...Warning❗❗...
...Mohon bijak dalam memilih bacaan, dan berkomentar. Cerita ini hanya imajinasi Author, yang author tuliskan untuk menghibur para pembaca. Buruknya di buang dan baik nya di ambil. So please don't judge....
...🌺🌺🌺...
"Kau tadi mengatai aku murahan," ucapku masih dengan suara yang bergetar dan terisak.
"Enggak sayang, aku tarik kembali ucapan ku. Maafkan aku yang sudah menyakiti hatimu," ucapnya seraya menyentuh pipiku dan mengusap air mata yang membasahi wajah cantik ku.
Mata kami saling menatap sangat lekat. Aku melihat kesungguhan dimatanya. Itulah yang membuatku tidak bisa marah terlalu lama padanya.
"Baiklah, aku akan memaafkan mu kali ini. Tapi kalau kamu mengatai aku seperti itu lagi. Aku benar-benar akan pergi meninggalkanmu Dewa Ardhias."
"Iya sayang, aku janji tidak akan seperti itu lagi. Jadi kamu maafin aku kan," ucapnya tersenyum merapikan rambutku yang berantakan.
Aku mengangguk dan tersenyum balik. Senyumannya lah yang membuatku bertahan disini. Jika tidak aku sudah akan pergi meninggalkan negara ini. Meninggalkan sejuta kenangan semenjak aku kecil disini begitu pun dengan Dewa dan Melanie.
"Baiklah, kamu gak lupa kan hari ini kita sudah janjian untuk beli perlengkapan latihan basket ku yang baru?" tanya Dewa.
Seketika aku terkejut dan sekaligus teringat akan janjiku. Jika aku akan membelikan nya perlengkapan latihan basket yang baru.
"Hmm, iya sayang. Aku ingat kok, ayo kita pergi." jawabku dengan senyuman yang aku paksakan. Agar dia tidak merasa curiga, apalagi kecewa.
"Kamu memang yang terbaik Beby," ucapnya mencium keningku.
Akhirnya kami pun pergi ke sebuah mall pusat perbelanjaan terkenal di kota. Selama berbelanja aku bisa melihat jika Dewa sangat senang. Dia terus tersenyum sumringah saat memilih-milih perlengkapan yang hendak dia beli. Sampai-sampai aku lupa akan janjiku pada Dekan Werlyn tadi. Gara-gara terlalu asik menemani Dewa berbelanja.
"Jadi berapa mba total semuanya?" tanya ku pada wanita yang menjaga kasir itu.
Dia tidak menjawab ku apalagi menatap kearah ku yang sedang bertanya. Tapi dia malah senyum-senyum genit kearah Dewa yang berdiri disebelah ku. Ingin rasanya aku mencolok mata wanita itu, sangat ganjen.
"Sayang, sebaiknya kamu tunggu disana aja," ucapku menyikut tangan Dewa.
"Baiklah sayang, aku tunggu disana yah." Dewa tersenyum padaku begitu pun pada wanita itu.
Aku benar-benar tidak mengerti kenapa dia juga tersenyum pada wanita genit itu. Membuat wanita itu jadi semakin tidak bisa berhenti tersenyum.
"Mba, saya ini tidak punya waktu banyak." bentak ku seraya mengetuk-ngetuk meja kasir. Membuat wanita itu tersadar dari lamunannya.
"Eh iya, maaf kak. Maaf, bentar yah saya hitung kan dulu totalnya." sahut wanita itu seraya menunduk sedikit.
"Lain kali jika sedang bekerja, harus fokus mba." Aku menggerutu kesal menatap wanita itu yang masih mencuri-curi pandang pada Dewa.
"Jadi totalnya tujuh belas juta delapan ratus mba." ucap wanita itu lagi.
Hah?
Aku sangat-sangat terkejut mendengarnya. Apa aku tidak salah dengar tujuh belas juta.
"Ada apa Beby?" tanya Dewa yang ternyata sudah ada di sebelahku.
"Sayang, totalnya tujuh belas juta delapan ratus. Apa itu tidak terlalu mahal?"
"Biasa juga lebih dari ini tapi kamu tidak pernah mengeluh."
Dewa menatapku. Aku menelan saliva ku yang terasa seperti sebuah batu. Aku pun segera membayar semuanya dengan uang tunai. Uang yang baru saja aku cairkan dan untuk membayar biaya semester. Aku tidak mau malu didepan umum apalagi malu didepan Dewa.
Setelah selesai. Kami berdua pun berniat kembali ke kampus karena aku masih ada kelas sore. Namun ditengah jalan tiba-tiba saja Dewa bertanya padaku.
"By, ada apa denganmu akhir-akhir ini? Aku perhatikan kamu jarang mengajak ku makan malam bersama? Seperti tadi, kamu berubah Beby. Uang segitu tidak ada apa-apa nya dari yang biasa kita pakai untuk bersenang-senang."
Aku menatap kearah luar jendela. Aku tidak mau menatap wajah Dewa. Karena aku sedang tidak ingin menampakan kesedihanku padanya. Tanpa ia lihat aku meneteskan air mata.
"Aku tidak apa-apa, aku hanya sedang belajar menghemat. Ayahku mau aku tidak seboros dulu, tapi kamu tidak perlu cemas. Apapun itu untukmu aku akan mengusahakannya."
Aku mengusap air mataku lebih dulu, lalu menatap kearahnya dengan senyuman yang aku lukis diwajah ku.
"Benarkah?"
"Benar sayang." Aku mengelus lembut pipinya.
Tiba-tiba saja aku melihat ponsel Dewa yang ada di dasbor mobil berdering. Segera tanganku terulur untuk mengambilnya. Namun Dewa dengan cepat mengambilnya duluan.
"Ini panggilan dari pelatih sayang," ucap nya.
"Kamu tunggu sebentar disini, aku terima panggilan ini dulu. Pastinya sangat penting ... "
Dewa berhenti dipinggir jalan dan langsung keluar dari mobil. Aku merasa aneh sekali. Untuk apa dia keluar dan berbicara diluar mobil. Biasanya dia tidak seperti ini, namun aku tidak mau terlalu berpikiran macam-macam. Karena aku sangat percaya pada Dewa, jika dia tidak mungkin mengkhianati aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Drake02c
bener² bego ini Cewek njim
2022-10-17
0
Nunung
selama pacaran diporotin terus apa baby ga sadar ya walaupun banyak uang tapi harusnya kan laki laki yang ngeluarin uang bukan sebaliknya memang benar cinta membuatnya buta sekarang baru tahu rasa cari uang tuh betapa susahnya
2022-06-08
0
Mitri Adel
terlalu berbelit2
2022-03-03
0