Kesabaran Istri Kedua

Kesabaran Istri Kedua

Prolog, Masalah

Dinda Larasati, gadis manis, umur 18 tahun, baru saja tamat SMA, ceria, mudah bergaul, anak kedua dari pasangan pak Yanto dan Ibu Tatik, mempunyai Cita cita menjadi desainer ternama, itulah yang membuatnya tak pernah lelah untuk menjahit bersama sang Ibu sembari menunggu janji sang kakak yang akan meng kuliahkan nya.

Alan Sudrajat umur 26 tahun, Putra semata wayang Pak Heru Sudrajat dan Ibu Yanti Sudrajat, menjabat sebagai direktur utama Perusahaan manufaktur di bidang tekstil. Di usianya yang masih sangat muda Alan adalah pembisnis kondang yang bergelimang harta dan membuat istrinya yang bernama Syntia merasa bahagia. Namun di balik itu semua ada kendala dalam rumah tangga mereka, karena pasangan tersebut tak di karuniai seorang anak.

Faisal, kakak dari Dinda, Umur 26 tahun, sekretaris Alan, yang di pilih karena kecerdasan Faisal sangat luar biasa, apa lagi Faisal sebagai pemuda sangat bertanggung jawab dan lebih mementingkan pekerjaan dari pada pacarnya sendiri, meski begitu Faisal sangat menyayangi Dinda dari kecil sampai keduanya dewasa.

Bagi Faisal, Dinda adalah Dinda kecil yang butuh perlindungan darinya, sebelum Dinda benar benar mendapatkan tambatan hatinya.

Namun kisah Dinda akan menjadi tragis setelah terikat pernikahan dengan Alan sebagai istri kedua, Bagaimana jika Faisal, sang kakak mengetahui bahwa hidup Dinda menderita dalam pernikahannya, sedangkan dia ikut andil dengan perjodohan Alan dan Dinda, apakah dia tetap mementingkan jabatannya, ataukah dia lebih memilih Dinda adiknya dan melepas pekerjaannya, kisah mereka akan segera di mulai........

Cuaca sangat mendung, se redup hati Alan saat menginjakkan kakinya di Arkana grup, sebuah perusahaan Tekstil ternama yang berdiri berpuluh puluh tahun tak pernah mengalami penurunan karena karyawannya yang begitu kreatif dan efision dalam bekerja.

Langkah kakinya makin lunglai saja saat memasuki ruangannya, ucapan Dokter Daka tak henti henti terngiang ngiang di telinganya.

Istri kamu mandul.

Alan langsung saja menghempaskan tubuhnya di sofa ruangannya. Mungkin dengan memejamkan matanya bisa sedikit menghilangkan beban yang menyelimutinya saat ini, pria yang dingin itu jarang sekali mengeluh dengan masalahnya pada siapapun kecuali sekretarisnya.

''Permisi...'' suara familiar itu terpaksa membuatnya membuka mata, ternyata Faisal sang sekretaris yang masuk membawa tumpukan proposal.

''Kenapa lagi?'' Ucapnya, karena memang mereka sahabat jadi jika tidak dalam acara penting Alan meminta Faisal untuk berbicara santai.

Faisal mengambil tas Alan yang di lemparkan ke sembarang arah, tau kalau kondisi bosnya saat ini sedang kacau.

''Syntia mandul.'' masih dengan merebahkan tubuhnya, menatap langit langit ruangannya.

''Terus?'' tanya Faisal lagi yang memang selalu membantu permasalahannya, namun kali ini kayaknya Faisal nggak bisa.

''Ya kamu tau sendiri lah, bagaimana Mama dan Papa, mereka itu mengharapkan cucu dari aku, tapi Syntia nggak bisa ngasih itu...'' Alan mulai menceritakan semua masalah yang meliputi rumah tangga dan keluarganya.

Alan kembali menjambak rambutnya pusing tujuh keliling, pernikahan yang tidak terlalu di setujui kedua orang tuanya itu kini malah membuatnya gedeg saja dengan kenyataan pahit.

Sedangkan Alan sangat mencintai Syntia dan tak mau berpisah dengannya seperti keinginan orang tuanya.

Ngeri juga, aku fikir hanya orang susah yang punya masalah, tapi ternyata malah orang kaya masalahnya lebih berat.

