Di pagi hari yang cerah Cyra dan Lian sama-sama terbangun karena sinar matahari yang memasuki dalam kamar mereka, walau berbeda kamar.
Cyra sudah berpakaian rapi hari ini, dia ingin masuk kantor untuk bekerja. Bagi dia, dia sangat mempunyai tanggung jawab sebagai manager disebuah perusahaan. Padahal sebelumnya, papa dan mamanya sudah meminta Cyra untuk mengambil cuti satu minggu, hanya dia tidak mau menuruti keinginan orang tuanya.
Cyra pun turun ke lantai bawah untuk mencari sarapan paginya, dilantai dasar terlihat sepi. Lian baru saja keluar dari kamarnya dan ingin menuju dapur.
"Kamu sudah rapi, mau kemana?" tanya Lian, memandang sekilas Cyra dari atas hingga bawah.
"Kamu, enggak lihat apa? Ini pakaian kerja" jawab Cyra sinis.
"Aku mau kerja" jawab Cyra sambil melihat ke arah meja makan.
Meja makan tersebut terlihat rapi tanpa ada mangkok, piring yang berisi sayur ataupun lauk pauk.
"Aku mau makan, dimana sarapannya?" tanya Cyra dengan santai lalu duduk dikursi.
"Hari ini, bibi yang membantu kita belum datang, kemungkinan sedikit lebih siang" ucap Lian lembut tetapi tetap tegas sebagai laki-laki.
"Kita order online saja ya!" ucap Lian, menyarankan kepada Cyra.
"Enggak, aku enggak mau" jawab Cyra.
"Itu akan lama lagi dan aku bisa terlambat" jawab Cyra dengan tidak ada nada lembutnya.
Padahal hari ini Cyra sudah meminta izin atasannya jika dia akan masuk kurang lebih jam 9.30 wib.
"Kalau begitu, kita masak saja ya apa yang ada didalam kulkas ini" bujuk Lian.
"Kita?" seperti bertanya Cyra kepada Lian dengan nada seperti mengejek.
"Kamu, bukan aku ataupun kita! Tapi kamu yang masak" ucap Cyra.
"Aku tidak berniat untuk berada lebih lama di dapur mu ini!" Cyra memandang dapur rumah Lian, seperti memandang jijik.
Padahal dapur Lian sudah di desain dengan sangat indah, nuansa di dapur pun berwarna biru laut dengan perpaduan warna putih.
Sebenarnya Cyra menyukai dapur ini, hanya mulutnya saja yang suka mengatakan yang tidak sebenarnya.
Lian hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar, mendengar apa yang barusan dikatakan oleh istrinya ini.
"Cepat kamu masak" usir Cyra.
"Astaga aku baru ingat" ucap Lian yang seperti terkaget oleh diri sendiri.
"Ih, apaan sih orang ini aneh" decak kesal dari Cyra.
"Cyra maaf, kita kan tidak ada nasi bagaimana bisa masak lainnya?" ucap Lian.
"Bagaimana kalau aku buatin kamu roti panggang saja ya, ada selai strawberry, kacang, srikaya, nanas dan coklat. Kamu mau selai yang mana kasih tau aku ya!" ucap Lian.
"Huft" ucap Cyra yang merasa pagi ini dia sangat tidak beruntung sekali berada dirumah Lian.
"Ya sudah cepatan, aku lapar" teriak Cyra seperti anak kecil yang sangat kelaparan meminta makan kepada mamanya.
"Sabar ya, bentar saja kog" jawab Lian.
"Kamu mau selai yang mana?" tanya Lian sekali lagi. Setelah Lian mengoles selai kacang di roti dia terlebih dahulu.
"Coklat" jawab Cyra singkat.
"Baik lah, ini sudah selesai" jawab Lian dengan suara yang terlihat memanjakan Cyra.
Cyra pun dengan cepat menyantap roti panggang yang dibuatkan oleh Lian. Tetapi sesaat kemudian Cyra merasakan gatal-gatal ditangannya.
"Ini kenapa tangan ku" Cyra terus mengaruk tangannya yang mulai merah-merah.
"Kamu kenapa Cyra" tanya Lian yang terlihat sangat khawatir terhadap istrinya, dia bahkan bangkit dari duduknya.
Lian pun langsung membantu Cyra, bermaksud ingin memegang tangan Cyra yang gatal, tetapi ditepis oleh Cyra secara langsung.
Cyra melihat kearah roti panggang Lian.
"Kamu ada pakai selai kacang, lalu mengoles ketempat ku?" tanya Cyra menyelidiki.
"Iya" jawab Lian yang mulai takut, jika Cyra ternyata alergi karena hal itu.
"Cepat ambilkan obat ku dikamar, didalam tas ku" teriak Cyra sambil terus mengaruk tangannya.
Dengan tergesa-gesa Lian pun segera berlari ke kamar utama, menaiki tangga dengan terburu-buru kemudian mengobrak abrik tas Cyra dan menemukan obat yang Cyra inginkan, dia pun segera berlari menuruni anak tangga, hingga hampir terjatuh.
"Kau ini lambat sekali" bentak Cyra yang memang sudah sangat marah karena gatal ditangannya ini.
Cyra pun segera merebut obat itu dari tangan Lian dan meminumnya, Lian hanya bisa terdiam melihat Cyra yang sangat bertingkah kasar kepadanya.
"Kau tau, aku alergi terhadap kacang" teriak Cyra.
Setelah meminum obatnya Cyra akan merasa lebih baik, karena obat ini memang sangat cepat mencegah alergi Cyra menyebar ke bagian tubuh lain.
"Maaf Cyra, aku tidak mengetahuinya, maaf sekali lagi" ucap Lian penuh rasa bersalah, tetapi sesungguhnya dia tidak tahu jika Cyra memang sangat alergi terhadap kacang.
"Aku membenci mu" ucap Cyra kemudian berlalu pergi meninggalkan meja makan.
Lian yang ditinggalkan dimeja makan pun hanya dapat terdiam dengan expresi datar. Dia juga merasa bersalah karena membuat Cyra sakit atas alerginya. Walau Lian tau itu tidak sepenuhnya salah dia, hanya karena Cyra yang sedari awal tidak mau memberitahunya, ingin makan roti panggang dengan selai apa, sehingga sambil menunggu Lian pun mengoles untuk rotinya terlebih dahulu.
"Ya Tuhan, maafkan aku, aku menyakiti istri ku" ucap Lian dalam hatinya.
Dia sungguh merasa bersalah. Hingga Lian pun mengumpulkan produk kacang-kacangan yang ada dirumahnya, kemudian dia bawa keluar untuk diberikan kepada orang lain yang mau menerimanya, jika langsung dibuang lian merasa sangat sayang karena Lian tau diluar sana orang-orang masih ada yang kesulitan untuk mendapatkan makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Dewy Zainudin
perempuan kok gak berahlak gitu???kualat baru tahu kamu!
2021-06-20
1
Dwi setya Iriana
baru di novel ini suami di jajah istrj sungguh2 tak ber...........cyra sebagai istri.
2021-05-31
0