Ini adalah optik kelima. Sama seperti optik sebelumnya kali inipun sudah tutup. Closed, begitu tulisan yang tertera di plang kecil berbentuk kaca yang menempel di pagar depan optik tersebut.
"Hoaam," kantukpun mulai datang menyerang. Agam menutup mulutnya saat ia menguap. Sejenak menepikan mobilnya di bahu jalan.
10.27 PM.
Tertulis di layar kecil dashboard mobilnya. Ia mengulum senyum saat melihat wanita cantik di sampingnya tengah tertidur. Entah sejak kapan Linda tertidur. Agam tidak menyadarinya.
Kepala Linda menengadah, tangannya terkulai lemas. Bibirnya sedikit terbuka, hingga ujung gigi putihnya terlihat mengintip. Lagi-lagi, Agam harus memuji kembali nama Tuhannya, untuk menetralisir sebuah asa yang tiba-tiba datang dan menggedor dadanya.
Ia memalingkan wajah, lama-lama menatap Linda membuat tubuhnya memanas. Padahal, sejatinya ini adalah kesempatan emas. Ya, saat Linda tertidur, ia tidak akan marah jika Agam menatapnya lebih lama.
Dengan sangat perlahan dan hati-hati, Agam mengatur posisi kursi yang diduduki Linda senyaman mungkin. Lalu menyelimutinya dengan blanket halus yang selalu tersedia di dalam mobilnya.
Aku harus memastikan dulu wanita ini hamil atau tidak. Setidaknya aku tidak boleh melepaskannya sampai siklus datang bulannya tiba. Jika dia tidak hamil, berarti operasi itu harus segera dilakukan. Jika dia hamil?
Pikiran Agam seketika menjadi buntu. Penyesalan yang menggunung kini kembali membebaninya. Andai saja ia tidak terbuai dan menumpahkannya di sana, mungkin ... hari ini juga ia bisa langsung membawa Linda ke luar negeri untuk melakukan prosedur operasi tersebut.
Kini ... ada beban lain di benaknya. Entah kenapa, ia selalu merasa jika lahar panasnya pada hari itu akan membuat wanita itu hamil, dan jika itu terjadi, artinya ia harus bertanggung jawab lahir dan batin untuk jiwa yang mungkin saja berkembang dalam rahimnya.
Apa yang harus dilakukan?
Bagaimana caranya menjelaskan semua ini pada ibunya?
Bagaimana caranya menghadapi media?
Bagaimana cara menghadapi TV KITA?
Saat ini saja, ia telah mempunyai sejarah kelam gara-gara fitnah itu. Lalu, bagaimana jadinya jika media tahu kalau ia memperkosa seorang presenter ternama.
Maka, publik akan gunjang-ganjing, dan HGC akan tercemar. Ya, Tuan Muda Deanka memang telah mengetahui kehilafannya, tapi ... di atas jabatan Tuan Muda, ada dewan direksi dan komisaris. Jika mereka tahu bukan tidak mungkin jika ia akan dipecat.
Satu-satunya cara aman dari masalah ini adalah membungkam LB agar tutup mulut, mengembalikan kesuciannya dan menjadikannya kembali aktif di dunia hiburan yang telah membesarkan namanya.
Tak terasa gerbang rumahnya kini sudah di depan mata. Agam hanya mematung, ia bingung harus mulai dari mana.
"Pak Agam?"
Seorang perjaga gerbang ke luar dan membuka jalan. Ia terkejut karena ada orang lain di samping Agam dan itu wanita. Alis penjaga itu semakin menyatu saat merasa jika dirinya familiar dengan wajah wanita itu. Tapi, siapa ya?
"Ssstt ...." Agam menempelkan jari telunjuk di bibirnya, lalu memasukkan mobilnya ke garasi super luas yang berada di basement rumahnya. Garasi itu tidak terlihat dari luar.
"Bu Linda ...," lirihnya.
Mencoba membangunkan setelah beberapa menit menatapnya dan menikmati kecantikannya.
Namun Linda rupanya sangat nyenyak. Menginap beberapa malam di sel khusus, membuatnya tidak bisa tidur, dan mobil Agam ternyata membuatnya nyaman hingga terlelap.
Terpaksa Agam membopong tubuh hampir sempurna itu menuju lift. Lalu menekan angka dua dengan sedikit kesulitan karena ada Linda di lengannya. Tampak dari luar rumah Agam hanya terdiri dari dua lantai. Padahal jika dihitung dengan basement bisa dibilang ada tiga lantai.
Di lantai dua ada 3 kamar, dan empat ruangan. Kamar Agam, kamar Gama, kamar tamu yang berhadapan dengan ruang perpustakaan, mushola, home theater dan sport room.
"Turunkan saya!" teriak Linda saat mereka baru saja ke luar dari lift.
Linda mematung dan mengedarkan pandangannya. Rumah itu sangat bersih dan rapi. Furniture dan perabotan di dalamnya didominasi oleh warna putih.