''Apa kamu nggak punya ide untuk membantuku?'' Tanya Alan serius. Dengan cepat Faisal menggeleng, tak tau bagaimana caranya, sedangkan dia saja belum menikah, pacar pun tak pernah di urusnya, kencan jika malam minggu, itu pun jarang, dan pemikirannya belum sampai sana.

''Adopsi.'' mengangkat jari telunjuknya ke arah Alan.

Heh..... Alan tersenyum mengejek. Karena itu berulang kali yang di ucapkan pada sang Mama, namun dengan tegas kedua orang tuanya menolak.

''Nggak semudah itu.'' Beranjak menuju kamar pribadinya.

Ya terserah, ide ku kan itu, kalau nggak setuju fikirin saja sendiri, kenapa juga aku ikut pusing dengan masalah keluarga kamu, belum lagi dengan pekerjaan kamu yang selalu numpuk.

Mungkin dengan mencuci muka akan mengembalikan semangat yang turun drastis untuk menghadapi dokumen yang sudah melambai lambai minta di sentuh oleh jari lentiknya.

''Apa jadwal hari ini?'' tanya Alan saat keluar dari kamarnya. Faisal kembali membuka ponselnya sedikit lupa setelah mendengar curhatan Alan.

''Tidak ada meeting penting, semua lancar, pengiriman barang juga sukses, dan akhir akhir ini peminatnya naik, sebisa mungkin tidak ada kelalaian, supaya pelanggan tidak ada yang komplen dengan barang kita, dan aku akan pastikan mereka puas, kamu tinggal tanda tangan saja.''

Alan hanya mendengar penjelasan Faisal seraya membuka map yang ada di depannya, sedangkan Faisal sibuk dengan ponselnya.

''Maaf, nanti aku minta izin sebentar untuk keluar, aku harus ke terminal, adikku yang di kampung datang, aku mau menjemputnya.'' ucapnya memasukkan ponselnya kembali.

Alan yang sibuk memegang pulpen mengernyit, karena selama bertahun tahun bersama, baru kali ini Alan tau kalau Faisal mempunyai seorang adik.

''Adik? Alan memastikan, menutup satu dokumen dan beralih ke dokumen lainnya.

''Iya, Dinda, dia mau kuliah di sini, dia ingin jadi desainer terkenal, jadi kalau bukan aku siapa lagi, mengangkat kedua bahunya, ''Bapak dan Ibu sudah tua, mereka tidak bisa membiayainya.''

Meskipun menjadi tulang punggung keluarga, Faisal merasa tak terbebani dengan apa yang kini menjadi nasibnya, sudah wancinya sebagai anak pertama harus melindungi keluarganya.

Alan merasa salut karena di balik sikap tegasnya, Faisal terlihat sangat menyayangi Adiknya dan keluarganya.

Selang beberapa menit bekerja di ruangannya, kini Faisal buru buru keluar dari kantor setelah mendapat telepon dari Dinda yang sudah berada di terminal, sebuah senyuman terus terukir di bibirnya, kangen, meskipun Ia sering pulang menemui kedua orang tuanya dan adiknya, tak mengelak jika saat ini Ia pun rindu dengan adiknya.

Faisal melajukan mobilnya dengan kencang, tak mau jika Dinda harus menunggu lama, apa lagi gadis itu baru kali ini pergi ke kota besar, itu memang keinginannya untuk naik Bus, karena Dinda tak mau merepotkan Faisal yang harus pulang kampung hanya untuk menjemputnya.

Setelah turun dari mobil, Faisal langsung tersenyum merekah saat melihat dari jauh gadis itu melambaikan tangannya.

Faisal berlari menghampirinya begitu juga gadis yang bernama Dinda.

Sebuah drama pelukan pun terjadi, saling melepas rindu antara saudara.

''Abang telat.'' ucap Dinda manja mengerucutkan bibirnya.

''Maaf, abang kan harus kerja, ini saja abang keluarnya belum waktunya istirahat, tapi tenang, bos abang baik kok, dia nggak mungkin marah sama abang, nanti kalau ada waktu abang akan kenalkan kamu dengannya.'' Jawabnya memasukkan koper Dinda ke dalam mobil.

Abang memang baik mau mengorbankan waktu untuk menjemputku, padahal aku kan bisa ke tempat abang sendiri jika di kasih alamatnya, terus seperti apa bos abang yang katanya baik itu ya?

