"Setiap malam LB menangis, Pak."
"Menangis?" Agam terenyuh, ia kembali menghentikan langkahnya.
"Saya pribadi sebenarnya ingin melanjutkan kasus ini, tapi ... semua kembali kepada Bapak. Selain itu, LB juga tak ada tuntutan apapun.
Mereka kembali melangkahkan kaki menuju kamar dimana LB berada.
"Pak, silahkan. Ini kuncinya, saya akan menunggu Anda di ruang pimpinan. Ruang pimpinan dari ruangan yang tadi belok ke kiri ya, Pak." Jelas Aiptu Joey.
Tangan Agam sedikit gemetar saat ia membuka kunci. LB pasti akan marah dan mengusirnya, itulah yang dipikirkan Agam saat ini.
Jantungnya semakin berdegup tatkala pintu terbuka. Krieeet, suara pintu itu terdengar aneh. Ia segera masuk, menunundukkan kepala, sebelum akhirnya mengedarkan pandangan karena yang dicarinya tidak ada di tempat.
Kemana dia? Batinya.
Sebelum Agam menyadari sesuatu pintu kamar mandi terbuka begitu saja. Membeliak matanya ketika wanita yang dicarinya baru saja ke luar dari kamar mandi, memakai handuk inventaris yang bisa dikatakan sudah tidak bagus lagi, dan yang membuatnya menelan saliva, handuk itu tampak kekecilan di tubuhnya yang sempurna dengan bagian panggul nan elok bak biola.
Kondisi semakin darurat saat ia sadar jika LB tidak menyadari keberadaannya yang mematung di depan pintu, sedang berusaha menekan dadanya agar jantunya tidak melompat ke luar.
Linda menunduk saja, hari-harinya tak lagi ceria, murung semurung-murungnya. Sambil menunduk, ia percaya diri berjalan ke lemari kecil di dekatnya untuk berganti pakaian, lagi-lagi ia akan memakai kaus inventaris.
Tak terbesit sedikitpun akan ada orang lain selain dirinya di ruangan kecil itu karena memang sudah terkunci dari dalam. Mata Agam menangkap gelagat jika tangan dengan kukunya yang indah berhenna merah, tengah memgambil body heart untuk dikenakan pastinya, tidak mungkin untuk dibuang.
Dan tangan lentiknya itu akan menarik simpul handuk yang berpusat di belahan indah yang bisa merontokkan keimanan.
Astaghfirullahaladzim, Agam tersadar, jangan sampai ia melalukan dosa untuk keduakalinya. Segera ia beristighfar berkali-kali seraya menutup matanya rapat-rapat seiring dengan deru jantunya yang kian tak menentu.
Jangan buka mata, jangan buka mata, Agam Ben Buana, kuaaat, kuaaat, kamu harus kuaaat.
Agam mensugesti dirinya sendiri. Hingga akhirnya ia terpaksa membuka mata, karena LB berteriak histeris.
"Aaaaaa, kenapa kamu ada di kamarku baji ngan?!" ia bersembunyi di sudut ruangan itu sambil berjongkok dan memeluk lututnya, syukurlah ia sudah memakai pakaian lengkap dengan seragam olah raga inventaris berlogo korps milik negara.
"Maaf, saya tidak melihat, saya tidak melihat apapun," ucap Agam ragu.
"Pergi dari sini! Pergiii, saya tidak mau lihat wajah kamu, saya benci kamu, benciii, huuu ... huuu ..., pergi ...."
Benar saja, Linda sangat membencinya, terpancar dari sorot matanya yang kelam. Linda menangis, menutup wajahnya sendiri sambil menjambak-jambak rambutnya. Di ujung kakinya, kaca matanya tergeletak dan retak. Mungkin saat ia berteriak tadi tak seganja terjatuh dari tangannya.
Agam menghela napas, dadanya kian sesak. Ingin rasanya ia memeluk wanita itu dan bersujud di kaki jenjang yang juga memakai henna di kukunya untuk meminta maaf.
Agam memberanikan diri untuk mendekat, walau teriakan itu terus menggema di telinganya.
"Pergiii, pergiii, jangan dekat-dekat dengan saya, saya kotor, saya tak berguna lagi, saya sampah, huuu ...." Ia semakin beringsut, terus meraung-raung. Keberadaan Agam laksana api yang menyulut kembali bara kesedihan di hatinya.
"Bu Linda ... lirihnya." Saat LB mulai terisak.
"Saya akan membawa Anda pulang ke rumah saya. Tolong jangan menolak, karena kalaupun Anda menolak saya akan tetap memaksanya.
"U-untuk apa? Untuk apa, hahh? Untuk apa Anda membawa saya? Saya tidak mau lagi berurusan dengan Anda! Biarkan saya menjamur di ruangan ini, toh saya juga sudah tidak punya pekerjaan lagi. Dan itu gara-gara siapa? Gara-gara kamuuu," berteriak dan menunjuk pada Agam dengan ujung telunjuk yang bergetar.
