Aku Hanya Pelayan

Aku Hanya Pelayan

bab 1

"Mbok yakin tetap mau berhenti dan menetap di kampung?" Hendri kembali bertanya pada Mbok Ida_Pelayan yang sudah lebih dari sepuluh tahun ini mengabdi dan mengurus keluarganya.

Pelayan tua itu mengangguk meski Sebenarnya dia tidak bisa pergi tapi keadaan yang memaksa dirinya keluar dari rumah ini.Dia tidak mungkin terus di sini apa lagi sambil membawa serta keponakannya.Mbok masih tahu diri tidak ingin terlalu lama merepotkan majikannya.Mereka sudah banyak membantu memenuhi keperluan keponakannya semenjak Selin di sini,Walau pun Mbok menolak karena gajinya juga masih bisa untuk membeli keperluan anak itu.

"Maaf Tuan,Saya sudah memutuskan tetap akan pulang." Jawabnya yakin karena akan mengurus ponakannya di kampung halaman.

"Kenapa tidak di sini aja Mbok?Kita akan urus Selina bersama-sama,Biar putra saya juga nantinya ada teman." Hendri melirik anak perempuan cantik yang tengah anteng makan kukis di samping Mbok ida.Hendri tersenyum menatap anak itu,Cantik dan lucu sekali di matanya,Hendri sangat menginginkan anak perempuan,Seandainya Mbok mengijinkan,dia ingin mengadopsi Selina agar sepasang dengan anaknya yang baru lahir.Tapi sayangnya Mbok kekeuh tetap tidak menginjinkannya untuk mengadopsi anak itu.Dengan alasan karena Selina anak di luar pernikahan Mbok takut suatu saat nanti Selin akan membawa aib bagi keluarga Hendri.Padahal Hendri tidak peduli akan asal usul Selin,Tapi dia pun tak ingin memaksa.

"Saya akan menanggung semua biayanya,Mbok gak usah kawatir untuk itu.Saya mohon tetap tinggal di sini sama kami,Hera pasti kesepian kalau Mbok keluar" Hendri membujuk Mbok Ida agar tidak pulang,Jujur saja ia tidak akan bisa mengurus anak dan istrinya tanpa bantuan pelayan tua itu." Tolong pikirkan lagi Mbok,Selain karena Hera,Sebaik-baiknya di kampung tetap lebih baik Selin di sini.Saya jamin di sini dia akan tumbuh dengan baik dari pada di kampung.Ini soal tumbuh kembang dan mentalnya,Saya kawatir di kampung mentalnya terganggu." Hendri meminta Mbok agar memikirkan lagi keputusannya itu.

Mbok terlihat masih menimbang jujur ia sangat bingung sekarang.Yang di katakan Hendri memang benar adanya.Mbok pun sebenarnya kawatir kalau di kampung Selin pasti kena gunjingan tetangga." Hera kena baby blues Mbok, Dia selalu merasa kesepian dan sedih." Ucapnya lagi.Pria itu menarik napas sebelum melanjutkan kembali kalimatnya." Hera Kadang suka ngamuk-ngamuk sendiri, Saya kawatir kalau saya di luar kota siapa yang akan jaga dia dan putra saya?Saya tidak menemukan satu pun orang yang sama seperti Mbok.Bagaimana pengertiannya terhadap saya dan keluarga, Terutama pada Hera.Jadi karena itu saya ingin Mbok tetap di sini menjaga keluarga saya." Pria muda yang di segani banyak orang itu terlihat memohon pada asistennya.Ia mengabaikan harga dirinya tidak peduli Mbok memandangnya seperti apa.

Mbok Ida semakin terlihat bingung antara pulang kampung atau tetap di sini,Menuruti kata tuan Hendri tadi,Sebetulnya Mbok pun tak tega meninggalkan nyonya Hera yang keadaannya sedang tidak baik-baik saja seperti sekarang ini." Saya akan tetap di sini Tuan." Mbok Ida memutuskan untuk tetap di sini karena lagi lagi nyonya Hera yang menjadi alasannya.Dirinya tidak mungkin meninggalkan wanita yang sudah banyak menolongnya itu.

