gosip itu memang benar adanya," jelas Vanka menggebu-gebu.

"Kau lebih percaya dengan gosip daripada kekasihmu sendiri?" tanya Gara sengit.

Vanka menutup wajahnya frustasi, dadanya kembang kempis, perlahan air mata mengalir di pipinya. Ia menangis.

"Aku hanya ingin kau jujur Gara hiks, tapi kenapa kau terus berbohong. Kau anggap apa aku selama ini hiks?" lirih Vanka terisak.

Gara merasa terluka melihat wanita yang ia cintai itu menangis. Pelan-pelan, ia raih tangan Vanka dan menggenggamnya erat. "Percaya sayang, aku tidak seperti itu," ucapnya meyakinkan.

Vanka yang masih terisak langsung terdiam saat mendengar ucapan Gara yang lagi-lagi tidak mengakui kecurangannya.

"Kau adalah pembohong besar yang pernah ku kenal selama ini, Gara!" Vanka berdiri dari duduk, menghempaskan tangan Gara yang menggenggam tanganya. Ia menghapus kasar air matanya dan menatap nyalang pria yang masih duduk dengan raut gelisah.

"Aku tidak berbohong!"

"Oh, baiklah." Vanka merogoh sesuatu dari saku blazernya, setelah di dapat ia langsung melemparkannya tepat ke depan wajah Gara. "Bisakah kau jelaskan padaku tentang foto-foto itu?" tuntutnya.

Perhatian Gara langsung teralih pada foto-foto yang dimaksud kekasihnya. Ia memunggut beberapa foto yang berserakan di lantai. Matanya langsung terbelalak melihat foto tersebut.

Vanka tertawa miris melihat wajah pucat Gara. "Kenapa? Kau mau bilang jika foto itu editan? rekayasa? atau kau dijebak?" ejek Vanka.

"I-itu.." Gara tak bisa berkata apa-apa.

"Jelaslah itu asli, tidak mungkin rekayasa, editan apalagi dijebak. Partnermu berganti-ganti ya, apa boleh aku bertanya? Dari sekian banyak wanita yang kau tiduri, siapa yang paling bisa memuaskanmu, huh? Siapa yang SERING KUA PAKAI, HUH?" Lagi-lagi Vanka tak bisa menahan emosinya.

"Sa-sayang, aku.." Gara berdiri, mencoba menghampiri Vanka namum gadis itu memilih untuk melangkah mundur.

"Kau menjijikkan Gara!" desis Vanka.

"Sayang, maafkan aku," ucap pria itu sendu.

"Woah...akhirnya kau mengakui kesalahanmu, hm?" Vanka ingin sekali menangis, meraung, menumpahkan semua rasa sakit yang menekan dadanya, tapi tidak, tidak dihadapan pria brengsek yang telah membuatnya terluka ini.

"Ya, a-aku melakukannya..." Gara akhirnya mengakui kecurangannya.

"Berapa tahun kita bersama? Satu? Dua? Tiga? empat? LIMA. LIMA TAHUN KITA BERSAMA DAN KAU SUDAH MEMBOHONGIKU SELAMA ITU, GARA. KAU MEMANG BRENGS*K!" Vanka mendorong dada Gara hingga tubuh pria itu terdorong kebelakang.

"Ya, kita sudah bersama selama lima tahun tapi kau tidak pernah mengizinkanku untuk menyentuhmu. Aku ini pria dewasa Vanka, aku butuh tempat untuk menyalurkan hasrat lelakiku sementara kau tidak mau membantuku. Lalu aku harus apa, huh?"

Prokk... prokk... prokk....

Vanka bertepuk tangan sambil tertawa mendengar alasan Gara. Alasan yang membuat kekasihnya itu sampai bermain dengan wanita lain di belakangnya. "Oh... jadi itu alasannya. Kau mencari pelampiasan di luar sana karena kau tak bisa mendapatkannya dari ku?"

Gara hanya diam, tidak menyangkal ucapan Vanka karena memang seperti itulah adanya.

