"Naak ...," wanita paruh baya itu berhambur mendekati bed pasien di mana Agam berada.
"Ssssttt, dia tidur lagi." Gama meletakkan ujung telunjuk di atas bibirnya.
Sekilas Gama sangat mirip dengan Agam, tinggi, tegap, tampan, dengan manik mata hitam dan jernih. Tatapannya teduh seperti Agam, tapi sifatnya tak seteduh matanya.
Gama keras kepala, sedikit sombong dan dicap play boy oleh teman-temannya. Lama pacaran dengan teman sekolahnya paling banter satu minggu. Setelah itu biasanya ia akan memutuskannya secara sepihak tanpa ada alasan yang jelas.
Alasan andalannya adalah "Aku mau putus, aku mau mencari pacar yang baru, aku bosan sama kamu." Gama terkenal sebagai anak yang sering membuat anak gadis orang menangis karena merasa sakit hati.
Anehnya saat ia menyatakan cinta, tak pernah ada satu orangpun gadis yang berani menolaknya. Lagipula siapa sih yang berani menolak dia? Dia tampan, kaya, dan satu lagi nilai plusnya. Gama adalah bintang sekolah. Dia juara umum di sekolahnya, dia sangat disayang oleh para guru.
Cita-cita Gama berbeda jauh dari Agam. Jika Agam ingin jadi pengusaha sukses, maka Gama bercita-cita ingin menjadi jenderal angkatan udara atau angkatan darat. Tapi ia masih bingung memilih antara akademi militer atau akademi polisi.
"Katamu tadi dia senyum, yakin?" Ibu mengerling.
"Kalau Ibu tak percaya, ya sudah." Duduk kembali di samping dokter Cepy.
Ibunda Agam, bernama Nyonya Nadia. Ia tida suka dipanggil Nyonya. Panggilan akrabnya Bu Nadi.
Bu Nadi mendekati putra sulungnya. Ditatapnya lekat, sambil membelai rambut Agam yang hitam dam lebat. Tak terasa sudut matanya kembali basah. Ia mengira jika apa yang terjadi pada Agam ada hubungannya dengan petinggi Haiden yang terkenal garang dan nekad.
Ibu sudah pernah bilang sama kamu, Nak. Jangan bekerja di HGC dan terlalu dekat dengan Tuan Muda. Sekarang kamu yang rugi kan? Kamu sulit mendapatkan jodoh gara-gara berita itu. Sekarang kamu malah terluka seperti ini.
Ibu menarik kursi, duduk di samping putra sulungnya seraya mengusap tangan Agam yang nadinya terlihat begitu jelas karena kulitnya yang putih bersih.
"Agam ... cepat sadar Nak ...," lirihnya.
Kembali mengusap linangan air mata yang mengalir membasahi pipinya yang masih segar di usianya yang tak lagi muda. Penyebabnya adalah efek samping positif dari skin care super mahalnya.
"Linda ...," pemilik tangan yang tengah diusapnya mengigau.
"Agam, kamu sudah sadar? Kamu sebut nama siapa tadi, Nak?" mendekatkan telinganya ke bibir Agam.
Sayang, Agam kembali tertidur dan apa yang dikatakan Gama benar adanya. Bibir putranya yang tipis dan merah alami itu terangkat sedikit seperti sedang tersenyum.
"Ini efek sedasi," kata dokter Cepy, yang ternyata sudah berdiri di samping Bu Nadi.
Ia memperhatikan Agam dengan seksama. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, Agam tampak begitu memukau. Ia tak percaya jika Agam tidak punya pacar.
Dokter Cepy tidak tahu jika berita tentang hubungan Agam dan Tuan Muda ternyata sangat mempengaruhi kehidupan pribadi seorang Agam Ben Buana.
"Tadi dia menyebut nana seseorang," kata Ibu.
"Biarkan dia terbangun dengan sendirinya Bu. Efek sedasinya masih ada. Saya yakin malam ini Agam pasti bangun," terang dokter Cepy.
"Semoga, Dok. Kasihan dia Dok. Saya pernah mengusir dia dari rumah, tapi katanya dia tidak akan pernah meninggallan saya sendirian. Saat itu dia malah nekad tidur di teras rumah."
Ibu mengenang kembali masa-masa di mana ia meminta pembuktian pada Agam jika putranya itu tidak menyimpang.
"Sudahla Bu, jangan bersedih. Setahu saya, dia anak baik dan bertanggung jawab pada tugasnya. Harusnya Ibu bangga memiliki Agam," kata dokter Cepy.