Wajah Hendri terlihat senang karena Mbok peduli akan dirinya dan Hera.Dia tahu Mbok pasti tidak mungkin tega meninggalkan Hera,mengingat selama ini wanita tua itu memang sangat patuh dan peduli pada istrinya," Terima kasih ya Mbok, Saya benar-benar senang kalau Mbok tetap di sini." Hendri sangat berterima kasih pada asistennya Itu,Kalau tidak ada Mbok pasti dia akan kerepotan menjaga Hera yang suka tiba-tiba mengamuk dan tidak mau mengurus bayinya.

"Sama-sama tuan,maafkan saya karena saya membawa beban dan aib ke rumah Ini." Mbok Ida tertunduk merasa sedih dan malu.

"Jangan menyebutnya begitu,Mbok.Dia anak yang manis saya menyukainya.Tetap di sini sama adik bayi ya sayang." Hendri menoel pipi Selin dan anak itu mengangguk tersenyum malu-malu.

Selina Maharani gadis kecil itu adalah ponakan Mbok ida kepala pelayan di rumah Hera dan Hendri,Mbok ida sudah lebih dari sepuluh tahun mengabdikan dirinya di sana.Hera dan Hendri sudah menganggap Mbok keluarganya sendiri mereka bahkan tidak pernah memberikan tugas berat pada Mbok.tugas Mbok Ida hanya mengatur para pelayan di sana.Mbok Ida juga yang memberikan jadwal pekerjaan dan jadwal masak pada pelayan lain,semua Mbok yang mengatur.Hera menyerahkan semua urusan rumah pada Mbok ida.

Namun tiba-tiba wanita tua itu di kejutkan oleh kenyataan,Mbok mendapat kabar bahwa Linda adik satu-satunya telah hamil dan entah dengan siapa pasalnya Linda belum menikah.Linda bekerja sebagai wanita penghibur di klub malam tanpa sepengetahuan Mbok ida,semua Linda lakukan demi membayar cicilan hutang yang orang tuanya tinggalkan,bukan keinginan Linda menjadi wanita penghibur tapi dia terpaksa melakukannya.Agar bisa meringankan beban Mbok ida.Linda tidak tega melihat Mbok kerja sendirian demi membayar hutang keluarga.

Nasib malang pun menimpa Linda,dia hamil entah dengan siapa karena dia banyak melayani tamu lelaki hidung belang.Hingga hadir Selin di hidupnya.Dua tahun Linda menyembunyikan Selin dari orang-orang termasuk Mbok ida,dia berjuang sendirian merawat Selin sampai akhirnya Linda meninggal karena kecelakaan.

Selin kecil yang malang di titipkan di panti sampai Mbok ida mengambilnya.Mbok membawa Selin ke rumah besar Hendri.Dan Selin di asuh dengan baik kemudian tumbuh besar di sana.abahkan Hera menganggap Selin seperti anaknya sendiri kebetulan Hera hanya memiliki satu anak laki-laki yang umurnya lebih muda dari Selin.Saat Selin datang ke sana Hera baru saja melahirkan bayi laki-laki.

**Beberapa tahun kemudian**

"Kamu gak sarapan dulu?" Tanya Mbok melihat Selin buru-buru dengan segala keperluannya.

"Nanti aja aku gak lapar,Paling nanti di kampus." Selin menolak sarapan dia sedang tidak nafsu makan banyak tugas kuliah yang membuat kepalanya pusing.

"Ya udah tapi di kampus jangan lupa makan ya,Nak," Mbok merapikan rambut Selin yang terlihat berantakan dia sepertinya lupa menyisir rambutnya .

"Aku berangkat ya,Bu." Selin mengambil tasnya yang menggantung di pintu kamarnya dia pun bergegas keluar.

Selin melewati ruang makan disana ada Hera dan Hendri.Mereka tengah sarapan." Pagi Om, Tante,Aku berangkat." Sapanya pada kedua orang tua sekaligus majikannya Itu.

"Pagi juga,Sel,berangkat sama Pak Sandi aja mau antar barang ke rumah Nenek,Sekalian kan searah sama kampus kamu." Ucap Hera.

"Gapapa tan gak enak ngerepotin Pak Sandi" tolak Selin tidak mau banyak merepotkan orang.

"Ya sudah gimana kamu aja." Hera tak mau memaksa.