"Apa yang ada di otakmu itu hanya hal-hal yang tidak senonoh, HUH?"

Lagi-lagi Gara diam tak berkutik, pria sepertinya memang tidak bisa dijauhkan dari hal-hal berbau mes*m. Itu sudah seperti kebutuhan untuknya.

"Apa salah jika aku tetap menjaga kehormatanku sampai saat aku menikah nanti, hm?" suara Vanka kini terdengar lirih, air mata yang sempat berhenti kini mengalir kembali.

Gara diam, tak tahu harus mengucapkan apa. Pembelaanpun rasanya percuma.

"Aku memang menolak setiap kali kau ingin menyentuhku tapi bukankah sudah ku katakan, kau bisa menyentuhku jika kau mau menikahiku, tapi apa? Kau sama sekali tidak berniat menikahiku. Kau bilang belum siap, jadi sebenarnya kau itu mencintaiku atau tidak Gara?"

"Percayalah aku mencintaimu.." Gara membuka suara setelah terdiam cukup lama.

"Tidak ada orang yang mencintai tapi berkhianat!"

Gara tersudut, memang ini semua salahnya. Ia sangat mencintai Vanka tapi ia juga tak bisa mengabaikan kebutuhan biologisnya karena itu sangat menyiksa.

"Jika kau menginginkannya, nikahi aku maka hasratmu akan terpenuhi. Aku juga akan melayanimu dengan sepenuh hatiku, tapi ini tidak, kau malah mencari kepuasan di tempat lain. Tidak hanya dengan satu wanita tapi banyak, kau sudah bergonta ganti pasangan dan itu sangat menjijikkan!"

"Sayang, aku sangat mencintaimu. Ku mohon jangan tinggalkan aku!" pinta Gara memelas.

"Setelah apa yang kau lakukan, kau masih ingin mempertahankan hubungan ini?"

"Ya."

Vanka menghela napas. "Sebaiknya sekarang kita intropeksi diri terlebih dahulu dan aku juga butuh waktu untuk sendiri." Vanka melangkah menuju pintu dan keluar. Sementara Gara sama sekali tidak menghentikannya, pria itu tahu dia yang salah, dia akan memberikan waktu untuk gadis yang dicintainya itu. Semoga perpisahan bukanlah pilihan terakhir bagi kisah cinta mereka.

"Maafkan aku, Jovanka."

.......

Stela dan Tristan baru saja selesai makan siang. Kini mereka memilih duduk di ruang tamu dengan televisi menyala.

"Tristan!" panggil Stela. Acara TV membuatnya bosan, jadi berbincang mungkin bisa mengatasi kebosanannya.

"Hm?" sahut Tristan yang tengah sibuk membaca majalah.

"Perempuan tadi siapa?"

"Managerku."

"Manager? Memang pekerjaanmu apa?" tanya Stela penasaran.

Tristan tidak menjawab, ia malah menyodorkan majalah di tangannya ke hadapan Stela.

Stela bingung, namun ia tetap mengambil majalah itu. Helai demi helai halaman dibaliknya dan kini pertanyaan itu terjawab sudah.

"Kau seorang model?" tebak Stela dan dibalas deheman oleh Tristan.

"Woah, it's cool." Stela kembali memandangi foto-foto Tristan di dalam majalah itu.

"Pantas saja tampan, ternyata seorang model," batin Stela.

"Oh God!" Stela berteriak dalam hati saat matanya melihat foto topless Tristan. Ia memandanginya sejenak kemudian segera menutup majalah itu dengan kasar.

"Ada apa?" tanya Tristan.

"Nothing, a-aku masuk ke kamar dulu," pamit Stela buru-buru. Sampai di kamar, ia langsung menghempaskan tubuhnya di kasur. Foto Tristan tadi kembali terbayang di benaknya. "Oh God, he's so sexy," gumam Stela.

Sepeninggal Stela, suara bel terdengar berbunyi. Dengan malas Tristan berjalan untuk membukakan pintu.

Cklekk

"Tristan!"

Tubuh Tristan langsung ditubruk oleh sang tamu hingga terhuyung menghempas dinding di belakangnya.

