Beberapa saat kemudian, nampak ketiganya sudah fokus menikmati makan siang dadakan di ruang jahit, butik itu.
Selesai makan siang.
"Anin, siapa yang memasak bekal mu ini?" tanya Melisa.
"Saya sendiri Bu." Jawab Anin, sambil merapikan bekas mereka makan dan meletakan kembali ke kotak semula.
"Ya, ampun. Kamu multi talent banget sih. Masakan mu enak banget. Cocok dengan seleraku." Puji Melisa
"Alhamdullilah kalau begitu Bu." Jawab Anin sopan.
"Kak Melati, gimana? Kakak sudah cek busana prianya?" tanya Melisa pada Melati
"Iya sudah. Dan sepertinya tidak ada yang perlu di revisi. Hanya Pak Bos yang bisa komen. Sebab, ini pesanannya." Jawab Melati.
"Kalo gitu, nanti aku hubungi dia. Mungkin dia bisa mampir sebentar untuk mengambilnya."
"Tolong di setrika dan di bungkus ya Nin." Ujar Melisa memberi perintah.
"Siap." Jawab Anin singkat.
"Oh...iya. Apakah kamu akan melanjutkan menjahit?" tanya Melisa pada Anin.
"Iya bu. Mungkin jam 1 nanti saya akan mulai menjahit. Sebab, sekarang saya mau ijin ke mushola sebentar. Untuk sholat zuhur." pinta Anin.
"Oh, iya silahkan. Setelah sholat, kamu juga boleh pulang. Besok juga masih bisa menyelesaikan sisanya." Ujar Melisa.
"Iya, saya akan tetap di sini sampai pukul 3 sore Bu, sesuai jam bekerja seperti biasa." Jawab Anin.
"Iya, baiklah. Terserah kamu saja. Kami permisi ke ruangan kami dulu ya Anin. Terima kasih banyak terutama untuk makan siangnya." Ucap Melisa pamit.
"Iya, sama - sama bu." Jawab Anin.
Anin pun keluar ruangan itu, untuk menjalankan kewajiban umat muslim pada umumnya. Yang hampir tidak pernah Anin tinggalkan walau di sela kesibukannya.
Anin menyetrika lalu membungkusnya busana pria itu seperti yang di minta oleh Melisa tadi. Dan mengantarnya pada Wilna. Setelahnya, ia kembali berkutat dengan mesin jahit. Sampai tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 3 lewat. Lagi, senyum terukir di wajah manis Anin. Sebab, dia sudah menyelesaikan pakaian pasangan untuk wanita. Kemudian Anin melakukan pengecekan ulang pada karyanya, agar tidak ada yang terlupa.
Sejenak Anin bingung dengan Pakaian itu. Apakah di biarkan terpasang pada manekin, di simpan atau di bawa pulang saja? Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada Wilna. Lalu Wilna meminta pada Anin untuk mengantarkan itu padanya. Anin segera menuju ke lantai 3 dan menyerahkannya pada Wilna.
"Wah... artinya. Kamu benar telah menyelesaikannya dalam 1 hari Anin." Ucap Wilna.
"Ya, semoga tidak ada yang tertinggal atau keliru dari desainnya." Jawab Anin.
"Tidak masalah, biasanya desainer lain juga begitu. Misalkan hasil tidak persis pada gambar, kamu tetap pemenangnya." Jelas Wilna.
"Oh, seperti itu." Jawab Anin
"Iya, jika sudah di minta sampai selesai begini, mereka tinggal berdiskusi untuk merevisi karyamu. Dan, siap di produksi dalam jumlah banyak. Rekening mu akan gendut jika hal itu sudah terjadi." Ujar Wilna seolah bercanda.
"Ah, kamu bisa aja Wil. Aku permisi pulang duluan ya Wil. Terima kasih." Ujar Anin berpamitan.
Dan kali ini Anin memilih turun dengan lift. Karena ternyata waktu sudah hampir jam 4 sore.
Ting
Pintu lift terbuka, mata Anin di suguhkan dengan pemandangan indah. Lagi lagi, Anin bertemu dengan lelaki sempurna yang ia lihat kemarin.
Deg..Deg..deg...deg
Jantung Anin berdetak tak karuan. Kakinya terasa kaku tidak dapat di gerakkan. Ia selalu terpana saat bertatapan dengan lelaki yang akhir-akhir ini sering ia jumpai di butik ini. Namun, Anin tidak tau siapa dia.
Anin hanya terdiam mematung. Sampai terdengar suara seseorang berkata : "Apakah kamu ingin naik lift ini lagi?" tanya lelaki itu pada Anin. Dan itu mampu membuyarkan kebisuan Anin.
"Oh, Tidak. Maaf menghalangi jalan anda, Pa." Ujar Anin sambil keluar dari lift itu dengan penuh rasa malu
"Astaga...
astaga...
astaga...
kenapa aku menjadi bodoh dan memalukan di hadapan lelaki itu. Tetapi, suaranya... seperti aku pernah mendengar suara itu. Tetapi di mana....?"
batin Anin. Kemudian bergegas pulang.