Selin tersenyum mengangguk." Berangkat ya Tan." Pamitnya,dia buru-buru pergi kuliah dengan ojek online.Selin sudah terbiasa ke mana-mana pakai ojek online atau taksi online.Padahal Hendri sudah membelikan motor untuk Selin kuliah agar tidak repot.Tapi Selin jarang memakainya karena dia sering terjatuh,Selin kurang pinter membawa sepeda motor.Hera sudah meminta Selin untuk membawa salah satu mobilnya tapi Selin selalu menolak karena ia cukup tau diri.Dia hanya pelayan di mansion itu,rasanya tidak pantas dan akan sangat berlebihan jika harus menerima tawaran majikannya Itu.

......................

"Lemes amat belum makan?" Tanya Niken_teman baik Selin.Perempuan itu duduk sambil terus mengamati wajah Selin yang pagi ini terlihat beda dari biasanya,Terlihat pucat dan lingkaran hitam mulai muncul di bawah matanya.

"Kurang tidur,Biasa begadang" Jawab Selin lemas tak bertenaga.Akhir-akhir ini dia memang lelah dengan tugas kuliah yang menumpuk.

"Begadang mulu,jagain lilin Sel?" Ucap Tasya yang baru saja datang,Setelahnya duduk di hadapan Mereka berdua.

"Iya,Harusnya sekarang aku udah kaya loh padahal rajin banget begadang," Selin menelungkupkan wajahnya di meja.

"Kamu kan udah kaya Sel,Rumah kamu aja sebesar itu tinggal nikmati apa yang ada di sana.Ngapain pusing." Serobot Sinta dia memang tidak tau kalo Selin di sana hanya pembantu,lebih tepatnya tidak percaya.Padahal Selin sudah berkali kali menjelaskan kalau dia bukanlah pemilik rumah besar tersebut.

"Udah berapa kali aku bilang,Aku tuh cuma pembantu di sana bukan pemilik rumah.Kalian ini gak percaya banget," Selin tidak pernah menutupi siapa dirinya.Baginya berpura-pura menjadi orang kaya akan membuatnya lelah.Karena sekalinya berbohong maka dia akan terus berbohong demi menutupi kebohongan lainnya.

"Aku gak percaya tau,Sel.Muka kamu aja old money banget,Gak bakal ada yang nyangka kalo kamu di sana hanya pelayan," Jelas Sinta,Jujur dia masih tidak percaya kalau Selin ternyata hanyalah anak pelayan di rumah besar itu.Niken memilih menyimak saja,Dia memang sudah tahu lama dari Selin,Tapi sama seperti Sinta masih tidak percaya,Atau bisa di katakan Niken sulit untuk percaya.

"Yang sodara kamu itu siapa Sel?Pak Hendri apa Ibu Hera?" Sinta memang sudah pernah mendengar kalau Selin hanya numpang di rumah nyonya Hera Itu tapi Sinta tidak percaya kalau Selin hanya seorang pembantu.Sinta yakin Selin masih ada hubungan darah dengan keluarga Hera tidak mungkin hanya cuma-cuma pikirnya.

"Bukan keduanya,Udah di bilang mereka bossku." Sanggah Selin kesal juga dia,Mereka ini kenapa bebal sekali di jelas kan berkali kali pun tetap tidak mengerti.

Melihat Selin tetap membantah membuat Sinta merasa ada yang janggal.Apa benar kalau Selin hanya seorang pelayan di sana.Atau jangan jangan Selin itu sebenarnya bukan pelayan tapi dia menjadi simpanan suami dari Hera__model terkenal." Apa jangan jangan kamu sebenarnya ani-ani ya Sel?Ngakunya pembantu padahal kamu simpenannya Pak Hendri?" Tanya Sinta yang membuat Niken seketika menoleh kaget akan pertanyaan Sinta yang terlalu blak blak an. Selin tetap tenang tak terkejut sama sekali akan ucapan Sinta.Ini bukan kali pertama dirinya di curigai sebagai simpanan Majikannya itu.Tapi Selin tak ambil pusing,selama itu tidaklah benar dia tak peduli.

"Kalau memang gak percaya ya udah." Ujar Selin santai,Dia berdiri kemudian pergi meninggalkan dua temannya itu.Keduanya saling pandang setelah Selin menjauh dari mereka.

"Kamu sih ngomongnya aneh aneh aja,Kalau dia tersinggung gimana?" Niken ikut pergi Dari sana meninggalkan Sinta yang bingung sendiri dan menyesali ucapannya pada Selin.

...***********...

