Tanpa ada penyesalan dengan apa yang telah ia ucapkan pada Darel. Tidak ada sedikitpun terbesit dalam pikiran Felysia untuk berempati dengan orang lain.
Saat Felysia kuliah memang telah di fasilitasi barang barang mewah oleh orang tuanya. Wajarlah ia sangat terbiasa hidup foya-foya dan sombong.
Dalam berteman pun ia sangat pemilih. Jika bukan dari anak konglomerat dan pengusaha kaya. Tidak akan bisa menjadi teman Felysia.Tetapi dari ke empat teman akrab nya, ada satu yang berasal dari keluarga biasa. Namanya Hana, dia memanfaatkan kecerdasan Hana untuk membantunya mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.
Tak jarang, Felysia pun memanfaatkan kecantikanya dengan dekat dan berpacaran dengan kakak tingkat. Sekedar untuk membantunya menyelesaikan tugas kampus tersebut.
Hingga ia bisa lulus dan menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Ekonomi. Ayahnya selalu memaksa untuk kuliah di jurusan itu, agar ketika lulus nanti. Felysia dapat bekerja di perusahan milik ayahnya yang sukses itu. Tetapi, sifat manja, sombong dan suka menghamburkan uang itu. Tentu sangat tidak membantu saat dia mencoba ikut terjun ke perusahaan milik ayahnya. Dan lebih memilih menjadi model. Tentu dengan segala drama pertengkarannya dengan sang ayah. Berbeda dengan ibunya, Lolyta Anastasya yang selalu mendukung segala hal yang di sukai anak sulungnya ini.
Membuat ayahnya menyerah untuk memaksanya bekerja di perusahaannya. Ben Agusto merasa sia sia memiliki anak lulusan Sarjana Ekonomi, toh tidak bisa di andalkan untuk membantunya di perusahaan.
Mungkin gelagat Felysia sudah dapat di baca sang ayah. Jika, suatu saat kedua anak perempuannya Felysia Lovita dan Nayra Livinia tidak bisa dia harapkan untuk menggantikan posisinya sebagai presdir di perusahannya. Yang ternyata, secara apik dan ciamik. Ayah Felysia diam diam, telah memiliki istri selain ibunya. Bahkan dari hasil perselingkuhan itu. Ayahnya mendapat seorang anak laki laki bernama Fernando Bastian Agusto. Yang kini telah duduk di bangku SMP.
Setelah mengetahui hal itu, semakin benci lah Felysia dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki. Ia benar-benar tidak terima dengan perselingkuhan yang ayahnya lakukan. Felysia semakin jarang pulang kerumah. Adiknya, Nayra Livinia telah lebih dahulu memutuskan untuk ke luar negeri, belajar menjadi koki di Negara Australia. Sehingga, Nayra tidak perlu baper dengan keadaan rumah tangga kedua orang tuanya, yang telah hancur itu.
Belum sembuh sakit hati Felysia dengan kenyataan ayahnya yang telah menikah dan memiliki seorang putra. Ibu yang ia sayangi pun mengecewakannya. Beliau nampak sibuk dengan para brondongnya, yang kadang ia bawa ke rumah secara bergonta ganti. Dengan alasan, beliau kesepian di rumah.
Suami yang lebih sering pulang ke istri muda, anak yang jarang pulang kerumah, dan yang satu memilih studi jauh darinya. Seakan menjadi alasan tepat baginya, untuk mencari hiburan dengan para lelaki muda mata duitan itu.
Itu pula alasan Felysia akhir-akhir ini lebih banyak menghabiskan waktunya di club. Ia ingin melupakan sejenak kisah hidupnya yang tidak sesuai keinginannya, membuatnya putus asa. Sebab, hanya di tempat itu merasa semua bebannya hilang.
"Hoek...hoek...!!!" terdengar suara muntahan Felysia setelah Anin berhasil memapah tubuh langsingnya pulang ke apartemennya.
"Minum air putih hangat ini dulu Fe, supaya perutmu terisi." Ucap Anin setelah melihat Felysia sudah nampak puas mengeluarkan semua isi dalam perutnya.
"Anin, apa setelah ini kamu akan pulang?" tanyanya.
"Ini sudah hampir subuh. Aku harus pulang walau sebentar." Jawab Anin sambil menyeka tubuh Felysia dengan washlap basah.
"Apa bagimu memiliki ayah itu membahagiakan?" tanyanya dengan tatapan sendu pada Anin yang terus dengan telaten membersihakan Felysia dan membantu mengganti pakaiannya.
"Bagiku, walaupun ayahku sakit, asalkan aku masih bisa melihat dan merawatnya adalah suatu yang membuatku bahagia, Fe." Ujar Anin.
"Apakah ayahmu tidak pernah mengecewakanmu...?" tanya Felysia dengan nada sedih.
