Tinggal Bersama

...🌻Selamat Membaca🌻...

Jakarta, 12.30 a.m

Stela sudah berkeliling ke beberapa sudut kota Jakarta untuk mencari apartemen yang cocok untuk dihuninya. Cukup lama mencari, dirinya masih belum menemukan yang pas. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas lewat, jadi Stela memutuskan singgah di sebuah restoran untuk menikmati makan siang. Sungguh, dirinya sudah mati kelaparan. Pagi tadi ia cuma sempat mampir di cafe untuk sekedar mengisi perut dengan secangkir kopi juga pancakes.

Tempat yang dipilih Stela sebagai tempat makan siangnya kali ini adalah sebuah kedai sederhana. Ia melihat daftar menu yang tertempel di depan kedai menyajikan mi rebus. Setelah semalam memakan makanan berupa mi itu, entah kenapa Stela ingin mencicipinya lagi. Rasanya sungguh lezat.

Stela segera memasuki kedai dan langsung di sambut hangat di sana. Setelah duduk dan memesan kini Stela tinggal menunggu mi rebus dengan asap mengepul itu datang, woah.. .membayangkannya saja sudah membuat salivanya menetes.

Sambil menunggu, Stela iseng membuka ponselnya, ponsel baru yang ia beli tadi pagi. Sengaja ia meninggalkan ponsel lamanya di rumah karena takut keberadaannya dilacak. Tapi tenang, semua nomor yang ia anggap penting sudah di catatnya di buku memo.

Di ponsel barunya, Stela membuat beberapa akun sosial media yang baru. Ia memilih nama Sunflower_AK untuk akun instagram miliknya, dengan foto profil setangkai bunga matahari dengan latar belakang cahaya matahari senja. Jangan salah kenapa Stela menggunakan user name dan juga foto profil bunga matahari, itu semua karena dia sangat menyukainya. Ibunya bilang, dirinya itu seperti bunga matahari, hangat dan ceria.

Tak berselang lama, mi rebus pesanan Stela datang. Sebelum menyantap mi berkuah itu, ia membidik kamera ponsel canggihnya ke arah hidangan di depannya dan segera memposting foto itu sebagai postingan pertamanya di Instagram.

Selesai dengan instagramnya, tanpa menunggu lebih lama lagi, Stela langsung melahap mi rebus plus telor itu dengan nikmat.

.......

London, 04.30 a.m

"STELA?!"

Pekikan Ambar di pagi buta itu membangunkan Anthony dari tidurnya yang baru beberapa jam saja.

"Sayang, apa yang terjadi? Kenapa kau berteriak?" Anthony mendekat ke arah sang istri yang kini terduduk di tempat tidur mereka. Wajah wanita itu tampak cemas dengan bulir keringat yang membasahi muka sampai ke lehernya.

"Anthony, Ela-ku?" Ambar menatap dengan mata berair ke arah suaminya.

"Tenanglah sayang, putri kita pasti baik-baik saja. Aku sudah mengerahkan beberapa bawahanku untuk mencari di mana keberadaan Stela saat ini. Sebentar lagi dia pasti akan ditemukan, percayalah!" Ucap Anthony tenang, namun di dalam hati ia sangat mencemaskan keadaan bungsunya yang menghilang itu. Hanya saja ia harus bersikap kuat dan tetap tenang demi sang istri.

"Tapi kita tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Apakah dia sudah makan, di mana dia tinggal, kau tahu sendirikan kalau putri kecil kita itu tidak pernah berpisah dari kita sebelumnya, lalu bagaimana cara dia bisa bertahan hidup di luar sana? Bagaimana kalau sesuatu yang buruk menimpanya? Siapa yang akan menolongnya Anthony, siapa?" raung Ambar.

Anthony menghela napas panjang, ketakutan yang dirasakan istrinya turut ia rasakan juga. Tapi untuk saat ini ia hanya bisa berharap pada Tuhan agar selalu melindungi putri mereka di mana pun dia berada.

"Sekarang tidurlah lagi, besok kita akan cari tahu perkembangannya." Anthony membantu Ambar berbaring dan kemudian memeluk istrinya itu agar dapat terlelap kembali.

"Dimana kamu, Nak?" batin Anthony pilu.

.......

Stela kini berada di depan salah satu gedung apartemen yang menurutnya cocok sebagai tempat tinggalnya. Gedungnya memang tak semewah gedung apartemen pemuda dingin yang ia kenal kemarin malam, namun entah mengapa dia merasa pas kalau tinggal di sini. Tempatnya sedikit jauh dari jalan raya dan juga dikelilingi banyak sekali tumbuhan hijau di sekitarnya, menjadikan tempat ini begitu asri, nyaman dan tenang.

"Baiklah..." Stela menyemangati dirinya dan kemudian mulai melangkah untuk memasuki gedung apartemen. Baru saja kakinya menginjak halaman apartemen, seseorang yang entah darimana datangnya langsung menyambar koper yang ia gerek di tangan kirinya.

"PENCURI!!!!!" Pekik Stela heboh. Sambil berteriak ia berusaha untuk mengejar si pencuri. Beberapa warga sekitar yang menyaksikan juga ikut membantunya, namun naas pencuri itu langsung menaiki sebuah motor dan melesat pergi.

