Gadis Bermata Biru

...🌻Selamat Membaca🌻...

Seorang pemuda tampan bernama Tristan Gautama baru saja sampai di kediamannya. Sebuah apartemen elit yang berada di tengah kota Jakarta. Ia memakirkan Audi S8-nya di basement, saat akan melangkah pergi, sebuah suara menghentikannya. Suara gaduh yang disinyalir berasal dari dalam bagasi mobil miliknya.

Tanpa pikir panjang, Tristan langsung membuka kap bagasinya dan sedikit kaget kala mendapati seorang gadis di dalam sana. Ia memandang heran gadis yang saat ini mencoba keluar dari dalam bagasi itu. Dalam benaknya Tristan berpikir, kapan gadis itu masuk dan kok bisa dia masuk tanpa sepengetahuan dirinya sebagai pemilik mobil.

Gadis itu perlahan mendekat dengan tubuh sempoyongan dan kemudian dia berkata, "Who are you?"

BRUKKK

Tepat saat gadis itu selesai bertanya, ia langsung pingsan.

"Hey!" Tristan menangkap tubuh gadis itu dan mencoba menyadarkannya.

.......

Di sebuah mansion mewah yang berlokasi di London-Inggris, terjadi kegaduhan. Semua penghuni mansion kalang kabut mencari keberadaan seorang gadis yang merupakan putri bungsu dari si pemilik mansion.

"Ela di mana?" seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik diusianya itu hanya bisa terduduk lemas di kursi ruang tamu seraya terus bergumam.

"Calm down Honey, everything will be okay. Our princess must be fine," ucap pria bersurai pirang di samping si wanita, mencoba menenangkan.

"Tapi, kita tidak tahu dia ada di mana sekarang? Bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi padanya?" Si wanita sudah berkaca-kaca matanya, ia tak sanggup membayangkan jika putri kesayangannya mengalami hal buruk di luar sana.

"Hustt, positive thinking okay?" Pria yang merupakan suami dari si wanita hanya bisa memeluk sang istri agar merasa lebih tenang.

"Daddy!" sebuah suara memanggil si pria, seketika ia menoleh dan menemukan anak sulung serta putrinya yang lain mendekat.

"How? You found her, Cio?" tanya si pria pirang itu pada anak laki-lakinya.

"I'm sorry, Dad," jawab sang anak yang dipanggil Cio itu seraya tertunduk lesu.

Mendengar jawaban sang anak, sang Ibu semakin cemas. "Apa kau sudah mengecek penerbangan ke seluruh negara, mana tahu adikmu itu melarikan diri ke luar negeri?"

"Sudah Mom, tapi namanya tidak ada di dalam penerbangan mana pun," jelas si sulung.

"Dan ya, Carly juga menghilang Mom, Dad. Sepertinya Ela kabur bersama pelayannya itu," tambah gadis yang berada di samping si sulung, gadis cantik berambut pirang dan bermanik mata biru seperti sang ayah.

Si Ibu semakin lemas saat mendengarnya.

"Anne, please take your mommy to her room!" pinta sang ayah pada putrinya dan langsung dituruti.

"Mr. Anthony!" selepas dua orang itu pergi, datanglah beberapa orang berpakaian hitam menghampiri Anthony dan Abercio. Mereka adalah detective handal yang disewa guna menemukan putri bungsu keluarga itu yang entah kabur ke mana.

.......

Tristan berdiri tegak, memangku tangannya di depan dada sambil memerhatikan seorang gadis yang saat ini terbaring tak sadarkan diri di salah satu tempat tidur yang ada di apartemennya. b

Ia meneliti wajah si gadis dengan seksama, cantik, satu kata yang dapat mewakili keseluruhan bentuk muka dari gadis yang masih betah memejamkan matanya itu.

Cukup lama, mungkin sekitar 15 menit, Tristan hanya terpaku di tempat, kemudian di lihatnya si gadis mulai bergerak. Matanya perlahan terbuka, menampakkan bola mata berlensa coklat yang sedikit memerah. n

Si gadis mengerjap beberapa kali sebelum memilih bangkit dan terkaget begitu melihat sekitarnya yang begitu asing.