"Bagiku, ayahku adalah orang yang selalu memberiku kebahagiaan." Jawab Anin singkat.
"Kebahagian macam apa yang ayahmu berikan? Sehingga kamu begitu berbakti dan menyayanginya...?" tanya Felysia lagi.
"Banyak hal yang telah ia berikan, nasehat, wejangan juga teladan untuk kami anak-anaknya selalu hidup dengan penuh rasa syukur." Jawab Anin seraya mengusap minyak kayu putih di punggung mulus Felysia.
"Berapa uang terbesar yang pernah ia berikan untukmu, untuk jajan mu dan untukmu berhura-hura...?" tanya Felysia lagi.
"Uang terbesar yang pernah ayahku berikan adalah untuk bayar SPP saat aku kuliah. Kalau untuk jajan, aku harus bekerja sendiri." Jawab Anin apa adanya.
"Lalu, mengapa kamu bahagia dan bangga memiliki ayah seperti dia...?" tanya Felysia lagi.
"Karena sejumlah uang tidak dapat mengukur kebahagiaan seseorang. Berapapun uang yang di peroleh dan yang kita miliki, itu yang patut kita syukuri." Jawab Anin klise.
"Aku tidak tau cara hidup bersyukur seperti kamu. Ibu meninggal, hidup pas pasan, ayah penyakitan...!!! Apa yang dapat kamu syukuri, Anin?" tanyanya dengan suara yang mulai meninggi.
"Aku bersyukur masih memiliki waktu untuk merawat ayah dengan tanganku sendiri. Setidaknya, aku masih memiliki kesempatan membalas masa kecilku dulu. Dimana ayah dan ibuku tanpa kenal lelah pula merawat aku. Aku sudah tidak punya ibu, padahal sorga di telapak kakinya. Sehingga aku belum sempat membalas kebaikan nya padaku. Tetapi, dengan ku merawat ayahku, ku harap Allah pun dapat memberikan ridha-Nya. Bahwa aku telah berbakti pada orang tuaku." Jawab Anin panjang lebar.
"Apa yang bisa aku syukuri dengan ayah yang berselingkuh dan ibu yang menyeleweng...?" ucap Felysia dengan suara tangis yang pecah.
"Setidaknya kamu masih memiliki kedua orang tua yang sehat." Ujar Anin
"Hanya raga mereka yang sehat, tidak dengan jiwanya. Mereka semua sakit jiwa, Anin...!" jawab Felysia setengah berteriak.
"Tidak boleh bicara seperti itu, Fe...!! Kau tau...??? Ucapan adalah doa...!!!" jawab Anin spontan.
"Aku malu dengan rumah tangga kedua orang tuaku. Aku juga butuh kasih sayang mereka...!!! Saat ku kecil, aku di rawat pengasuh, saat remaja aku di kendalikan teman, saat dewasa aku di mandikan uang hingga sekarang. Aku merasa tak memiliki utang budi yang harus ku balas pada mereka, Anin...!" jawab Felysia terisak.
Untuk pertama kalinya, setelah kurang lebih 6 bulan Anin bekerja pada Felysia. Ia mendengarkan isi hati Felysia.
Pahit memang yang Felysia jalani. Segala fasilitas mewah, uang berlimpah yang melekat padanya ternyata tidak menjamin kebahagiaan nya. ( Apalagi ga ada 😀🤭)
"Maaf, Fe. Jika di matamu perbuatan orang tuamu adalah suatu kesalahan dan tidak dapat di banggakan. Tugasmu adalah memperbaikinya. Bukan malah memperburuk keadaan. Ayah dan ibumu akan semakin jauh darimu, jika tau perbuatanmu seperti ini." Ujar Anin bijak.
"Entahlah, Anin. Aku sudah terlanjur jauh melangkah ke dunia gemerlap ini. Dan yang ku lakukan tadi, benar-benar membuat aku lupa dengan kesedihanku." Ujar Felysia lirih.
Bersambung
...Mohon dukungannya 🙏...
...Komen Positifnya...
...sangat autor harapkan...
...👍💌✍️🌹...
...Seikhlasnya...
...Terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Ni'matul Ulfah
setuju curhat dg Anin. FE bisa mengambil pelajaran dari kehidupan Anin. walau bagaimanapun ortu Anin telah berjasa shg FE ada.
2023-08-24
0
yuce
yg dibutuhkan anak itu ya kasih sayang bukan uang. ortunya salah mendidik anak. beesyukurlah orang yg punya ortu yg selalu memberikan kasih sayang walau minim uang.
2023-03-20
1
Sri Faujia
felysia kau tu harus bijak jgn terbawa arus kehidupan kluarga mu yg rumit jdi lah org baik yg bisa di bangga kn ortu
2022-07-20
1