Terpopuler

Comments

Libra Rahutia

Libra Rahutia

mampir kak, kalau ada waktu mampir juga ya dikaryaku judulnya CINTAI AKU OM!!!

2022-07-30

0

Syifa Altafunnisa

Syifa Altafunnisa

mampir ya Thor 🙏🙏🙏 lanjut 👍

2022-05-15

0

Madyanti

Madyanti

cerita'y sedih

2022-03-27

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog, Masalah
2 Perkenalan
3 Permohonan sang Mama
4 Penolakan Dinda
5 Setuju
6 Minta Anak
7 Kehangatan
8 Pernikahan
9 Pindah rumah
10 Malam pertama yang tertunda
11 Curiga
12 Pamit
13 Perdebatan kecil
14 Apa artinya aku?
15 Tak di anggap
16 Rasa
17 Paksaan Alan
18 Suara hati Ibu
19 Kandang harimau
20 Menginap
21 Alan sakit
22 Dinda pulang
23 Beda rasa
24 Khawatir
25 Rumah sakit
26 Keinginan Dinda
27 Mesin jahit
28 Salah sangka
29 Ancaman Alan
30 Mengenang masa lalu
31 Cemburu buta
32 Selamat
33 Keluarga terbaik
34 Langkah cepat
35 Pantang menyerah
36 Sekedar sahabat
37 Menepis perasaan
38 Kepergok
39 Berani
40 Ulang tahun
41 Kado terindah
42 Batal
43 Kecewa
44 Pasrah
45 Cerita
46 Selalu di abaikan
47 Cowok
48 Sindiran
49 Marah
50 Ibu datang
51 Sandiwara
52 Se-ranjang
53 Pulang kampung
54 Perdebatan kecil
55 Mulai sadar
56 Fakta baru
57 Tercyduk
58 Rencana Faisal
59 Kepergian Dinda
60 Sikap Faisal
61 Curiga
62 Mengambil barang
63 Di tolak
64 Mulai goyah
65 Permohonan Faisal
66 Tersinggung
67 Pitutur sahabat
68 Tanda melahirkan
69 Kenyataan pahit
70 Penyemangat
71 Dukungan
72 Kesepakatan
73 Dinda pulang
74 Rencana Faisal
75 Tujuh tahun lalu
76 Tak tega
77 Amarah sang mama
78 Mengetahui
79 Keras kepala
80 Pengumuman
81 Pencarian part 1
82 Pencarian part 2
83 Pencarian part 3
84 Kemarahan Daka
85 Perkembangan
86 Selamat jalan Baby boy
87 Kabar mengejutkan
88 Mengingat masa kecil
89 Siasat Alan dan Daka
90 Menyamar
91 Bukti bukan janji
92 Ketahuan
93 lembaran baru
94 Hampir terwujud
95 Paris 1
96 Paris 2
97 Makin aneh
98 Paris 3
99 Paris 4
100 Membuka rahasia
101 Perpisahan
102 Pisah ranjang
103 Bimbang
104 Nginep
105 Makan malam bersama
106 Restu sang mama
107 Alan cemburu
108 Malih rupa
109 Terungkapnya sebuah penyamaran
110 Tak mau gagal lagi
111 Jahil
112 Kabar buruk
113 Momen terakhir di kampung
114 Gagal menikah
115 Daka pengganggu
116 Olokan
117 Masa depan baru
118 Bercerai
119 Masih berharap
120 Salah paham
121 Tingkah aneh Dinda
122 Geger
123 Positif
124 Ngidam Dokter Tono
125 Kembar
126 Ketakutan Alan
127 Cemburu
128 Batal
129 Cowok cewek
130 Pangling
131 Bakpao
132 Salah ngomong
133 Kebahagiaan yang terpenting
134 Melahirkan
135 Baby Twins
136 Aditama dan Aldifana
137 Tingkah konyol Bu Yanti
138 Kompor
139 Buntung dan untung
140 Keputusan yang tepat
141 Melanjutkan yang belum terlaksana
142 Bapak sakit
143 Menjenguk
144 Kegagalan sebuah rencana
145 Muntah
146 Masih mual
147 Penuh kejutan
148 Salad kampung
149 Jalan jalan
150 Kesedihan Alan
151 Amarah
152 Burung berbisa
153 Rayuan untuk para istri