"Where is this?" pekiknya histeris. "And who are you?" tanyanya begitu melihat seorang pria yang berdiri menatapnya datar di depan sana.

Tristan mengernyit mendengar si gadis yang menggunakan bahasa asing, dia mengerti artinya namun bingung kenapa gadis di depannya harus menggunakan bahasa asing? Apakah dia baru saja datang dari luar negeri, pikirnya.

Tanpa harus memikirkan masalah itu lebih lanjut, Tristan berdehem sejenak dan kemudian berucap, "Untuk malam ini kau bisa menginap di sini, tapi besok pagi kau harus segera angkat kaki dari sini!" katanya datar seraya berlalu pergi.

Stela melongo, bukan karena dia tidak mengerti bahasa yang digunakan pria itu. Ia tahu dan paham, bahasa Indonesianya sangat fasih karena sedari kecil sudah diajarkan sang ibu ditambah setiap harinya sang ibu juga menggunakan bahasa Indonesia di rumah, tapi yang membuatnya melongo adalah sifat pemuda itu yang begitu dingin dan datar. Memang sih dia baik karena sudah mengizinkannya untuk bermalam di apartemen ini, tapi kata-kata terakhir pria itu membuatnya sedikit sakit hati.

"Heii!" Seru Stela cukup keras.

Pria yang hendak membuka pintu itu menoleh sedikit ke arahnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia hanya menanti apa yang akan diucapkan si gadis padanya.

Niat awal Stela memanggil adalah untuk sedikit memberi teguran pada si pemuda, namun saat netranya melihat wajah dingin itu, ia jadi ngeri sendiri.

"Th-thank you so much," ucap Stela terbata. "Ah...maksudku, terimakasih banyak." akhirnya cuma kata itu yang dapat Stela ucapkan.

"Ya," jawab si pemuda yang kemudian hilang di balik pintu.

"Ya? Hanya 'Ya'?" gerutu Stela kesal.

.......

Stela keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar dan rambut yang masih basah. Ia memperhatikan sejenak kamar yang kini dihuninya, kamar itu memang tidak sebesar kamarnya di mansion, tapi cukup nyaman dan menenangkan dengan dekorasi simple dan warna dominan putih.

Menghempaskan pantatnya di tempat tidur, ia bersenandung kecil sembari mengeringkan rambut coklat sepunggungnya.

"Ahh..." Stela mendesah memperhatikan surainya dengan tatapan sendu. Demi menyamarkan identitasnya di negeri ini, ia harus rela mewarnai rambut pirangnya dengan warna coklat. Menurutnya rambut pirang itu sedikit mencolok apalagi di negara yang mayoritas penduduknya memiliki rambut gelap seperti di Indonesia ini.

Setelah dirasa cukup mengeringkan rambutnya, Stela beralih ke cermin besar yang ada di dekat jendela. Ia memperhatikan wajahnya sejenak, wajah khas Asia yang diturunkan oleh sang ibu. Sementara manik matanya berwarna biru turunan sang ayah yang merupakan orang Inggris asli. Berbicara mengenai mata, Stela lupa kalau dia harus meneteskan obat mata di kedua matanya yang sedikit memerah karena terlalu lama matanya kering karena lensa kontak yang dipakainya.

KRUYUK...KRUYUKK....

Setelah memakai obat mata, Stela langsung memegang perutnya yang tiba-tiba meraung. Ia ingat, dia belum makan apa-apa sejak sore tadi, pantas saja jika saat ini ia merasa lapar. Namun yang jadi masalahnya sekarang adalah, di mana ia harus makan malam-malam begini? Kalau keluar sendiri, ia masih takut akibat kejadian tadi. Apa ia harus meminta makan saja pada pria dingin itu? Tapi gengsi juga, pikirnya dengan wajah bingung.

KRUYUK...KRUYUKK....