"Kamu tahu kontrak kerjamu sudah dibatalkan TV KITA?" tanya Agam.
"Huuu ..., untuk apa Anda bertanya?! Anda puas sudah menghancurkan hidup saya?! Anda tidak tahu bagaimana ayah saya menyekolahkan saya di jurusan broadcasting dengan susah payah. Saya berjuang mati-matian untuk lulus seleksi."
"Dan kamu! Ya kamu! Kamu menghancurkan semuanya, kamu menghancurkan mimpi dan masa depan saya, kamu juga mengambil kesuciam saya, kamu jahaat! Saya benci kamu, benciii. Kupikir kamu adalah orang yang paling saya benci di dunia ini. Huuu ... pergi! Saya tidak mau ikut dengan Anda."
Hati Agam kian sesak, sakit dan terluka. Seberapa besarkah kebencian wanita itu terhadapnya. Apa sebesar bumi dan seluruh isinya? Agam hanya ingin memperbaiki kesasalahannya, apa sangat sulit? Agam hanya ingin bertaubat dan belajar untuk mencintai. Apa ia tidak boleh jatuh cinta. Apa hanya dirinya orang satu-satunya di dunia ini yang tidak boleh jatuh cinta?
Yaa Rabb, ucapan wanita ini, lagi-lagi membuatku sakit, tapi ... kenapa? Kenapa saat aku melihat manik matanya hatiku selalu berdesir. Ada sedikit kehangatan yang mengobati rasa sakit ini. Aku sedikit membencinya, tapi banyak menyukainya.
Batin Agam berkecamuk. Ia menatap Linda sambil memikirkan jalan keluar.
"Saya bisa memperbaiki semuanya. Saya bisa membuat Anda kembali bekerja di TV KITA. Saya juga bisa mengembalikan kesucian Anda," kata Agam.
"Apa?!" LB menatapnya tak percaya.
"Saya serius dengan ucapan saya. Mari kita buat perjanjian agar saya dan Anda sama-sama tidak ada yang merasa dirugikan. Tapi tidak mungkin juga kita mengobrol lama di sini. Ayo kita bicarakan di rumah saya," tegasnya.
"Jelas-jelas hanya saya yang rugi!" bentaknya sambil mengusap air mata.
"Maksudmu?" mencuri pandang. Sampai akhirnya menjatuhkan pandangan pada lantai.
"Kamu pria, mana ada bekasnya?!" teriaknya.
"Oh, hahaha." Agam kini faham.
"Bisa-bisanya Anda tertawa di atas perderitaan saya! Dasar jahat! Tak berperasaan!" ocehnya.
"Sudah saya bilang, saya bisa memperbaikinya, mari kita selesaikan di rumah saya."
"Omong kosong! Bagaimana caranya kamu mengembalikan kesuciannku?! melotot pada Agam, dan serius saat Linda melotot, wanita itu sangat menggairahkan bagi Agam.
"Ya dengan operasilah. Saya akan mengantar Anda ke dokter terbaik di dunia. Berapapun biayanya saya tak masalah. Tapi tentu saja ada beberapa syarat yang harus kamu patuhi."
"Operasi?!" Linda terkejut. Ya, di era modern ini memang ada prosedur operasi selaput dara atau dikenal dengan istilah hymenoplasty.
"Bagaimana? Ini sudah malam, saya juga harus bertemu dengan pimpinan kepolisian, ayo putuskan," tegasnya.
Linda merenung.
Saya bisa memperbaiki semuanya. Saya bisa membuat Anda kembali bekerja di TV KITA. Saya juga bisa mengembalikan kesucian Anda.
Linda mengingat kembali ucapan Agam. Jika ada cara untuk memperbaiki semuanya, kenapa tidak mencobanya? Saat itulah kepalanyapun mengangguk setuju.
Linda tidak tahu apa yang akan terjadi padanya di masa depan. Tapi ..., bukankah manusia diberi akal agar dapat berpikir dan berusaha? Betul, inilah saatnya.
Linda berharap bisa menata kembali puing-puing kehidupan yang telah dihancurkan oleh pria di hadapannya. Pria yang matanya meneduhkan, pria yang senyumnya memabukkan, pria yang secara fisik harusnya menjadi idaman seluruh wanita di belahan dunia. Pria yang telah memberinya pengalaman luar biasa. Sebuah pengalaman yang tak bisa dijangkau oleh logika dan akal sehatnya.
Tapi ... dirinya sangat membenci pria ini.
"Ba-baiklah, sa-saya a-akan ikut dengan Anda," jawabnya mantap, walau sedikit terbata-bata.
Wahai mahkota yang telah terkoyak, bisakah kamu kuncup kembali? Dan saat kamu kembali kuncup, bisakah aku memiliku, lagi? Batin Agam.
❤❤ Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Dewi Ariyanti
👍👍
2021-03-30
0
Nani Evan
lanjut thor
2021-03-30
2
azzahra
👍👍👍👍👍👍
2021-03-30
0