Karena kemarin aku belum sempat bertemu dengan dekan Werlyn. Aku pun menelpon nya, mengabari jika siang ini aku akan membayar lunas uang semester ku yang menunggak. Menggunakan uang yang Agil berikan padaku.
"Meskipun aku marah padanya, tapi apa seharusnya aku berterima kasih padanya? Jika bukan karena dia mungkin aku sudah di DO sama Dekan Werlyn!"
Aku pun merogoh ponsel disaku celana dan mencari-cari kertas memo dari Agil di dalam tas. Berkali-kali aku membolak-balikkan isinya namun tak kunjung mendapatkan memo itu.
"Dimana aku menaruh nya?" ucap ku sembari menggaruk-garuk kepala. Mencoba mengingat-ingat dimana aku menaruhnya.
"Astaga, aku meninggalkan nya di mobil! Akh, sudahlah biarkan saja!"
Kini aku sudah berada didepan ruangan Dekan Werlyn. Ruangan yang terletak di sebelah perpustakaan. Lama sekali, aku melirik arloji, sudah hampir pukul tiga sore. Dekan Werlyn tak kunjung datang. Aku pun memutuskan untuk pergi saja, mungkin Dekan Werlyn sedang ada urusan.
Aku berjalan menyusuri lorong, yang tak sengaja melewati kantin kampus. Mataku membulat, mempertajam tatapan ku ke arah sudut kampus.
"Mereka berdua? Sedang apa?"
Aku melihat Dewa dan Melanie yang sedang duduk bersama di salah satu meja kantin. Nampak begitu akrab dan tak jarang mereka saling melempar senyum.
"Akh, Beby! Ada apa denganmu? Kenapa kau berpikiran macam-macam terhadap pacar dan sahabatmu sendiri!"
Aku menggeleng-gelengkan kepala, menepis pemikiran buruk. Tidak mungkin Dewa dan Melanie mengkhianati ku. Tapi entah kenapa, dadaku terasa berdenyut.
"Mereka tidak mungkin berkhianat, tapi akulah yang sudah berkhianat, dengan kembali berhubungan dengan Agil ... bukan kah itu sama saja dengan aku selingkuh?"
Aku jadi merasa tidak enak kepada Dewa, karena sudah membohonginya. Aku sudah tidur dengan laki-laki lain, bahkan tidak hanya sekali, tapi sudah dia kali.
"Akh, bodohnya kau Beby! Tapi jika aku tidak melakukan hal semalam, mungkin hari ini adalah hari terakhirku di kampus ini! Tenang lah, kau melakukan demi hal baik, lulus lah dengan nilai terbaik dan banggakan bunda serta adik-adikmu!"
Aku pun hendak melangkah memasuki kantin. Tapi tiba-tiba saja seorang wanita berkaca mata dan berkuncir satu menghampiri ku.
"Beby!"
"Iya ada apa?"
"Dekan Werlyn memanggilmu, dia ada diruangan nya!"
"Oh, baiklah aku akan segera kesana. Terima kasih, infonya!"
"Sama-sama!"
Ia pun pergi. Aku kembali melihat ke arah Dewa dan Melanie yang sekarang sedang tertawa bersama. Dengan tangan Melanie yang sesekali memukul pundak Dewa. Membuatku sedikit cemburu.
Aku pun pergi ke ruangan Dekan Werlyn. Melunasi semua tunggakan uang semester yang belum ku bayar. Bahkan, untuk beberapa bulan kedepan aku juga sudah melunasi semua pembayaran. Selagi uang masih ada, aku mengingat apa pesan dari Agil.
...*Pergunakan uang itu untuk hal yang berguna*...
"Hahaha!"
Aku tertawa di depan ruangan Dekan Werlyn.
"Sejak kapan aku jadi anak yang penurut! Terlebih kepada orang yang baru saja aku kenal."
Rasanya seperti bukan diriku saja. Tiba-tiba terlintas wajah Agil yang sedang tersenyum dan tertawa. Membuat dadaku berdebar-debar tidak jelas.
"Apa-apaan sih, kenapa aku selalu berdebar saat mengingatnya! Aku sudah tidak waras!"
Ketika aku mau kembali menemui Dewa dan Melanie di kantin. Tak sengaja aku melihat keduanya sedang berada di parkiran.
Aku hendak menyusul namun langkah ku terhenti. Keningku mengkerut, melihat kedekatan yang tidak biasa dari mereka berdua.
Mereka berdua saling menatap dan melempar senyuman. Dan yang lebih membuatku sesak, Dewa membelai rambut Melanie. Lalu menggandeng tangan Melanie menuju mobil nya yang terparkir.
Seperti terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Rasanya sakit, namun tidak ada ujung nya. Tangan ku mengepal, menggenggam kuat ponsel yang ku pegang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Cuy
Wes, sama Agil aja!
2021-12-20
1
Yunia Abdullah
akibat gaya hidup yg salah
2021-12-11
0
Yunia Abdullah
akibat gaya hidup yg salah
2021-12-11
0