"Jam berapa Ini tuan muda?" Hera yang hendak berangkat ke kantor itu urung,Dia melihat putra satu-satunya baru bangun tidur.Rain tak langsung menjawab masih mengucek kedua matanya yang jelas masih mengantuk,rambutnya yang berantakan dan Beberapa menutupi wajahnya menambah kadar ketampanannya.Rain duduk di meja makan yang besar muat untuk beberapa orang.Dia memilih tidak menggubris ibunya.

"Lapar,Mbok buatin roti selai dong" Pintanya pada Mbok Ida.

"Gak bosen apa sarapan roti terus Nak?" Hera mendekat ke meja makan lalu mengambil dua lembar roti tawar untuk anak bujangnya itu.

"Jangan mama yang bikin,Biar Mbok aja kalau mama yang buat rasanya beda." Cegah Rain,Ia tidak mau makan kalau itu buatan Hera.Dia lebih suka makanan yang dibuat pelayan dari pada buatan mamanya sendiri.Karena bagi Rain makanan buatan mama rasanya selalu aneh.

Hati Hera tertohok ia memang tidak bisa masak dan membuat apa pun,Makanan yang di buat olehnya pasti rasanya selalu tidak enak di lidah Rain." Kia,tolong buatin roti selai untuk Tuan." Suruh Hera.Kia mendekati meja membuatkan roti selai nanas untuk anak bosnya itu,Karena Mbok Ida tidak ada di sana mungkin sibuk di dapur.

"Kamu udah cuci tangan kan Mbak?" Tanya Rain dia tidak mau ada kuman di tangan pelayannya, Rain itu super bersih dan tentu saja bawel.

"Udah Tuan" Jawab Kia.

"Berisik terus tiap hari Rei," Ucap Hendri yang akan berangkat Kerja.

"Apa sih Papa" Ketus Rain tak suka.

"Kamu mau makan aja ribet banget" Balas Hendri sambil menggelengkan kepalanya,Rain hanya mengerucutkan bibir tak suka." Kamu gak sekolah lagi?Papa kirim ke Aussie kalo gitu ya." Ancam Hendri.Rain kembali tak menanggapi bodo amat saja." Ayo Ma." Ajak Hendri pada Hera,Capek bicara dengan Rain yang tidak pernah di tanggapi.

Setelah orang tuanya pergi Rain girang bukan main,Dia sudah dua hari tidak masuk sekolah karena kesiangan terus. Semalaman dia sengaja begadang untuk main game sampai subuh bukannya belajar tapi herannya nilainya tetap bagus.Entah otaknya terbuat dari apa.

"Kalau tuan dan nyonya udah pergi aku bebas dong,Mbak bawain sarapannya ke kamar ya." Suruhnya pada pelayan.Kia mengangguk dan segera membawakan sarapan Rain ke kamar.

Baru juga Rain akan melangkah menaiki tangga tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya ." Makan di meja,Rain.Jangan di kamar." Ucap seseorang yang Rain tahu betul suara siapa itu sepertinya suara nenek-nenek.Rain memutar tubuhnya melihat siapa yang datang,Ah ternyata yang datang nenek lampir musuh bebuyutannya.

"Suka-suka gue dong,Emangnya ente siapa kok ngatur ngatur? Bisa gak sih sehari aja gak ngomel?Diam aja gitu,Bisa enggak?" Kesal Rain menatap tajam perempuan lampir di depannya itu.

"Saya di tugaskan untuk mengomeli kamu,Kalau kamu nurut dan bener terus gak macam-macam saya juga gak mungkin ngomel." Tegas Veronika__asisten Hendri dia yang menjadwal dan mengatur segala kebutuhan Hendri dan Hera,Terutama Rain.

"Sana ke kantor jangan di sini bawel,Berisik ." Usir Rain malas jika lampir itu masih berada di sana bisa di pastikan Rain tidak bisa melakukan apa pun." Buruan sono,Ngapain masih di sini,hus hus sana hama." Rain kembali mengusir Veronika yang membandel itu,Masih saja berada di sana.

"Dasar pemalas udah dua hari kamu gak sekolah iya kan?Kamu harus di hukum,Uang jajan kamu di kurangin nanti dan saya akan lapor Papamu." Ancam Veronika dia memang sering mengancam Rain.