Perut yang terus meraung minta diiisi, mau tak mau membuat Stela harus rela membuang gengsinya kali ini. Ia berjalan ke arah pintu dan membukanya, sedikit melongokkan kepala keluar melihat situasi. Sepi, itulah yang dapat ia lihat. Dengan langkah mengendap, ia berjalan menuju dapur. 

Sampainya di dapur bergaya minimalis milik si pemuda, Stela langsung grasak-grusuk mencari sesuatu yang dapat dimakan. Pertama, ia membuka pintu lemari es dan langsung melongo melihat isinya. Cuma ada beberapa botol air mineral dan juga seplastik buah tomat, sangat menyedihkan.

Stela mengusap-usap perutnya yang masih bergendang dengan prihatin, "There's no food to be eaten" ucapnya lemas. Ia berniat menutup kembali pintu lemari es namun sebuah tangan menahan aksinya.

DEG

Seseorang berdiri di belakang Stela, meraih sebotol air mineral dari dalam lemari es.

"Kau?!" Pekik Stela kaget seraya bergerak menjauh dari si pemilik dapur yang tiba-tiba datang.

Pria itu tak memedulikan kekagetan Stela dan memilih untuk meneguk air dari dalam botol yang dipegangnya.

Stela memperhatikan penampilan pemuda itu dari atas sampai bawah. Rambut basah sehabis mandi, baju kaus putih pas di badan dan celana training berwarna hitam. Oh...dan jangan lupakan jakun yang naik turun saat pemuda itu meneguk air dengan begitu rakusnya, kelihatan haus sekali. Woah, betapa indahnya pemandangan.

PLAKK

Stela menampar pipinya sendiri karena pikirannya yang sudah menjalar kemana-mana.

"Kau lapar?" Tristan bertanya saat melihat gadis di depannya berdiri macam patung dengan tangan menempel di perut.

Stela tersentak dan kemudian mengangguk pelan berusaha menahan malu karena ketahuan mengintip di dapur orang.

"Saya belum sempat belanja, jika mau kau bisa memakan ini?" Tristan membuka lemari kabinet dan mengeluarkan satu cup mi instan dari dalamnya.

Stela memperhatikan cup berwarna kuning dengan gambar mi pada bungkusnya itu. Jujur saja, ia belum pernah memakan makanan itu sebelumnya dan seingatnya sang ibu juga tidak pernah mengenalkan makanan jenis itu padanya. Setahunya, jenis mi yang pernah ia konsumsi hanyalah spaghetti.

Akhirnya Stela mengambil makanan itu, membawanya duduk di sebuah meja yang ada di dapur. Penasaran, Stela langsung membuka bungksusnya dan benar ada mi di dalamnya. Setelah mengeluarkan beberapa bungkus bumbu yang ada di dalamnya, Stela langsung menyeduh mie itu menggunakan air panas yang ia ambil dari dispenser. Meletakkan kembali kemeja dan menunggu mienya kembang. Petunjuk cara penyajian mi instan itu dilihat Stela dari tulisan yang ada di cupnya.

Tristan hanya berdiri bersandar pada pintu kulkas sembari mulutnya mengunyah buah tomat. Matanya awas memperhatikan gadis yang saat ini duduk memangku kepalanya di atas tangan dengan siku menempel pada meja, menunggu mi nya matang.

Semenit berlalu, Stela mengangkat kepala dan menolehkannya ke samping. Saat itu juga manik matanya bertemu pandang dengan manik legam milik pria dingin yang kini tengah menatapnya. Lensa sekelam malam itu seperti akan menyeretnya masuk dan membuatnya terperangkap di dalam sana.

Sadar akan keterpukauannya, Stela segera mengalihkan wajahnya kembali ke depan, menatap mi di hadapannya.

Dengan tangan sedikit bergetar, Stela mengintip ke dalam mangkuk mi nya. Tak bisa dipungkiri, jantungnya sedikit berdetak di luar kendali saat matanya bersitatap dengan si pemuda yang bahkan sampai saat ini belum ia ketahui namanya.