"Jo? Kau kenapa?" tanya Tristan.

"Tan, hiks..." Vanka masih memeluk sahabatnya.

"Masuk dulu, tidak baik berdiri di sini."

Akhirnya dua orang itu masuk, Vanka duduk di sofa bersama Tristan.

"Kenapa?" tanya pemuda itu heran. Saat datang pertama kali tadi ia lihat sahabatnya itu baik-baik saja, tapi sekarang kenapa terlihat kacau dan menyedihkan seperti ini.

"HUAAAAAAAAAAAAAAA...," jerit Jovanka tib-tiba, Tristan langsung menutup telinga.

"Selama ini Gara selingkuh di belakangku, Tan," kadunya.

"Hm? Kenapa bisa?" pertanyaan bodoh Tristan membuat Vanka geram.

"Ya bisalah hiks, kau tahu? Dia bermain dengan wanita lain di belakangku, tidak hanya satu tapi banyak wanita hiks dan rata-rata wanita itu adalah rekan seprofesimu hiks," jelas Vanka masih terisak.

"Dia sangat mencintaimu, tidak mungkin dia melakukan hal itu.." Tristan sedikit mengenal sang atasan. Dan dari cara pria itu memperlakukan Vanka, Tristan bisa lihat jika Gara sangat mencintai sahabatnya itu.

Vanka menceritakan semuanya pada Tristan tanpa satu pun ia tutupi. Bahkan ia juga membeberkan nama-nama model dari agensinya yang pernah tidur dengan Gara.

Tristan menangguk-anggukkan kepalanya paham. "Sebenarnya salahmu juga sih kenapa tidak membiarkannya menyentuhmu." Begitulah pendapat Tristan.

Vanka menganga, bukan membelanya tapi sahabatnya itu malah membela Gara, si brengs*k yang hobby gonta-ganti teman tidur.

"Dasar, di mana-mana semua pria sama saja. Pikirannya tidak jauh-jauh dari hal-hal mes*m!" Sindir Vanka. "Kau juga begitu, huh? Kau juga sering tidur dengan rekan modelmu?"

"Kau pikir aku pria murahan? Aku punya cara tersendiri untuk menyalurkan hasrat lelakiku. Jadi jangan samakan aku dengan kekasih brengs*kmu itu!" jelas Tristan gamblang.

"Intinya sama saja."

"Ya jelas beda."

"Sama."

"Beda."

"Kalian kenapa?" Stela yang baru keluar dari kamar terheran melihat dua orang yang tengah berdebat itu.

"Stela?" panggil Vanka.

"Heh? Ya?" sahut Stela.

Vanka berdiri dan menghampiri Stela, ia langsung memeluk gadis itu. "Sebagai sesama perempuan aku mau curhat padamu. Bolehkan?" pinta Vanka penuh harap.

"Bo-boleh.." walaupun sedikit canggung Stela tidak mungkin menolak. Jovanka terlihat sedih dan mungkin dia dapat membantu.

"Curhat dengan Tristan percuma, dia tidak akan mengerti. Dia pasti akan membela kaumnya. Huhh.."

"Ya sudah, curhat saja sama kaummu sana!"

Stela terkekeh melihat perdebatan dua orang di depannya. Selain itu, dia sedikit takjub melihat reaksi Tristan yang lain dari biasanya. Pemuda itu terlihat lebih terbuka pada sahabatnya.

"Ayo kita ke kamarmu!" ajak Vanka pada Stela.

"Ya."

"Tan, malam ini aku menginap ya. Aku akan tidur dengan Stela.."

"Tan...Tan, kau pikir aku setan." Tristan mendengus dengan muka masam. "Alamat jadi tempat penampungan apartemenku sekarang," gumamnya lelah.

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

🌷 ‘only_@g’🌷

🌷 ‘only_@g’🌷

Hadir dengan like nih thorrr 👍 Salken 👋 dari'Simple That Perfects' 😊

di feedback ya thorrr 🙏😊

2021-04-22

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 76 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!