Pandangan mata terasa begitu gelap. Tubuhnya terasa berat. Li Chen membuka kedua matanya perlahan-lahan, dan di sambut dengan langit-langit kamarnya. Dia yang melihat langit kamarnya pun merasa dejavu terhadap kejadian yang pernah dia alami ketika pertama kali datang ke dunia tersebut.
“(Aku… apa yang...)”
Kepala dan tubuhnya masih merasa sakit. Kekuatan yang sebelumnya dia paksa untuk keluarkan membuat pikirannya belum kembali jernih.
Tiba-tiba saja, suara yang datang secara beruntun kembali memanggil namanya.
“Li Chen!”
“Kakak!”
Suara yang terasa begitu familiar itu terasa dari kedua orang tua serta adik-adiknya. Li Chen yang segera menoleh ke samping dan melihat mereka yang berwajah begitu khawatir.
“Ibu… Ayah….”
Terutama kedua adik perempuannya, Li jia dan Yaoyao yang duduk persis di samping ranjangnya terlihat begitu kusut ekspresi menunggu Li Chen terbangun.
“Li Jia…. Yaoyao….
Di kala Li Chen melihat ke bawah, di sana dia melihat adanya seorang tabib laki-laki tua bernama Tang Lin. Tabib tersebut sedang memeriksa tubuh Li Chen dari denyut nadi tangannya yang menyebarkan aliran darah.
Seperti sebelumnya, otak Li Chen belum bisa berpikir jernih. Dia pun membuka mulutnya dan bertanya.
“Apa yang terjadi?” gumam Li Chen
“Kak Li jia menemukan kak Li Chen pingsan dengan terluka parah sembari memuntahkan darah di kamar. Dia langsung berteriak memanggil ayah dan ibu dengan suara yang ketakutan!” sahut Yaoyao
Li Chen yang mendapatkan penjelasan dari Yaoyao pun menjadi kembali ingat seluruh kejadiannya.
“(Ah-! Benar, aku sedang meracik pil. Tungku dan pilnya-?!)”
Kedua mata Li Chen sontak mencari-cari ke seluruh isi ruangan tersebut. Namun, dia tidak menemukan adanya jejak dari tungku maupun hasil dari racikannya. Li Chen tidak memikirkan apa racikannya itu sukses atau tidak, yang terlintas di dalam kepalanya saat itu hanyalah….
“(Tidak ada. Dimana tungku peraciknya?!)”
Li Chen yang kebingungan masih berusaha untuk menoleh ke kiri dan kanan. Perlahan tapi pasti, di dalam hatinya dia mulai meragukan diri sendiri terhadap hasil dari peracikan pil kultivasi itu.
“(Apa jangan-jangan… aku gagal?)”
Tepat di detik itu juga, keringat dingin mulai bercucuran dari wajahnya. Li Chen hanya membayangkan apa yang akan terjadi kepada satu kota Feng, dan juga keluarganya jika dia gagal meracik pil tersebut dan tak bisa mengalahkan Lian Ping.
Haishe akan datang setelah pertandingannya dengan Lian Ping, dan meratakan satu kota Feng tanpa sisa seperti apa yang dia katakan. Dengan kemampuan hewan mistis tingkat legenda, melenyapkan sebuah kota bukanlah hal yang sulit. Bahkan jika Haishe mau, hewan mistis setingkatnya itu dapat ikut melenyapkan kota Feng dari dataran seolah tidak pernah ada.
Raut wajahnya yang terlihat begitu panik itu tertulis jelas. Ibu Li Chen, Ling Yao yang melihat putranya terlihat begitu panik pun merasa khawatir dan berusaha memanggilnya berulang kali. Dan di panggilannya ke tiga kali….
“Li Chen!!!”
Li Chen baru tersadar dari pikirannya yang tenggelam itu. Dia menoleh ke samping lagi dan melihat bahwa dia membuat ibu dan yang lain begitu khawatir melihatnya.
Li Chen segera berusaha untuk menenangkan dirinya sembari meregangkan otot wajahnya.
“Ti-tidak apa bu… aku hanya… merasa tidak terlalu baik….”
Pernyataan yang menjawab ibunya itu tidak cukup untuk meredakan kekhawatirannya. Hingga tak lama kemudian, Tabib Lin mulai bangkit berdiri dan melepaskan pemeriksaannya seolah sudah selesai.
Dia menoleh ke arah ayah,ibu dan adik-adik Li Chen dengan memberikan sebuah kabar.
“Tuan muda Chen sudah baik-baik saja. Dia hanya memerlukan sedikit istirahat lagi agar kondisinya kembali optimal” jelas tabib Lin
“Tabib Lin, apa tabib mengetahui sesuatu kenapa putraku bisa seperti ini?” ibu Li Chen bertanya khawatir tentang kondisi putranya
Tanpa berganti raut wajah, tabib Lin menyampaikannya dengan tenang.
