"Joey cepat!"
"Baik, Dan."
Joey dan dua orang anggota polisi yang lain berlari melangkahi garis polisi menuju pusat informasi dan ruang pengendalian CCTV.
"Komandan, bagaimana selanjutnya?" tanya seorang polisi yang baru saja datang dari landasan heli yang terletak di lantai paling atas apartemen Green Seroja untuk mendampingi tenaga medis yang membawa Agam ke rumah sakit menggunakan heli milik keluarga Haiden.
"Semoga nyawa pak Agam berhasil diselamatkan, kita akan tetap melakukan pemeriksaan pada Tuan Muda Deanka sebagai saksi kasus ini," jawab Komandan sambil merapikan police line.
"Sekretaris HGC konon lebih berbahaya dari Tuan Muda dan mahir bela diri, kok bisa tertusuk parah seperti itu?" polisi itu berkacak pinggang seraya menautkan alisnya.
"Sssstt, tolong jangan berasumsi, kasus ini bisa jadi berhubungan dengan keluarga darah biru garis keras itu, sekarang tugasmu amankan situasi. Saya akan membawa Tuan Deanka dan gadis itu ke kantor, lindungi TKP." Komandan berlalu.
"Dan, bagaimana dengan media?" dia berlari.
"Untuk sementara sembunyikan kasus ini dari media, tadi saya sudah mendapatkan intruksi dari Tuan Muda agar kasus ini tidak dipublikasikan ke publik, sebelum ada keterangan jelas dari saksi kunci sekaligus korban."
"Jadi kia menunggu pak Agam siuman?"
"Ya, saya permisi," tegasnya.
"Siap Dan." Memberi hormat.
.
.
"Ini dia pak Joey, nomor CCTVnya BX57fq," kata kepala keamanan.
"Cek," titah Joey.
"Apa?! LB?" mata Joey membeliak.
"Bapak tahu saja yang bening-bening."
"Hei, diam kau! Saya kaget saja dia tinggal di apartemen ini. Saya pikir dia tinggal di apartemen elit. Screen shoot," titahnya.
"Baik, Pak Joey."
"Pak Joey," seseorang masuk.
"Apa."
"Keep data Pak. Tuan Muda ingin kasus ini dirahasiakan. Malah sudah beredar gosip jika pak Agam sedang bekerja di luar kota."
"Apa?! Gila, serius mereka sangat berkuasa," Joey tepuk jidat.
"Tolong keep semua data CCTV yang menampakan presnter LB," kata Joey. Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Ya, hallo."
"Pak Joey, kita sudah mendapatkan jejak pelariannya. Terduga penusukan kabur menggunakan taksi ke arah utara, nomor polisi taksi sudah saya kantongi. Ganti."
"Lanjutkan pengejaran, saya menyusul, saya bagian penyergapan, jangan menganggu buruan, kamu akan terkejut setelah tahu siapa yang kita kejar," kata Joey.
"Siapa, Pak?"
"Dia LB, LB." Menegaskan sambil ke luar dari ruangan pusat kontrol menuju lobi.
"What?! Really?"
"Yes, im sure," tegas Joey.
"Waw, memburu mutiara nih kita. Bhahaha."
"Sudahlah, lanjutkan tugasmu. Kita lihat saja reaksi TV KITA, besok jam 7 pagi harusnya LB membaca berita, kan?"
"Nah, itu dia yang saya pikirkan, saat kita tidak memberikan keterangan pada media, lalu bagaimana dengan TV KITA, LB masih terikat kontrak, kan?"
"Sudahlah itu bukan urusan kita," mobil Joey ke luar, ia menenekan tombol untuk menyalakan wiper mobilnya. Hujan memang belum reda, namum curah dan intensitasnya sudah berkurang.
"Ada hubungan apa LB dengan pak Agam?" gumamnya.
Joey lalu melakukan panggilan ke Pos.
"Pos lajur 3, lajur 4 dan dan 6 tolong pantau taksi berwarna hitam nopol XZ23. D ke arah utara, tidak ada penangkapan. Pantau saja, pastikan soerang wanita tetap berada di dalamnya," katanya.
***
"Kok Bapak merasa, tadi polisi memperhatikan mobil saya?" pak supir taksi menautkan alisnya.
Linda diam saja, bayangan Agam yang bersimbah darah menghantui pikirannya.
"Non, Nona." Panggilnya.
"Aku lagi tidur, Pak." Jawab Linda berbohong. Mana ada orang tidur menjawab pertanyaan kecuali sedang mengigau.