"Ya Tuhan, barang-barangku..." Stela hanya bisa terduduk lemas di aspal jalanan. Beberapa warga tampak prihatin, namun mereka tak bisa melakukan apa-apa dan kini Stela hanya bisa pasrah.

Setelah menenangkan diri, Stela bangkit dan membersihkan wajahnya yang sempat dibanjiri air mata. Ia harus kuat, ia harus menanggung semua resiko karena kabur dari rumah.

Dengan langkah pelan, Stela mendekati sebuah taman yang berada di samping gedung apartemen. Dia duduk di taman itu. Mengeluarkan ponselnya dan segera mencari nomor Carly-asisten pribadinya- untuk meminta bantuan.

Entah kesialan apa yang menimpanya hari ini, ia lupa jika belum menyimpan nomor Carly dan nomor-nomor penting lainnya. Dan sialnya lagi, catatan dari nomor-nomor telepon itu berada di dalam kopernya.

"Shit.." umpatnya kesal. Ingin sekali Stela meraung-raung meratapi nasib malangnya tapi urung ia lakukan. Prinsip awalnya, ia harus kuat karena memang inilah jalan yang ia pilih.

Kini Stela menggeledah isi dari tas selempangnya. Di dalam sana ia menemukan lima lembar uang rupiah pecahan seratus ribu, satu lembar lima puluh ribu, 3 lembar uang sepuluh ribu dan satu lembar uang lima ribu, selain itu juga ada kartu indentitas dirinya. Ya, cuma ada itu di dalam tasnya kini. Semua kartu, dokumen-dokumen penting, dan juga puluhan juta rupiah uang tunai, berada di dalam koper.

"Oh God, langsung kaya mendadak pencuri sialan itu!" Pekik Stela frustasi.

Cukup lama termenung meratapi kesialannya, kini Stela memilih pergi ke sebuah mall terdekat dengan berjalan kaki. Di sana ia membeli beberapa baju dan juga pakaian dalam, ia tidak akan betah jika harus menggunakan pakaian yang sama seharian penuh.

Stela meringis memperhatikan barang belanjaannya, Ia hanya membeli tiga potong atasan, tiga bawahan, dua piyama, tiga stel pakaian dalam dan sepasang flat shoes. Satu hal yang perlu diingat, semua barang belanjaannya itu adalah barang murah dan diskonan. Kini sisa uangnya adalah sebanyak seratus lima puluh ribu rupiah saja dan itu tidak tahu bertahan sampai kapan. b

.......

Tak terasa waktu kini sudah menunjukkan pukul 7 malam, berbelanja ternyata menghabiskan banyak waktu. Sebelumnya Stela tidak pernah berbelanja pakaian, karena apa yang ia kenakan dulu semuanya sudah tersedia. Setiap baju, dress, gaun atau apapun yang ia inginkan akan ada designer terkenal keluarganya yang menyiapkan. Dan kini Stela tahu, betapa sulit dan ribetnya membeli pakaian sendiri.

Sebelum pergi ke tempat tujuannya yaitu kembali ke apartemen pemuda dingin itu, Stelabmemilih untuk mengisi perutnya terlebih dahulu disebuah restoran ayam goreng yang ada di dekat mall. Haah, memikirkan bagaimana pendapat si pemuda saat nanti ia menampakkan diri lagi, Stela tak bisa membayangkannya. Namun ia harus bisa, tak ada seorang pun yang dapat menolongnya di Jakarta ini kecuali pemuda dingin itu.

Tepat pukul delapan malam, Stela sampai di depan apartemen mewah milik si pemuda yang sampai saat ini belum ia ketahui namanya. Untung saja Stela ingat nama gedung apartemen itu, jadi dia hanya menyebutkannya ke supir taksi online dan ya, di sinilah dia berada sekarang. Unit apartemen pemuda itu berada di lantai paling atas, dengan menggunakan lift, Stela akhirnya sampai.

Ia memencet bel berkali-kali namun tak ada jawaban. "Sepertinya dia belum pulang," ucap Stela dibarengi suara desahan lelahnya. Mau tak mau, ia harus menunggu pemuda itu pulang karena selain tempat ini tak ada lagi tempat yang bisa ia tuju.

Menyedihkan...

.......

Dua jam sudah berlalu dan saat ini Stela tengah duduk di sofa ruang tamu Tristan. Setelah mengutarakan niat kedatangannya, Tristan mempersilahkan Stela masuk. Kini mereka duduk saling berhadapan. Sedari tadi belum ada yang berbicara, Stela hanya bisa menunduk takut, sesekali ia mengangkat kepala dan melihat pemuda di hadapannya sedang memijit kening.

"Apa kedatanganku membuatnya pusing?" batin Stela bertanya.

"Jadi?" Ucap Tristan tiba-tiba, hal itu membuat Stela terkesiap.

"Jadi apa?" tanya gadis itu polos.

Pemuda itu berdecak, sepertinya kesal. "Jadi kenapa kau harus kembali kemari?" tanya pria itu sedatar mungkin, sementara di dalam hati ia merasa sedikit risih dengan kedatangan gadis yang dua hari ini mengusik hidup tenangnya.