"Haha... sudah matang," ucap Stela sedikit salah tingkah. Tanpa menunggu waktu lama lagi, gadis itu segera memasukkan bumbu mi ke dalam cup dan bersiap memakannya.

Tristan yang baru lepas dari keterkejutannya hanya bisa menggaruk singkat rambut hitam lebatnya dan kemudian memilih pergi meninggalkan dapur, membiarkan Stela sendirian menikmati makan malamnya.

.......

Sampai di kamar bernuansa Grey dan Navy miliknya, Tristan segera mendudukkan dirinya di atas tempat tidur. Ingatannya kembali pada saat kedua matanya terpaku pada mata biru sejernih samudera milik gadis yang kini menginap di tempatnya. Sedikit heran, awalnya ia melihat gadis itu memiliki lensa mata berwarna coklat namun kini mata itu dihiasi manik cantik berwarna safir. Apa itu hanya lensa kontak, pikirnya.

"Ck.." Tristan berdecak. "Tidak penting untuk memikirkan masalah itu," sambungnya. Kemudian pemuda itu langsung merebahkan diri dan tidur.

.......

"Enak sekali....." Stela sudah menghabiskan suapan mi terakhirnya. Ia tak pernah tahu jika ada makanan selezat ini di sini, ia merasa beruntung mencobanya dan mungkin saat ini mi instan telah menjadi makanan favoritnya.

Selesai membersihkan sisa makanannya, Stela kembali ke kamar. Lelah yang mendera tubuh, membuatnya langsung tertidur pulas di atas tempat tidur bernuansa putih itu.

.......

Tepat pukul 7 pagi, Stela bangun dengan tubuh lebih ringan. Ia melakukan beberapa peregangan di atas tempat tidur.

Cukup lama terduduk, kini ia turun dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

.......

Stela mamatut dirinya sejenak di depan cermin, penampilannya sudah sempurna dan kini ia sudah siap berangkat untuk mencari tempat tinggalnya selama di Jakarta.

Keluar dari kamar sambil menyeret kopernya, suasana masih terlihat sepi sepertinya pria itu belum bangun. Tanpa mau merepotkannya lagi, Stela memilih untuk menulis memo dan menempelkannya di pintu lemari es. Ia segera pergi meninggalkan tempatnya menginap semalam.

.

Tristan baru bangun saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Ia langsung membersihkan diri, berpakaian rapi karena hari ini ia punya jadwal pemotretan.

Setelah dirasa penampilannya oke, Tristan segera keluar dari kamar. Sebelum pergi, ia berjalan ke dapur untuk sekedar minum air putih sebagai pembasah tenggorokannya yang kering.

Saat akan membuka lemari es, matanya menemukan sebuah catatan kecil yang tertempel di sana. Ia membacanya.

Aku pamit, terimakasih atas tumpangan dan juga makanannya. (Stela)

"Jadi namanya Stela," ucap Tristan pelan.

.......

Pukul sepuluh malam, Tristan baru pulang. Seharian ini jadwal pemotretannya sangat padat ditambah ia harus mengunjungi beberapa cafe miliknya untuk sekedar tahu perkembangannya. Dan kini badannya sangat lelah dan ingin sekali beristirahat.

Sampai di depan pintu kamar apartemennya, ia terkejut melihat penampakkan gadis semalam yang ia ketahui bernama Stela.

"Kau?!"

"Ya, th-this is me. I'm back" ucap Stela pelan.

"Mau apalagi? Bukannya kau sudah pamit?" tanya Tristan heran.

"I-itu...." Stela mendadak gelisah.

Tristan mengernyit heran melihat tingkah aneh gadis di depannya.

"Itu...."

"Ya?"

"Itu..."

"IZINKAN AKU UNTUK TINGGAL LAGI DI APARTEMENMU, PLEASE!"

"APA?!"

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

brooklyn fachrudin

brooklyn fachrudin

what?!!...
menarik..

2021-05-23

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 76 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!