154 Anak kedua
155 Indah pada waktunya
156 pengumuman
157 Novel baru sudah rilis
158 Ada novel baru lagi loh!!!
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Prolog, Masalah
2
Perkenalan
3
Permohonan sang Mama
4
Penolakan Dinda
5
Setuju
6
Minta Anak
7
Kehangatan
8
Pernikahan
9
Pindah rumah
10
Malam pertama yang tertunda
11
Curiga
12
Pamit
13
Perdebatan kecil
14
Apa artinya aku?
15
Tak di anggap
16
Rasa
17
Paksaan Alan
18
Suara hati Ibu
19
Kandang harimau
20
Menginap
21
Alan sakit
22
Dinda pulang
23
Beda rasa
24
Khawatir
25
Rumah sakit
26
Keinginan Dinda
27
Mesin jahit
28
Salah sangka
29
Ancaman Alan
30
Mengenang masa lalu
31
Cemburu buta
32
Selamat
33
Keluarga terbaik
34
Langkah cepat
35
Pantang menyerah
36
Sekedar sahabat
37
Menepis perasaan
38
Kepergok
39
Berani
40
Ulang tahun
41
Kado terindah
42
Batal
43
Kecewa
44
Pasrah
45
Cerita
46
Selalu di abaikan
47
Cowok
48
Sindiran
49
Marah
50
Ibu datang
51
Sandiwara
52
Se-ranjang
53
Pulang kampung
54
Perdebatan kecil
55
Mulai sadar
56
Fakta baru
57
Tercyduk
58
Rencana Faisal
59
Kepergian Dinda
60
Sikap Faisal
61
Curiga
62
Mengambil barang
63
Di tolak
64
Mulai goyah
65
Permohonan Faisal
66
Tersinggung
67
Pitutur sahabat
68
Tanda melahirkan
69
Kenyataan pahit
70
Penyemangat
71
Dukungan
72
Kesepakatan
73
Dinda pulang
74
Rencana Faisal
75
Tujuh tahun lalu
76
Tak tega
77
Amarah sang mama
78
Mengetahui
79
Keras kepala
80
Pengumuman
81
Pencarian part 1
82
Pencarian part 2
83
Pencarian part 3
84
Kemarahan Daka
85
Perkembangan
86
Selamat jalan Baby boy
87
Kabar mengejutkan
88
Mengingat masa kecil
89
Siasat Alan dan Daka
90
Menyamar
91
Bukti bukan janji
92
Ketahuan
93
lembaran baru
94
Hampir terwujud
95
Paris 1
96
Paris 2
97
Makin aneh
98
Paris 3
99
Paris 4
100
Membuka rahasia
101
Perpisahan
102
Pisah ranjang
103
Bimbang
104
Nginep
105
Makan malam bersama
106
Restu sang mama
107
Alan cemburu
108
Malih rupa
109
Terungkapnya sebuah penyamaran
110
Tak mau gagal lagi
111
Jahil
112
Kabar buruk
113
Momen terakhir di kampung
114
Gagal menikah
115
Daka pengganggu
116
Olokan
117
Masa depan baru
118
Bercerai
119
Masih berharap
120
Salah paham
121
Tingkah aneh Dinda
122
Geger
123
Positif
124
Ngidam Dokter Tono
125
Kembar
126
Ketakutan Alan
127
Cemburu
128
Batal
129
Cowok cewek
130
Pangling
131
Bakpao
132
Salah ngomong
133
Kebahagiaan yang terpenting
134
Melahirkan
135
Baby Twins
136
Aditama dan Aldifana
137
Tingkah konyol Bu Yanti
138
Kompor
139
Buntung dan untung
140
Keputusan yang tepat
141
Melanjutkan yang belum terlaksana
142
Bapak sakit
143
Menjenguk
144
Kegagalan sebuah rencana
145
Muntah
146
Masih mual
147
Penuh kejutan
148
Salad kampung
149
Jalan jalan
150
Kesedihan Alan
151
Amarah
152
Burung berbisa
153
Rayuan untuk para istri
154
Anak kedua
155
Indah pada waktunya
156
pengumuman
157
Novel baru sudah rilis
158
Ada novel baru lagi loh!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!