"Harusnya Anda membangunkan saya," wajahnya cemberut total.
"Saya sudah berusaha, tapi Bu Linda sangat lelah dan lelap, jadi saya --," belum selesai sudah disela.
"Harusnya Pak Agam berusaha keras, bukankah Anda pekerja keras?" katanya.
Dan saat Agam akan berbicara.
"Kruwuuk." Perut Linda yang menyela.
"Hahaha," bibir Agam sulit mengatup.
Ia spontan tertawa dan saat itu juga pipi Linda merona merah. Malu tiada terkira, Linda menunduk. Tangannya menekan perutnya, ia takut perut tak tahu diri itu kembali berbunyi.
"Ikut saya," ajak Agam. Bibirnya masih sedikit terangkat.
"Ke mana?" tanya Linda.
"Ke meja makan," kata Agam.
"Pak tolong, bisa tidak makannya di sini saja, saya belum siap bertemu dengan siapapun di rumah ini."
"Mau makan di mana? Di balkon, perpustakaan, depan mushola, di kamar, ruang olah raga atau mau sambil menonton film?" tanyanya.
Agam membelakangi Linda dan menjaga jarak. Ia tak ingin Linda marah lagi.
"Saya bingung," Linda menunduk. Tapi saya lapar, batinnya.
"Baiklah, ayo ikut saya. Saya akan tujukkan kamar untuk Anda."
Tak ada alasan lain bagi Linda kecuali menurut.
"Nah, di sini kamar Anda. Berhadapan dengan perpustakaan. Anggap saja kamar sendiri." Agam membuka pintu kamar tersebut.
"Sampai kapan saya di sini?" tanya Linda. Matanya kini mengitari kamar yang intinya sangat bagus nan elegan dengan dua buah lukisan monokrom di salah satu sudut dindingnya.
"Sampai saya tahu kalau Anda tidak hamil."
"A-apa? Terus ka-kalau saya hamil?"
"Kalau Anda hamil, ya kita buat perjanjian lagi untuk masalah itu. Satu hal yang pasti, jika Anda benar-benar hamil, jangan coba-coba untuk menggugurkannya, atau --."
"Atau apa?" tanya Linda.
"Atau saya akan marah," jawab Agam.
"Semoga saja saya tidak ha --," Linda menunduk, bahkan untuk mengatakannyapun lidah Linda mendadak kelu.
"Saya akan membawa makanannya ke sini, masalah itu, kita bahas nanti." Agam berlalu.
Sebelum ke meja makan, Agam mengetik sesuatu di ponselnya.
"Makanan favorit presenter LB." Search.
"Tidak ada spesifikasi makanan yang disukai LB, yang jelas camilan favoritanya adalah buah-buahan dan kacang-kacangan terutama kacang polong dan kacang almond."
Itulah informasi yang didapat Agam dari mesin pencarian. Agam termenung di depan kulkas, pekerja di rumahnya sudah tidur. Padahal di meja makan ada banyak menu, tapi ia bingung mau memilih yang mana.
Karena di dalam kulkas ada kacang polong yang sudah direbus, Agam memiliki ide. Agam memang biasa masak sendiri saat pekerja di rumahnya sedang libur.
Agam membuat osengan alakadarnya dengan bahan baku kacang polong, dan mushroom, serta omelet isi abon. Ia tersenyum saat di kulkas ada salad buah. Sekarang hanya tinggal pleting.
"Kenapa lama ya?" gumam Linda yang sedari tadi mundar-mandir di kamar.
Ia belum berani merebahkan dirinya di kasur yang tampak nyaman itu karena takut Agam tiba-tiba masuk. Jantungnya berdegup tatkala mendengar derap langkah kaki mendekati kamar tersebut.
Semakin tak karuan saat pintu kamar terbuka, tampaklah pria yang ia benci membawa baki berisi menu yang masih mengepul dan salad buah.
"Maaf menunggu, saya masak dulu sebentar. Maaf jika tidak enak." Ia meletakkan baki itu di meja.
"Pak Agam," sapa Linda.
"Ya?" Agam menoleh.
"Tolong jangan berpura-pura baik dan perhatian sama saya."
"Apa?!" Agam menghela napas.
Padahal aku sudah berusaha semanis mungkin, tapi ... sesuatu yang manis belum tentu menghasilkan yang manis jua.
Batin Agam kembali berpuitis.
❤❤ Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Serly Natalia
syuka
2021-04-02
0
azzahra
dari bukan darah biru,lanjut love story in covid19 pandemic
sampe yng ini 👍👍👍👍👍👍👍👍
maksih tth nyaii karya nya Kren smua,seandainya karya2 tth nyai d buat filem pasti banyak yng suka,yng nonton.
2021-04-01
0
indah77
kenapa sii aku kok nggak sabar yaaa pengen liat agam sama elbi bucinana gtu kayak aiza sama deanka
2021-04-01
0