"Papa juga udah tau kok Pir,Kalo gue gak sekolah,Udah sana ngadu aja lagi ke Papa,Lo kan kaya kebo yang di cucuk hidungnya nurut aja sama semua perintah si Hendri.Dasar lampir goreng patut." Rain meninggalkan Veronika yang masih berdiri di sana.Vero hanya menarik nafasnya dalam dia sudah terbiasa mendapat hinaan cacian dan makian dari Rain,Jika saja Rain bukan anak majikannya mungkin sudah Vero tenggelamkan ke kubang bebek.

...***********...

Sepulang kuliah Selin mengganti bajunya dengan baju santai ala rumahan.Usai makan siang Selin istirahat sebentar untuk kembali mengisi tenaganya yang hilang,Setelah itu ia kembali pada tugasnya.Tugas Selin membersihkan kamar tuan muda Rain dan tugas yang lainnya tapi semuanya sangat mudah tidak berat,Karena Hera melarangnya untuk bersih-bersih dan melakukan tugas yang lebih berat,Sungguh senang bukan kehidupan Selin di sana.

Hera melarang Selin bekerja karena dia sudah menganggap Selin seperti anaknya sendiri.Hera sama sekali tidak menganggap Selin seorang pelayan namun tetap saja Selin tau diri dia tidak mau enak-enakan di sana.Sementara Hera dan Hendri sudah menampung,merawatnya dan membiayai hidupnya sedari kecil,Bahkan sampai saat Ini ia masih tinggal di sana.Selin belum bisa membalas budi pada majikannya itu.Sebagai rasa terima kasihnya Selin kerja di sana tanpa menerima gaji karena dia menolak meski begitu Hera tetap memberinya uang saku dan uang untuk kebutuhan Selin lainnya.

"Permisi,Aku masuk ya" Selin mengetuk pintu kamar Rain memastikan pemiliknya ada di kamar.Biasanya kalau lelaki itu ada langsung menyahut sewot seperti aki aki resek.Tapi kalau hening berarti dia sedang pergi.Tapi Kemudian Selin mendengar suara sahutan sinis dari dalam.

"Masuk aja sih,Apa-apa ijin mulu kaya pemantu baru aja." Ucap Rain dari kamar.Selin masuk membawa peralatan untuk membersihkan kamar tuan muda.Rain mendelik melihat Selin yang baru ke kamarnya." Jam segini baru beresin kamar kemana aja kamu?" Tanya Rain penuh selidik dengan mata melotot seperti biasanya wajahnya selalu ngegas dan songong.

"Aku baru pulang" Selin menunduk selalu menghindari tatapan Rain.Tidak tau mengapa rasanya tidak nyaman jika menatap langsung manik cokelat itu.

"Halah alesan aja,Dasar pemalas sama aja kaya si Vero lampir jelek itu,Sama-sama menyebalkan kalian." Rain memang akan selalu seperti Itu,Apa lagi jika suasana hatinya sedang kesal dia akan melampiaskannya pada siapa saja termasuk pada Selin.Memarahi dan mengomeli Selin itu adalah kesenangannya setiap hari.

"Maaf,Lain kali aku bakal langsung beresin." Ucap Selin masih menunduk tetap menghindari bertatapan langsung dengan Rain,Dia memang hampir tidak pernah beradu pandang dengan lelaki itu,Setelah mereka remaja,Hubungan keduanya memburuk beberapa tahun ini,Padahal saat kecil mereka berteman baik layaknya saudara.Bahkan keduanya berjanji akan saling melindungi dan menjaga satu sama lain,Namun tidak tahu mengapa saat keduanya beranjak remaja hubungan mereka merenggang hingga kini.

Rain hanya mendelik malas Selalu saja begitu banyak alasan pikirnya." Ngomong doang,Padahal bisa langsung beresin tanpa Harus di tunda-tunda." Gumamnya tanpa menoleh pada wanita itu.Selin memilih untuk tak peduli dan langsung membersihkan kamar Rain.Tuan muda Itu masih anteng di kursi dia sedang main game.Rain sudah biasa saat Selin membersihkan kamarnya dia tidak mau keluar dulu.Memang tidak pengertian sama sekali,Dan karena itu Selin sering kesal apa lagi jika Selin sedang mengepel lantai.Rain biasanya akan sengaja mondar-mandir bahkan dengan senang hati suka membuang asal kulit kacang atau cemilan lainnya,Entah apa maksudnya.Hanya Rain dan tuhan lah yang tau.

Episodes
Episodes

Updated 107 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!