Di Ruangan Direktur
"Emil, kamu datang sendiri mengambil baju mu?" ucap Melisa saat melihat adiknya Emil sang CEO itu masuk keruangan nya.
"Iya Kak. Meeting ku sudah selesai." Jawabnya singkat sambil mengambil bungkusan yang isinya adalah pakaian yang baru selesai di buat Anin. Dan tanpa malu, Emil langsung melepas kemeja dan mengganti nya dengan baju baru itu. Berbeda dengan Melisa, ia masuk dalam ruang ganti yang ada di pojok ruangannya. Untuk memasang baju yang juga baru di antar Anin tadi.
Terdengar suara ketukan dari luar, dan suara meminta ijin untuk masuk ke ruangan itu.
"Iya, masuk saja." Ucap Emil mengijinkan.
Itu adalah Melati dan Wilna
"Wow, baju itu terlihat cocok dan sempurna di badan Pak Bos." Ucap Melati.
"Iya, baju itu memang tercipta untuk mu Mil." Ujar Melisa yang telah keluar dari ruang ganti.
"Baju itu juga, nampak pas di badanmu, Mel." Ucap Melati saat melihat Meli keluar dengan balutan pakaian pasangan itu.
"Anin benar - benar berbakat. Aku benar benar merasa puas, dengan karya dan hasil kerjanya ini." Ucap Melati kagum.
"Tidak salahkan pilihanku, bahkan dia tepat waktu." Ucap Emil.
"Wilna, fotokan aku dan Emil dong. Untuk ku pasang di SWku." Ujar Melisa
"Jangan kak, ini akan menjadi produk baru kita. Nanti ga surprise dong kalo di pajang duluan. Kita buat kontrak dulu lah, pasang lebel kita dulu, baru promosi." Jelas Emil
"Iya,ya... maaf aku lupa. Saking semangat dan sangat merasa puas." Ujar Melisa
"Wilna, persiapkan kontrak. Jangan lupa kirim semua bonus bagi peserta yang masuk 10 besar kemarin seperti biasa. Lalu, untuk Anin. Berikan Bonus 5jt dari aku. Sebab dia mampu memenuhi tantangan ku, walaupun sudah di uji dengan penundaan waktu ke hari rabu. Namun, dia tetap bisa menyelesaikannya dalam 1 hari." Jelas Emil pada Wilna.
"Baik, laksanakan pa." Jawab Wilna.
"Kak Melati, ada hal yang harus di tambah atau di kurangi lagi dari pakaian ini, sebelum kita produksi dalam jumlah banyak?" tanya Melisa.
"Sepertinya, kali ini aku tidak perlu banyak berpikir. Aku yess!!!" jawab Melati puas.
"Ya.. aku juga yess!!!" Timpal Melisa. Disambut gelak tawa dari mereka semua yang ada di ruangan itu.
"Dimana kakak nemu desainer berbakat seperti Anin?" tanya Emil masih enggan melepas pakaian itu dari tubuhnya.
"Bukan aku yang nemu, tapi dia datang sendiri. Kayak jodoh itu lho Mil. Bisa datang sendiri tanpa di cari." Ucapnya sambil menggoda adiknya yang masih jomblo itu
"Hmmm..." Jawab Emil
"Dia yang ngelamar jadi pramuniaga di butik kita, tapi ku lihat ijazah terakhirnya jurusan fashion design. Ya, mending langsung ku terima jadi pegawai magang dong." Lanjut Melisa
"Jadi, dia hanya pegawai magang. Bukan desainer lepas seperti yang biasa ikut kompetisi itu?" tanya Emil menyelidik
"Iya, dia baru 2 minggu bekerja di sini. Kamu sudah pernah ketemu langsung ga? Manis lho orangnya, rapi, rajin, alim lagi." Puji Melisa.
"Apaan sih kak, udah kaya mama muji anak temennya deh. Ujung-ujungnya mau jodohin pasti. Basi!!!" Ujar Emil seraya berdiri dan melepas kancing baju itu, untuk kemudian ingin mengganti ke pakaiannya semula.
Melihat gerakan itu, Wilna dan Melati segera berdiri seraya pamit undur diri keluar dari ruangan itu.
Bersambung
...Mohon dukungannya 🙏...
...Komen kalian sangat autor harapkan lho...
...Kasih 👍💌✍️🌹seikhlasnya yaa...
...Biar makin semangat...
...Terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Sri Faujia
jangan lu bilang basi mil ntar lu cinta sm anin
2022-07-20
0
SA.Besila
wahh enak bgt si kerja sesuai hobi, dpt ktr yg manajemen nya bagus pula. kerenn
2022-01-25
0
caca
haii.. mill aku padamu😂😃😃
2021-11-12
3