"Entahlah, Anin. Aku sudah terlanjur jauh melangkah ke dunia gemerlap ini. Dan yang ku lakukan tadi, benar-benar membuat aku lupa dengan kesedihanku." Ujar Felysia lirih.
Tidak dapat Anin ingkari, bahwa ia pun merasakan kesedihan atas jalan hidup yang Felysia jalani sekarang.
Lahir sebagai anak orang kaya yang bergelimang harta, kedua orang tua yang masih sehat dan lengkap, juga memiliki seorang adik perempuan, yang mestinya dapat menjadi teman berbagi kisah, ternyata tidak serta merta membuat hati nya bahagia. Ada sisi ruang hatinya yang kosong.
Bagaimana dengan hidupku, yang jauh dari kata mewah ini. Sudah tak memiliki ibu, punya kakak pun jauh. Masih memiliki ayah, juga dalam keadaan sakit.
Jika boleh mengurutkan derita,
mestinya Anin yang frustasi dengan hidupnya.
Jika bahagia adalah tumpukan uang, maka dapat di pastikan Anin tidak pernah merasakan bahagia.
Jika memiliki orang tua yang lengkap adalah sesuatu kesempurnaan. Maka, hidup Anin jauh dari kata sempurna itu.
Jika bahagia itu adalah memiliki kekasih yang di damba dan saling mencinta.
Maka..., lagi-lagi Anin tidak pernah merasakannya.
Yang Anin tau adalah berbakti dan mencintai ayahnya, itu saja. Lalu, apakah semua itu menjadi alasan Anin tidak bahagia...?
Tidak...!!!! Anin selalu yakin. Bahwa ia akan mendapatkan keadilan hidup dari sang penciptanya.
Anin meyakini bahwa roda kehidupan pasti selalu berputar. Dalam sujud doa yang selalu ia panjatkan. Tidak pernah sekalipun ia berhenti memohon, untuk kesembuhan dan panjang umur untuk ayahnya.
Bagi Kak Jovandra yang jauh darinya pun, selalu ia minta pada Tuhan untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Dan untuknya, ia tak berhenti berharap untuk cita-citanya. Anin sangat ingin memiliki sebuah butik sendiri, di sana lah nantinya ia akan menjual pakaian hasil rancangannya sendiri.
Sering Anin meng-upload hasil rancangannya di akun media sosialnya. Dan tak jarang pula, hasil karyanya ingin di beli desainer ternama. Namun, Anin masih enggan untuk menjualnya. Jauh di dalam hati Anin, menyimpan keyakinan hatinya. Bahwa waktu akan mengantarkannya pada kesuksesan. Ketakutan dalam ketidak mampuannya terkalahkan dengan keyakinannya. Bahwa Tuhan pasti mendengar doa dan permohonannya.
"Anin, maafkan ayah yang hanya bisa menyusahkan mu. Ayah tau kamu lelah membanting tulang. Untuk mencukupi biaya pengobatan ayah." Ucap Ayah Anin pelan.
Walau stroke bukan berarti ayahnya tidak bisa berbicara. Ayahnya masih bisa berkomunikasi dengan baik dan lancar. Hanya tubuh bagian kiri nya yang belum bisa di gerakkan. Dan karena obat juga terapi yang tidak pernah putus yang Anin lakukan pada ayahnya. Membuat keadaan kesehatan ayahnya tidak memburuk dan hanya belum membaik.
" Ayah ... jangan berbicara seperti itu.
Bagi Anin, masih selalu bisa melihat ayah setiap hari sudah membuat lelah Anin hilang, ayah." Ucap Anin sambil tersenyum.
"Ayah bersyukur memiliki anak sebaik kamu Anin. Ayah yakin, ibumu juga pasti senang melihat bakti mu pada ayah. Ayah juga selalu mendoakan yang terbaik untukmu."Ucap ayah sambil mengusap pelan pucuk kepala Anin dengan tangan kanannya.
"Sebentar Yah. Rasanya kita telah lama tidak bernyanyi bersama." Ujarnya sambil beranjak mengambil gitar tua milik ayahnya dulu
Ya, keahlian Anin memetik gitar adalah karena dulu ayahnya juga seorang yang pandai bermain gitar.
Menyanyi bersama ayahnya juga bagian dari ritual wajib yang sering mereka lakukan sejak lama. Tak lama terdengar dentingan suara gitar memenuhi ruangan di tengah rumah Anin tersebut. Dan dengan merdunya terdengar syair lagu D'Masiv *Jangan Menyerah*
Begitu nyaman di dengar memanjakan telinga. Dan sangat terdengar nyanyian itu, sangat mewakili perasaan pasangan ayah dan anak itu. Benar - benar dari hati.
Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi
Kita pasti pernah
Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
Tak ada artinya lagi
Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugrah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik
Tuhan pasti kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasaNya
Bagi hambaNya yang sabar
Dan tak kenal putus asa
Jangan menyerah
Jangan menyerah
Jangan menyerah
"Bagaimana dengan pekerjaanmu, Anin? Apakah kau senang menjalaninya?" tanya ayah seakan tau jika anaknya tidak lah merasa senang dengan pekerjaannya.
"Sebenarnya, Anin hanya bersyukur memiliki sebuah pekerjaan ayah. Karena, ayah tau sendiri, bukan ini yang Anin cita - citakan." Jawab Anin jujur pada ayahnya.
"Mengapa kamu bertahan? Apa karena ayah yang memerlukan banyak biaya untuk pengobatan ini?"
tanya ayahnya lagi.
Anin menghela nafasnya dengan pelan. "Tidak ayah, memang pekerjaan yang Anin jalani sekarang tidak sesuai keinginan Anin. Tapi setidaknya ini bisa sebagai batu loncatan Anin untuk menuju tujuan utama Anin. Bekerja sebagai asisten model, memang jalan yang cepat bagi Anin untuk mengumpulkan banyak uang. Tapi bukan itu saja yang membuat Anin bertahan." Jelas Anin pada ayahnya.
"Lalu, apa alasanmu bertahan?" tanya Ayah pada Anin.
"Anin kasihan dengan Felysia, Ayah. Ia sangat kesepian dan rapuh. Hidup dalam kemewahan tidak membuat dia bahagia. Ayahnya berselingkuh sampai memiliki anak dari wanita lain. Ibunya melakukan hal serupa dengan bermain - main dengan pria - pria muda yang hanya bisa menghabiskan uangnya. Adiknya juga memilih untuk melanjutkan studi nya ke Luar Negeri. Dia butuh teman ayah." Ucap Anin sambil memijat pelan kaki ayahnya untuk memperlancar aliran peredaran darahnya.
"Ya..., begini lah hidup Anin. Sesuatu yang berlebihan tidak dapat menjamin kebahagiaan. Sama halnya sesuatu yang kurang, pasti menimbulkan kekecewaan.
Tinggal kita sendiri menyingkapi hidup ini. Walau sedikit jika kita bersyukur, maka akan terasa nikmat. Apalagi jika kita bicara tentang uang. Banyak selalu kurang, tetapi sedikit terasa cukup. Hati kita Anin. Hati kita yang perlu kita kuatkan untuk senantiasa menerima dengan ikhlas apa yang menjadi hak kita."
Ucap ayah panjang.
"Iya, Yah. Anin juga bersyukur terlahir menjadi anak ayah. Hidup kita tidak berlebihan namun juga tidak pernah berkekurangan." Ucap Anin.
"Maafkan ayah dan ibumu, yang tidak pernah dapat memberikan hidup yang lebih dari ini, Anin." Ucap ayahnya seolah kesal
"Sudahlah ayah. Anin merasa mendapat hidup yang layak selama ini." Ujar Anin meyakinkan ayahnya.
"Mengapa hari ini kamu nampak tidak tergesa apakah kamu tidak bekerja?" tanya Ayah penuh selidik.
"Untuk 2 Minggu ke depan, mungkin Anin lebih banyak di rumah. Sebab, jadwal pemotretan Felysia masih kosong sampai akhir bulan ini." Jawab Anin bersemangat.
"Wah...apakah gajih mu akan di potong jika kamu banyak di rumah?" tanya ayah lagi.
"Tidak ayah, gajih Anin selalu di bayar tiap bulan sesuai kontrak. Hanya Anin tidak mendapat uang lembur saja." Jawab Anin sambil tersenyum menatap ayahnya.
Begitulah kontrak yang Anin dan Felysia buat. Bahwa ada syuting atau tidak, Anin tetap di bayar untuk gajih bulanannya. Sebab, walau tidak ada syuting. Anin sesekali pasti datang ke apartemen Felysia, untuk memastikan keadaannya.
Bersambung....
...Mohon dukungannya 🙏...
...Komen Positifnya...
...sangat autor harapkan...
...👍💌✍️🌹...
...Seikhlasnya...
...Terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Emi Asmiati
kasian felysia
2024-11-18
1
Sri Faujia
semoga anin di beri kebahagian
2022-07-20
1
💫Sun love 💫
semangat 💪💪 jangan menyerah....🤗🤗
2022-03-26
2