"Ya, saya juga bangga Dok. Hanya saja saya tidak setuju dia bekerja terlalu keras untuk HGC dan Tuan Muda hingga melupakan dan mengorbankan kebahagiaannya sendiri. Saya sedih anak tampan saya tak memiliki kekasih gara-gara fitnah itu, Dok. Saya sakit, sakiiit ...." Ibu mengelus dadanya.
"Sabaar," hanya kata itu yang bisa diutarakan oleh dokter Rama.
"LB presenter kondang sekaligus penyiar berita TV KITA dikabarkan menghilang sejak kemarin sore. Pimpinan redaksi TV KITA telah mengkonfirmasi hilangnya LB pada manager pribadinya. Menurut sang manager, LB hilang kontak pada puku 14.06 setelah menjadi pembawa di acara preskon keluarga ternama."
Gama, dokter Rama dan Bu Nadi melirik televisi. Headlines news malam ini diawali dengan hilangnya presenter cantik LB.
***
"Ayo, makan."
Seorang polisi wanita menyodorkan makanan cepat saji pada Linda. Linda Berliana alias LB alia Ia, malam ini sudah mendekam di sel khusus seorang diri. Karena kasus ini tidak boleh diketahui publik, otomatis polisipun menyembunyikannya.
Sel khusus itu sangat sempit, dilengkapi kasur lantai, kamar mandi, dan sebuah kipas angin yang saat ini tengah berputar tanpa lelah dan berbunyi 'krek krek krek' saat menoleh ke sisi kiri.
"Aku tidak lapar," jawabnya singkat.
"Kamu dianakemaskan sama pak Joey, lho. Pak Joey membeli ini untuk kamu Nona, ayo makan," paksanya.
"Maaf, tapi saya tidak lapar."
Linda menunduk bayangan ayah, ibu, dan adik kembarnya kembali muncul membuatnya sangat galau, dan kacau-balau.
"Baiklah, tidak mau ya." Polisi wanita itu duduk di kursi, lalu memainkan selongsong peluru.
'Skrak, skrak,' bunyinya sedikit mengagetkan Linda.
"Ini sel khusus kelas tiga, beruntung lho Anda kami tempatkan di sini," ucapnya.
"Saya senang bisa bertemu dengan Anda. Karena Anda pembawa acara berita, bagi kami Nona LB sangat familiar," ucapnya lagi.
Linda diam saja, setelah wajah keluarganya singgah di pikirannya, kini wajah tampan yang sangat ia benci itu malah menari-nari di pelupuk matanya. Terbayang lagi saat Agam memuja tubuhnya dan dengan bodohnya bibirnya malah mendesah-desah dan spontan memeluk punggung kokoh Agam sambil sesekali membelai rambut pria itu.
"Aaaa, aku sudah gilaaa," teriak Linda.
"Eh copot copot!" Bu Polwan terkejut, hampir saja menjatuhkan selongsong pelurunya.
"Nona LB! Anda menggetkan saya!" bentaknya.
"Maaf Bu," Linda menunduk.
"Ya sudah sekarang tanda tangani buku-buku ini," Bu Polisi membuka tas rangselnya, lalu menyodorkan sekitar 20 buku catatan ke hadapan LB.
"Apa ini? Apa ini berkas tuntutan?" alisnya menyatu, mengecek satu-persatu.
"Pokoknya tanda-tangan saja Nona, cepat!"
"Buku harian seorang polisi?" terkejut saat mengambil salah satu buku yang merupakan buku harian.
Dan saat mengambil yang lainnya ia semakin terkejut karena ada buku catatan komandan, perwira tinggi polisi, dan beberapa orang brigadir satu dan brigadir dua.
"Apa ini?" tanyanya lagi.
"Hhm, itu buku-buku para penggemar Anda, Nona LB. Kami itu sangat suka saat Anda membacakan berita kriminal. Kita polisi, jarang lihat gosip, otomatis seringnya ya lihat acara berita," jelasnya.
"Oh, ya ampum, aku terhura," sambil tersenyum hambar.
"Terharu kali Nona."
"Kadang aku memang suka belibet, Bu. Untunya saat live on air belibetku tidak kambuh."
Linda mengambil pulpen yang disodorkan kepadanya dan mulai tanda tangan.
"Hehe, ini buku saya juga mau ditanda tangan sama LB," katanya sambil menyorkan sebuah buku cetak.
"Ibu juga penggemarku?"
"Ti-tidak, tidak juga sih. Ya mau kompak saja sama anggota lain, punya tangan tanga LB," jawabnya.
"Ini novel?"
Linda memperhatikan sampul sebuah novel yang tampak lucu berlatar warna kehijauan dengan gambar animasi boneka laki-laki dan perempuan yang sedang duduk di sebuah taman.
