Dengan berbekal uang yang tersisa mereka di bawa Rania ke rumah kontrakan nya di sebuah perumahan kecil dengan hanya ada dua kamar, satu kamar mandi, satu ruang tamu dan sebuah dapur kecil.
Rania meminta mereka tinggal saja di sana bersama dia, karena tak mau mereka merasa sungkan Rania menawarkan mereka membayar sewa kamar saja, hingga uangnya bisa di gunakan Rania untuk membayar uang listrik dan air.
Sudah 2 minggu mereka tinggal di Jakarta, bu Ratih binggung harus bekerja sebagai apa, umurnya yang sudah tua tak banyak yang mau memakai jasanya, berbeda di kampung di Jakarta mereka lebih sulit mencari pekerjaan.
Pada akhirnya bu Ratih di temani Kinan berjualan kue dan lauk matang keliling perumahan sampai ke pasar tradisional di sana.
Beberapa minggu berlalu, perut Kinan semakin buncit dan Kinan merasa penasaran dengan itu. Dia menekan perut buncitnya, sampai merintih kesakitan, bu Ratih yang tau langsung melarang Kinan.
"Jangan di ulangi lagi!" kata bu Ratih sabar
Kinan hanya mengangguk, Kinan jarang berbicara akhir-akhir ini, dia hanya fokus membantu bikin kue dan masakan, selepas jualan dia akan duduk manis di kamarnya untuk membaca buku yang banyak di sediakan oleh Rania, Rania yang tau Kinan suka dengan buku meminta teman-teman nya untuk memberikan buku bekas padanya.
Rania bekerja di sebuah perusahaan sebagai karyawan biasa.
Hari ini bu Ratih berjualan sendiri, karena perut Kinan sudah tidak bisa lagi di ajak berjalan jauh, wanita renta itu mendapatkan pesenan dari seorang guru yang tinggal di depan rumahnya, jam 11 siang sudah harus di antar ke sekolah yang letaknya hanya 20 menit berjalan kaki, bila naik angkutan umum hanya 10 menitan tak sampai.
SMA Permata Hati..di sini lah dia sekarang, membawa beberapa kardus kue, bu Ratih mendatang i satpam yang ada di depan gerbang sekolah.
"Mau ketemu siapa bu?" tanya pak satpam
"Bu Norma....nganter pesenan pak!"
"Udah di bayar?"
" belum"
" Kalo belum masuk aja..tuh ruangan warna biru mida itu ruang guru!"
Setelah berterima kasih, bu Ratihh memasuki halaman luas sekolah tersebut, dan menuju ke ruang, di sana dia bertemu dengan bu norma setelah di bayar bu Ratih keluar dari ruangan tersebut, namun di lorong sekolah dia melihat seseorang yang tak asing di matanya.Seseorang tersebut juga melihat ke arah bu Kasih tanpa berkedip dan hanya diam terpaku.
"Kanaya"! gumam bu Ratih lirih matanya mulai berkaca-kaca.
Kanaya hanya melihat saja, tanpa berniat menyapa, di kepalkan tangannya sendiri menahan diri untuk tidak mendekati wanita paru baya di depannya, wanita yang beberapa bulan ini tak lagi di temuinya.
Bu Ratih hanya diam di tempat, begitu juga Kanaya sampai akhirnya seorang teman Kanaya memanggil.
"Naya...ayo kita di suruh ambil buku di ruang guru!"
"Eehh.. i-iya...ayo!"
Kanaya berjalan maju menuju ke arah Bu Ratih, sesampainya di depan bu Ratih Kanaya melewati bu Ratih begitu saja, sontak bu kasih memegang dadanya,sakit! begitulah.. gadis kecil yang dia kandung dan dia besarkan dengan tangannya sendiri, kini terlihat mengabaikan bahkan seakan tak mengenali dirinya.
Beberapa waktu yang lalu dia berharap Kanaya bisa melindungi sang kakak bila nanti dia tiada, ternyata semua hanyalah angan-angan nya sendiri, dengan memengang dadanya Bu Ratih pelan-pelan berjalan keluar dari sekolah tersebut.
Dari jauh Kanaya melihat sosok tua yang baru saja dia abaikan, sosok ibu yang telah melahirkan dia!.
Kanaya meneteskan airmata nya, dia kaget ketika melihat wanita yang sangat dia sayangi berada satu kota dengan nya tanpa bisa berbuat apa-apa. dia ingin ibunya tapi tidak dengan kakak nya, jiwa mudanya merasa malu dengan keadaan kakaknya Kinan, namun hatinya sakit karen baru saja melihat wajah sendu dan lelah sang ibu, dia langsung berpikir bahwa ibunya melakukan semuanya demi kakaknya, itulah yang membuat Kanaya tidak menyukai sang kakak, karena menurut Kanaya, Kinan hanya bisa membuat sang ibu kelelahan karena mengurusi Kinan.
"Maafkan Naya bu!" ucap Kanaya sambil menghapus airmata nya.
Di rumah...
Bu Ratih baru saja sampai dan terlihat berwajah sembab, Kinan hanya diam saja, dia bukan Kinan yang ceria seperti dulu lagi, dia mulai menyadari kemalangan hidupnya, ada bayi dalam perutnya dan Kinan tau itu, sindrom Asperger yang di deritanya tak membuat otak nya menjadi bodoh, dia malah terlihat cerdas.
Kinan hanya tak suka dengan warna merah menyala, dia akan merasa binggung dan terlihat panik jika bertemu dengan warna merah menyala.
Melihat ibunya terlihat sedih Kinan mendekat.
"Kinan....sayang.... sayang ibu....ibu...!" ucap Kinan sambil memeluk ibunya
"Ibu tau!"
"Kaulah ibuku... ibuku baik... Ibuku baik...!"
Bu Ratih memeluk balik anaknya, memikirkan kemalangan anaknya, keluarga nya terpencar tak karuan. Andaikan bisa memilih, Bu Ratih memilih untuk tidak diberi anak setelah bertahun-tahun berumah tangga dengan suaminya kala melihat keadaan Kinan waktu balita, namun dia kembali menepis semua nya itu, Kinan adalah anugrah, Kinan adalah kebahagiaan nya, gadis itu tetap menjadi anak balitanya yang polos Walaupun sudah berusia. 17 tahun... Kinan adalah obat disaat hatinya merasa lelah akan dunia.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Nianandra Amelia Putri
aku mewek thor mawar untukmu Kinan 🌷🌷🌷🌷⚘⚘⚘⚘⚘⚘🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🍂🍂🍂🌹🌹🌹
2021-12-16
2
Siera Arisanty
bagus ceritax thor tp belum ku dpt feel nya,,krn ABK dgn SA cenderung tertarik dgn warna merah,,spt klo aq ngajar,,nulis materi pake tinta merah ato biru 😁😁
berbagi pengalaman ya thor 🙏
2021-10-10
1
Siti Juju
y allah nyesek
2021-09-12
0