"Aku dirampok," kadu Stela.

"Dirampok?" kening Tristan mengernyit.

"Iya, saat aku tiba di sebuah apartemen yang akan ku sewa, seorang pencuri datang, ia merampas koperku dan kemudian melarikan diri. Semua baju dan barang berharga ada di dalam sana. Kini aku tak punya apa-apa lagi," Cerita Stela dengan raut sendu minta dikasihani.

Tristan memperhatikan sekitar Stela, ternyata benar, tidak ada koper gadis itu di sana. Namun matanya tertarik kala melihat kantung besar yang ada di samping tempat gadis itu duduk.

"Itu apa?" tanya Tristan.

"Ini baju yang aku beli sebelum datang kemari, semua bajuku berada di dalam koper jadi aku tak punya baju lagi" jawabnya lesu.

"Jadi kau masih punya uang untuk membeli baju, kenapa tidak kau gunakan juga untuk menyewa apartemen?" tanya Tristan menyelidik.

"Kan sudah ku katakan, semua uangku berada di dalam koper itu. Baju ini saja kubeli dengan uang yang ku dapat dari tas selempang ini." Stela mengangkat tas selempangnya, menunjukkan pada Tristan. "Jika kau tak percaya kau boleh lihat." Gadis itu membuka tasnya dan menumpahkan semua isinya keluar.

Tristan bisa melihat, ada dua lembar uang berbeda warna, ponsel dan kartu identitas yang kini tergeletak di atas meja.

Stela mengambil uangnya. "Lihat! Uangku cuma tersisa seratus dua puluh ribu saja. Apa kau pikir ini cukup untuk menyewa apartemen? Belum lagi dengan biaya makanku?" Stela langsung tertunduk lemas setelah menceritakan betapa menderitanya ia.

Lagi-lagi Tristan hanya bisa memijit keningnya pusing. Tubuhnya sudah letih dan sekarang batinnya ikutan letih menghadapi gadis asing di hadapannya ini.

"Jadi bolehkan aku menginap di sini lagi?" pinta Stela dengan jurus andalan puppy esyesnya. Biasanya hal itu mempan jika ia lakukan pada keluarganya, entahlah jika pria ini. Setidaknya dia mencoba.

Tristan sedikit luluh kala melihat mata sendu Stela, namun ia tidak bisa membiarkannya begitu saja. Harus melewati seleksi ketat terlebih dahulu.

"Kenapa harus di tempatku? Apa kau tidak punya keluarga di sini?" interogasi Tristan.

"Tidak, aku datang dari jauh dan tidak punya siapa-siapa di sini," jawab Stela bohong. Tentu saja ia punya keluarga di sini, saudara ibunya ada di Jakarta ini tapi tak mungkinkan Stela kesana, bisa-bisa ia langsung ditendang kembali ke London.

"Lalu kemarin apa yang kau lakukan di dalam bagasi mobilku?" pertanyaan yang dari semalam membuat Tristan penasaran.

"Kemarin aku baru datang, niatnya ingin mencari hotel, eh...di jalan aku malah dikejar preman. Ya sudah, aku lari dan tak sengaja malah bersembunyi di bagasi mobilmu," ungkap Stela.

"Lalu dari mana kau berasal?"

Untuk pertanyaan kali ini Stela terdiam sejenak, jujur dengan mengatakan jika ia datang dari Inggris, ah... tidak bisa. Ia tidak bisa membiarkan identitas aslinya diketahui.

"Da-dari tempat yang jauh," jawab Stela tak yakin.

"Huh?" Mata Tristan menyipit, merasa curiga dengan jawaban aneh Stela.

"Jadi bolehkan aku tinggal di sini?" pinta Stela lagi, mengalihkan topik pembicaraan, ia tak ingin pria itu menggali lebih jauh tentang asal muasalnya.

Tristan mendesah, "Sampai kapan?"

Stela menerawang. "Sampai aku punya uang untuk menyewa apartemen."

"Dari mana kau dapat uang?"

"Aku akan bekerja."

"Bekerja di mana?"

"Akan kucari."

Tristan bangkit dari duduknya. "Baiklah" putusnya.

"Jadi boleh?" tanya Stela memastikan.

"Ya, tapi dengan satu syarat. Kau harus membersihkan tempat ini setiap harinya"

"Maksudmu dengan membersihkan tempat ini, aku harus menyapu, mengepel, menyuci, memasak dan lain-lain?"

"Ya."

"Jadi dengan kata lain aku harus jadi pelayan begitu?" tanya Stela agak sewot.

"Ya, jika tidak mau kau bisa keluar sekarang juga!" Ucap Tristan yang sudah berbalik hendak pergi.

"Okay, aku mau."

"Ya." Dan kali ini pemuda itu benar-benar pergi.

"Oh God, I'm already a Maid now!"

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

brooklyn fachrudin

brooklyn fachrudin

nyimak

2021-05-23

0

Bang Regar

Bang Regar

semangat berkarya kak sukses selalu

2021-03-31

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 76 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!