"Bukan Darah Biru?" Keningnya mengernyit.
"Ya itu novel tidak terkenal, saya juga tidak sengaja membelinya, bacanya juga iseng-iseng, eh tenyata seru juga, hahaha," polisi wanita itu tergelak.
"Begitu ya?" Linda kebingungan, tapi tetap membubuhkan tanda tangan.
"Bu Linda, Pak Joey sangat mengidolakan Anda lho." Terlihat mengelus-elus novel miliknya.
"Iya kah?"
"Saya serius."
"Terima kasih ya Bu. Aku bersyukur diperlakukan sangat baik. Jika sudah lapar, makanan ini akan kumakan kok," kata Linda. Saat ini ia duduk di kasur sambil menatap kipas angin.
"Oke, makan yang kenyang ya Nona LB, saya mau simpen buku-buku ini di meja pimpinan," katanya. Maksudnya adalah buku yang telah ditanda-tangan oleh Linda.
"Aku tidak mau makan terlalu kenyang, Bu. Karena kekenyangan bisa membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah," kata Linda.
"LB, wah, hahaha. Anda ternyata tahu tentang masalah itu, saya setuju, permisi." Berlalu, tinggalah Linda seorang diri.
Selepas polisi wanita itu pergi, Linda kembali bermandikan duka. Ia merebahkan tubuhnya perlahan di kasur berukuran 120x100 cm yang permukannya begitu dingin.
"Sampai kapan aku di sini?" gumamnya.
"Ayah ... ibu ... Yolla ... Yolli ...," rintihnya.
Klek, pintu kamar khusus itu kembali terbuka. Tampak Joey dan polwan yang tadi, masuk kembali ke dalam kamar membawa buku catatan yang lain.
Linda bangun, mengusap dengan cepat airmatanya.
"Nona LB belum tidur, kan?" tanya Joey.
"Belum lah Pak, tuh orangnya masih membuka mata," sela polisi wanita yang kali ini membuka jaketnya hingga nama yang tersemat di bajunya terlihat. Brigpol Leli Maharani.
"Sudah kerasan?" tanya Joey.
"Belum," jawabnya singkat.
"Biar tidak bosan, ini ada buku yang harus di tanda tangani lagi, ini adalah buku catatan rekan-reka kami yang dilarang melihat LB benarkan Aiptu Joey?" kata Brigpol Leli.
Aiptu adalah singkatan dari Ajun Inspektur Satu. Aiptu merupakan tingkatan pangkat polisi kelas Bintara atau Golongan Dua.
"Sampai kapan saya di sini?" tanya Linda entah pada siapa.
"Sampai pak Agam sadar," jawan Aiptu Joey dengan entengnya.
"Pak Joey, please ... antar aku ke TV KITA. Mereka harus tahu keberadaanku Pak. Komohon .... Mata cantikya memelas.
"Bu LB kita sedang melindungi Anda, yang Anda tikam itu bukan orang sembarangan. Dia itu --."
"Leli." Aiptu Joey melotot.
Brigpol Leli tersadar jika dirinya hampir saja mengatakan sesuatu tentang Agam, padahal itu sangat rahasia, bahkan tidak semua anggota polisi mengetahuinya.
Linda menatap tak percaya, bisa-bisanya Brigpol Leli membutnya sangat penasaran. Ia penasaran dengan kata lanjutannya. Eh, tunggu, kenapa aku penasaran sama dia? Batin Linda seketika bicara, tak seharusnya ia penasaran pada orang yang telah mencuri kuncup bunga miliknya.
Linda terperanjat saat Aiptu Joey mengatakan susuatu yang membuat jantungnya berdegup kencang.
"Bu LB, berita terbaru dari dokter pribadi keluarga Haiden, pak Agam sudah siuman. Sekarang bahkan sudah bisa mengobrol dengan lantang, dia hebat."
"Apa?!" terkejut. Menutup mulutnya sendiri, dan bagi Aiptu Joey prilaku LB sungguh menggemaskan.
"Harusnya Bu LB bahagia dong. Tadi saya bahkan sudah berkomunikasi dengannya dan ada berita baik untuk Anda. Kata Pak Agam kasus ini akan dicabut dan ditiadakan. Pak Agam tidak akan menuntut Anda."
"APA?!" semakin terkejut.
"Pak Agam bahkan meminta kami agar memindahkan Anda ke sel khusus kelas VVIP."
"Hahhh?" kali ini ber 'Hahhh' tidak ber 'Apa' lagi.
"Apa dia bilang kalau bukan aku yang menusuknya?" tanya Linda.