“Kemungkinan tuan muda Chen sedang melakukan pelatihan kultivasi. Tetapi, tubuhnya yang belum sanggup menerima energi Ki lebih banyak pun mencapai batas sehingga berbalik menyerang organ di dalam tubuhnya”
Semua yang mendengar tersebut langsung mengetahui maksud dari perbuatan Li Chen yang berusaha menembus tingkat yang lebih tinggi. Maksud itu hanya tertuju kepada pertandingannya melawan Lian Ping di awal bulan depan nanti.
Beban yang di pikul Li Chen itu membahayakan nyawanya.
Kenapa bisa? Jawaban paling mudah adalah karena Li Chen memaksakan dirinya untuk meningkatkan tingkat kultivasinya.
Tubuh yang belum terbangun fisik kuat dan juga mental yang tangguh, maka otomatis tingkat kultivasi akan hampir mustahil untuk meningkat. Dan jika menyerap terlalu banyak energi Ki dengan tubuh yang belum siap itu, maka orang tersebut bisa mati dengan meledak berkeping-keping, bahkan organ dalam tubuhnya remuk oleh Ki alam yang tidak terkontrol.
Hal ini juga berlaku sama terhadap pembuatan pil kultivasi. Terlebih lagi, Li Chen memakai teknik gila dengan menyerap Ki alam dan menyalurkan Ki diri sendiri untuk meracik pil kultivasi secara bersamaan.
Masih bisa hidup dan tak kehilangan beberapa anggota tubuhnya sudah terbilang ajaib bagi Li Chen sendiri.
Sedangkan Li jia sebagai adik yang menjadi taruhan dari pertandingan Li Chen dan Lian Ping, merasa bersalah karena membuat kakaknya mengemban beban berat itu.
Di sisi lain, tabib Lin yang telah menyelesaikan tugasnya pun berpamitan terhadap seluruh keluarga Li, termasuk Li Chen sendiri.
“Jika sudah tidak ada lagi, maka aku akan mengundurkan diri….” ucap tabib Lin
Li Tao, ayah dari Li Chen menoleh dan mempersilahkan tabib Lin untuk mengundurkan diri.
“Baiklah, kau boleh pergi. Terima kasih, tabib Lin” sahut ayah Li Chen
“Dengan senang hati, tuan besar. Tabib Lin mengundurkan diri dulu….”
Sesuai dengan percakapan itu, tabib Lin pun berjalan meninggalkan ruangan itu. Sedangkan Li Chen yang baru saja menyadari situasinya berusaha bangkit dan memposisikan tubuhnya untuk duduk di atas ranjang.
“Uuh…”
Saat dirinya sedang duduk diam, tiba-tiba saja ayahnya berjalan hingga berdiri tepat di samping ranjangnya. Suara dari langkah kaki itu terasa beda, seolah Li Chen dapat mengenalinya.
Dia menoleh ke samping dan mengangkat kepalanya di mana wajah ayahnya itu berada.
“A-ayah….” gumam Li Chen yang merasa gugup dan takut secara bersamaan
Untuk apa dia takut? Li Chen mengira dari raut wajah ayahnya yang mengerut kuat itu berupa ekspresi marah terhadapnya yang memaksakan diri. Karena tidak sedikit orang yang mati mengenaskan karena berusaha memaksakan diri meningkatkan tingkat kultivasi mereka.
Li Chen sudah menelan salivanya dan bersiap untuk menerima seluruh ocehan ayahnya.
“(Baiklah, ini saatnya aku menyiapkan diri untuk menerima pukulan keras!)”
Dan ketika dia berpikir seperti itu, tiba-tiba saja ayahnya terdengar menghembuskan nafas dari hidung seolah sedang tertawa.
“Huft… hahahaha!”
Tawaan dari ayahnya itu membuat semua orang termasuk Li Chen terkejut. Bahkan istrinya sendiri sampai menoleh dan memarahinya.
“Sayang, apa yang lucu?! Putra kita baru saja sembuh dari sakit!” kesal ibu Li Chen
Ayah Li Chen tidak menyahut banyak. Dia yang berdiri tepat di samping putranya itu menahan tawa dan mengelus kepalanya dengan bangga.
“Hahaha! Kau memang putraku. Melewati batas demi meningkatkan tingkat kultivasi, dasar orang gila!”
Li Chen yang tak memahami jalan pikir ayahnya yang bisa-bisa tertawa di tengah situasi tersebut. Bahkan ayahnya berkata bahwa Li Chen adalah orang gila.
“A-ayah, kau tidak apa?” tanya Li Chen yang sedikit ragu terhadap saraf otak ayahnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Emma
😂😂😂
2021-09-28
0
art
ok
2021-06-16
0
Agus Taufik
awal menarik, tp knp makin kesini jd kusut begini..
bertele"
sistem yg ga berguna
2021-06-06
2