Lama kami berdiam diri di dalam mobil. Menunggu sampai tangisan ku berhenti. Dia begitu perhatian terkadang dia mengusapkan air mataku menggunakan tisu. Menepuk-nepuk punggung ku, bahkan menyelipkan helaian rambut yang menutupi wajahku dibelakang daun telingaku.
Kami berdua saling menatap. Entah apa yang sedang ia pikirkan tentangku. Sedangkan diriku sendiri sangat penasaran dan bertanya-tanya.
"Kenapa dia tidak bertanya alasan aku menangis? Kehangatan ini begitu nyaman," gumam ku di dalam hati.
Ingin rasanya aku langsung menghambur ke dalam pelukannya. Karena saat ini aku sangat butuh sandaran. Dan adanya dia di sampingku entah kenapa membuatku merasa hangat dan nyaman.
"Sudah hampir gelap, sebaiknya kita pergi dari tempat ini. Sebelum hujan membuat jalanan semakin banjir."
Dengan penuh perhatian dia memakaikan sabuk pengaman untukku. Lalu mulai menancap gas menuju tempat yang ia sebutkan tadi. Sebuah mansion miliknya.
Karena tempatnya yang tidak terlalu jauh. Sekitar lima menit saja kami telah sampai. Dari kejauhan aku melihat sebuah mansion mewah dengan interior elegan. Berdiri dipinggir pantai, aku tidak tahu jika di pantai ini ada sebuah mansion mewah.
Aku menoleh kearahnya. Ia sedang menatap kearah mansion tersebut. Aku mengikuti arah pandangan nya. Beberapa orang berlarian membawakan sebuah payung ke arah mobil tempat kami berada.
Ia segera turun dari mobil. Aku lihat seseorang dengan sigap langsung memayunginya. Dia benar-benar bukan orang sembarangan. Tak jarang aku berpikiran seberapa kaya dirinya, hingga bisa memberikan aku sebuah cek dengan nominal fantastis. Namun sialnya, belum sempat aku menikmati hasil kerja keras ku itu. Gery si bajin**n itu terlebih dulu membawa lari semuanya.
"Turun cepat."
Aku tersentak kaget ketika dia sudah berada diluar kaca jendela tempat aku duduk. Aku pun membukanya perlahan. Derasnya angin membuat ku hampir terhuyung. Namun tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu melingkar di pinggangku. Ternyata itu adalah tangan nya. Dia menarik ku ke dalam dekapannya. Dengan tangan yang satunya lagi memegangi payung.
Dadaku kembali bergemuruh seperti cuaca badai hari ini. Aku tidak mengerti mengapa aku bisa berdebar-debar ada didekat lelaki bernama Agil ini. Aku juga merasa pernah mendengar namanya disebut, namun aku masih belum bisa mengingat. Dimana aku pernah mendengarnya. Apakah kami memang pernah bertemu sebelum hari ini?
Sampailah kami di mansion pinggir pantai itu. Aku tak bisa berhenti menatap keseluruhan isinya. Aku pun kembali menatap dirinya. Siapa dia sebenarnya, aku semakin penasaran.
"Apa tempat ini sebuah penginapan?" tanyaku.
"Hahaha, jika menurutmu seperti itu. Berarti ini memang sebuah penginapan," sahutnya yang disusul gelak tawa.
Aku menggerinyitkan dahi dan berkata, "Siapa kamu sebenarnya?"
Dia diam dan menatapku dengan ekspresi yang tak bisa aku tebak. Perasaan ku semakin tak menentu. Bayangan-bayangan kenangan di kamar hotel malam itu selalu teringat. Saat melihat senyumnya yang begitu menawan, seolah sudah menghipnotis diriku.
"Kenapa? Apakah kamu juga tertarik padaku, karena kemewahan ini semua?"
Ia berjalan menghampiriku. Semakin dekat dan dekat hingga aku terhimpit diantara dinding dan tubuhnya. Aku merasa sangat risih, wajahku berpaling ke arah lain. Tak ingin menatap wajahnya, karena itu membuatku semakin gugup.
"Heh, kamu sama saja seperti mereka," ucapnya pelan lalu berbalik. Aku lihat dia sedang menghela nafas dan mengusap wajah dengan kasar.
"Apa maksudmu? Jangan samakan aku dengan orang lain. Aku tidak suka," sahutku dengan ketus.
Dia berbalik badan menatapku dengan wajah dingin. Tidak seperti sebelumnya sangat ramah dan hangat. Aku tidak tahu apa yang membuat air di wajahnya berubah.
"Bahkan kau menjual keperawanan mu, demi materi. Aku benar-benar tidak mengerti mengapa ada perempuan yang rela melakukan itu. Bagaimana orang lain akan menghargai mu, jika kamu bahkan tidak menghargai dirimu sendiri."
Deg!
Perkataannya tepat menusuk di jantung ku. Membuat ku mati ditempat, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia benar, aku memang tidak memiliki harga diri. Tapi dia hanya bisa memandangku dari sudut pandang dirinya. Tidak dari sudut pandang ku. Karena aku sangat membutuhkan uang itu. Jika aku tidak membutuhkannya, aku juga tidak mungkin melakukan hal bejat itu.
"Aku tahu, aku memang tidak punya harga diri. Akan tetapi bagaimana denganmu? Kamu sebagai lelaki tidak pernah menghargai seorang wanita. Kau membeli diri mereka dengan uang yang kamu punya. Hanya untuk kepuasan sesaat. Bagiku, kamu juga sama bejatnya denganku," ucapku dengan nada tinggi.
Seketika ia pun menatapku dengan tajam. Aku sadar aku sudah lancang berbicara seperti itu. Namun apa dayaku, karena dia duluan yang sudah memancing emosiku. Jadi jangan salahkan aku jika perkataan ku juga menyakiti hatinya.
...🌹TBC, jangan lupa like 🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Nunung
apa yang akan terjadi pada baby di Mension itu apa bakal terulang lagi kejadian di hotel itu
2022-06-08
0
yanti_ardiansyah
seharusnya jgn sampai jual diri jg SH...tapi ga sesuai sama judulnya nanti ceritanya...heheheh
2021-11-29
0
Sri Faujia
semoga berjodoh
2021-11-23
0