"Pak Agam tidak mengatakan apapun tentang penikaman itu. Saat saya bertanya katanya biarkan saja. Kebenaran tentang kasus ini akan menjadi rahasia untuk dirinya dan juga untuk Bu LB," jelas Aiptu Joey.
"Si breng sek bilang begitu?!"
"Nona LB! Hei, Anda tidak sopan ya mengatakan pak Agam seperti itu." Brigpol Leli naik pitam.
"Bu LB, Anda idola kami lho. Tolong jangan merusak citra positif Anda di mata kami," tambah Aiptu Joey.
"Kalian tidak tahu yang aku alami, asal kalian tahu ya, dia dia di-dia --." Tiba-tiba terdiam, dan melamun.
Ya Rabb, aku bingung, jika aku jujur aku di perkosa sama dia, maka bisa jadi seluruh penduduk di negara ini akan tahu kalau aku tidak suci. Semua orang akan bergosip tentang aku, ayah, ibu dan keluarga besarku pasti akan menanggung malu. Selain itu kontrak di TV KITA ada poin tidak boleh hamil dulu. Terus bagaimana kalau aku hamil?
Saat ini, aku lebih baik. Lagipula aku belum tentu hamil. Aku hanya perlu menuggu keputusan si breng sek. Agam Ben Buana, apa salahku? Kenapa aku harus terlibat dengan manusia menyeramkan seperti kamu. Bahkan polisi-polisi ini sepertinya sangat membelamu.
"LB, LB, hei. Anda tidak apa-apa, kan?"
Aiptu Joey melambai-lambaikan tangan di hadapan wajah Linda, karena idolanya melamun lama dengan tatapan mata yang kosong.
"I-iya, a-aku tidak apa-apa kok," sambil memalingkan wajah dan mengusap air mata di sudut matanya.
"Baiklah sekarang lanjutkan, Anda mau bicara apa tentang pak Agam?"
"Tidak ada Pak Joey."
"Kalau tidak ada, mari ikut kami ke aula, pimpian kami, dan yang lainnya sudah menunggu," kata Brigjen Leli.
"Ke aula? Untuk apa? Kenapa semuanya menungguku?"
"Bu LB, pimpinan kami juga mengidolakan Anda, kata beliau sekalian saja kami mau melihat Anda secara langsung saat membacakan berita, jadi malam ini anggap saja Bu LB sedang on air, dan kami semua menjadi penontonnya," jelas Aiptu Jeoy.
"Apa?! Ini terdengar sedikit lucu dan aneh, aku tidak mau." Linda protes. Apa-apaan mereka ini?
"Bu LB, kalau Anda protes, maka Anda akan kami anggap tidak kooperatif, bisa memperberat tuntutan hukum lho," sela Brigpol Leli.
"Aaaa, lepaskan aku! Kalian polisi aneh," teriak Linda saat tubuhnya diseret paksa oleh Aiptu Joey dan Brigpol Leli untuk menuju ke sebuah ke aula.
Di dalam aula kepolisian reasor kota, puluhan polisi, tampak duduk rapi. Para perwira tinggi dan beberapa pimpinan tampak duduk di barisan paling depan. Hari ini mereka akan menyaksikan idola mereka membacakan berita kriminal secara live. Pesona LB ternyata tidak main-main.
Ini gila, aku tidak menyangka mereka akan seauntusias itu. Ya Allah, tolong aku grogi. Bagaimana kalau aku melakukan kesalahan?
Batin Linda berkecamuk saat ia sudah menapakan kakinya di aula.
***
"Aaaa, toloong, tolooong." Sambil menekan bel bantuan.
Sore itu, seorang suter berteriak histeris. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat secara langsung pasien yang akan diperiksanya sedang melepas infusan dan menarik balutan atau verban di perutnya sendiri tanpa merasa takut ataupun kesakitan.
Dokter dan beberapa orang suster tampak berlari dan masuk ke ruangan tersebut dengan wajah panik.
"Pak Agam, Anda mau ke mana?! Tolong tenang! Luka Anda baru saja pulih," kata dokter. Ia berusaha menahan tangan Agam.
"Lepaskan, Dok! Saya sudah sembuh. Saya harus segera bertemu dengan calon istri saya," katanya.
"A-apa? Ca-calon istri?!" suster dan dokter melongo keheranan.
...~Tbc~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Reliya
waduh.....brigpol Lely penggemar novel Nyai jg.👍
2021-04-10
0
azzahra
wawwww bnar2 mantap tth nyai emang 👍👍👍👍
2021-03-29
1
Zoer Zoer
sukaa
2021-03-29
1