Perempuan Malam

Malam harinya Justin mengajak Jack bertemu di kafe yang masih satu gedung dengan klub malam. Jack adalah teman masa sekolah Justin yang memiliki tempat hiburan malam itu. Sebuah bangunan berlantai lima dengan beragam fasilitas di dalamnya.

"Jack, Gue udah di kafe Lo," kata Justin melalui sambungan telepon.

Singkat cerita bangunan lima lantai itu terdiri dari lobby, klub malam yang berisi bar dan tempat berjoget ria, lantai tiga terdapat kafe dan coffe shop, lantai empat tempat bilyar. Dan lantai paling atas merupakan kamar hotel.

"Maaf nunggu lama bro," sapa Jack seraya mendudukkan tubuhnya berhadapan dengan Justin.

Seperti niatnya siang tadi, kedatangan Justin untuk menanyakan kebenaran bahwa dirinya telah bermalam dengan perempuan malam di klub milik Jack. Sebelumnya Justin telah meminta Jack untuk melihat rekaman CCTV ditempat itu.

"Iya bro semalam Gue lihat Lo nempel banget sama Erika," ucap Jack mulai menjelaskan.

"Oh iya karena semalam Lo mabuk. Perempuan yang menemani tidur Lo tadi malam namanya Erika," tambahnya.

Bukan nama dari perempuan itu yang ingin ditanyakan Justin. Pria itu tidak peduli dengan siapa nama perempuan itu. Melihatnya saja sudah malas. Justin merupakan tipe pria yang menyukai perempuan setia. Bukan perempuan malam seperti Erika yang mengumbar cintanya kepada lelaki manapun.

"Gue nggak peduli dengan namanya," bantah Justin.

"Gue butuh penjelasan yang terjadi sebenarnya," sambungnya.

Justin mulai kesal dengan Jack yang seperti mengalihkan pembicaraannya. Makanya dengan tegas Justin bertanya ulang mengenai tujuannya malam ini.

"Iya bener Lo semalam mabuk dan langsung mencium Erika disofa."

"Selanjutnya Gue bukakan kamar buat Lo sama Erika. Dan setelah itu Gue nggak tahu apa yang Lo lakuin di dalam sana berdua."

Jack menjelaskan yang sebenarnya terjadi sembari sesekali menyesap rok0k yang ada ditangannya. Setelah menyembulkan asapnya, pria itu kembali menjelaskan.

"Dan kalau semua ada dalam rekaman CCTV," ucap Jack.

"Jika Lo mau Gus bisa kirim ke email Lo nanti," imbuhnya.

Telapak tangan pria itu langsung mengusap wajahnya. Jadi benar semalam dia telah melakukan hubungan dengan perempuan malam itu. Bagaimana jika isu ini akan menyebar sampai masyarakat mendengarnya. Hancur sudah reputasinya nanti jika itu terjadi.

"Memangnya kenapa bro? Kok Lo tampak frustasi begitu?" Jack bertanya disela-sela kegalauan temannya itu.

Justin mendongakkan kepalanya untuk menatap lawan bicaranya saat ini. Seraya berkata, "Gue nggak habis pikir dengan apa yang Gue lakukan."

"Sudahlah bro tenang saja. Toh Lo juga menikmatinya bukan?" timpal Jack.

"Bukankah Lo juga biasa sudah melakukannya?" sambung Jack.

"Tapi bukan dengan perempuan malam!" balas Justin cepat.

Gelak tawa Jack menggelegar mendengar jawaban Justin. Seolah-olah mengejek Justin dengan jawaban yang baru saja dia lontarkan.

"Santai saja bro. Bukankah enakan dengan perempuan malam yang sudah berpengalaman?" ledek Jack.

"Dia aman kok nggak ada penyakit menular. Lagian juga Erika itu perempuan istimewa disini. Tidak sembarang orang bisa tidur dengannya," jelas Jack.

Memang benar Erika perempuan malam di klub malam itu. Tetapi dia termasuk perempuan malam ekslusif, hanya orang-orang tertentu saja. Termasuk orang-orang kelas atas. Itu pun kalau Erika mau. Biasanya Erika cuma menemani minum, tidak lebih.

"Gue cuma takut kalau Gue tidur sama perempuan malam terus tersebar sampai telinga masyarakat diluar sana," ucap Justin.

"Mau ditaruh mana muka Gue?" imbuhnya.

Tidak diduga ternyata itulah keresahan seorang Justin. Namun dilain sisi, itu kesempatan bagus buat Jack. Pria pemilik tempat hiburan malam itupun tersenyum senang.