"Oh, Nona lagi mengigau ya?" pak supir tersenyum. Berpikir keras, kenapa penumpangnya mirip sekali dengan LB. LB presenter cantik yang sempat diberitakan menolak mentah-mentah lamaran seorang politisi kaya untuk dijadikan istri kedua.
"Stop."
Di jalur tol luar kota. Mobil taksi itu distop seorang polisi lalu lintas.
"Pengecekan?" dengan malas pengemudi taksi membuka kaca. Linda gemetar, ia memeluk tasnya. Manarik maskernya hampir menutupi mata.
"Tolong berikan surat kelengkapan mengemudi," perintah polisi tersebut. Diambilnya cepat saat pengemudi taksi memberikannya.
Ia lalu melongokan kepala ke dalam, menatap ke arah Linda. Linda berakting, ia pura-pura tidur dengan nyenyaknnya. Polisi itu mengangguk dan tersenyum.
"Silahkan lanjutkan perjalanannya," ucapnya.
***
Keluarga adalah tempat mengadu, ia kerja-keras banting-tulang jua demi keluarganya. Demi ayah, ibu, dan dua orang adiknya. Ia sebenarnya mau punya adik lagi, namun harapannya pupus setelah sang ibu mengalami perdarahan hebat setahun yang lalu saat melahirkan adiknya Yolla dan Yolli. Calon adiknya yang berjenis kelamin laki-lakipun tak bisa diselamatkan karena terpaksa dilahirkan secara prematur.
Bu Ana mengalami kehamilan dengan kondisi plasenta menghalangi jalan lahir atau plasenta previa totalis. Setelah dioperasi bu Ana mengalami perdarahan berulang dan dokter memutuskan untuk mengangkat rahimnya atau biasa disebut dengan istilah medis histerektomi.
"Wah, kedai buah itu milik keluargamu? Lumayan besar." Pak supir kagum.
"Iya Pak. Ini bayarannya Pak. Kembaliannya untuk Bapak."
"Terima kasih, Nona LB. Eh maksud saya Nona yang mirip LB."
Ia tergesa-gesa menuju kedai yang terlihat sepi karena memang hari sudah menjelang petang.
"Bahkan cara berjalan dan berlarinyapun mirip dengan LB," gumam pak supir sambil memutar arah melajukan kembali mobilnya.
"Ayah ...." Linda langsung memeluk ayahnya setelah mengucapkan salam.
"Ia .... kok tidak kasih kabar dulu kalau mau pulang, Nak."
"Ia," ternyata nama panggilan sayang ayah dan ibunya pada Linda Berliana."
"Ayah, huuu ...." Langsung menangis membuat ayahnya kebingungan.
"Kamu kenapa sih? Menangisnya di rumah sana. Takut ada pembeli, tiga puluh menit lagi Ayah mau menutup kedai," katanya.
"Ibu ada di rumah kan, Yah?"
"Ada, tadi lagi nyuapian adik kamu."
Linda kemudian bergegas menuju sebuah pintu yang terhubung langsung ke rumahnya yang terletak di samping kedai buah tersebut.
"Ibuuu ...."
"Ia ...."
Berpelukan.
"Ia, kenapa kamu pucat sekali? Lalu bibirmu, kenapa seperti terluka? Ia, apa yang terjadi sama kamu?!" melotot keheranan.
"Ti-tidak apa-apa Bu, nanti aku cerita ya, sekarang aku mau ketemu dulu sama Yolla dan Yolli," mangalihkan pembicaraan.
"Adik kamu setelah makan tadi malah pada tidur, ayo kita ke kamar kamu, ada apa? Tidak biasanya kamu pulang tanpa kabar," tegas Ibu.
Linda akhirnya hanya bisa melirik kamar adiknya, kerinduannya terpaksa dipendam untuk sementara waktu.
Di kamar, Bu Ana sudah duduk di kasur, menatap tajam pada putri cantiknya. Sejak putrinya menolak lamaran seorang politisi, Bu Ana selalu merasa tidak tenang, para tetangga bergosip jika putrinya jual mahal.
Sebelum bercerita, Linda mengambil terlebih dahulu sisa minuman air mineral yang ada di tasnya. Beberapa tegukan lumayan mengobati dahaga dan ketegangannya.
Dan saat Linda minum, Bu Ana menyadari sesuatu. Seketika terperanjat dan mendekati Linda.
"Apa ini di leher kamu, hahhh? Apa?!" melotot.
"Bu de-dengarkaamn aku dulu, Bu." Linda mulai memucat. Mundur menahan tangan sang Ibu yang memarik bajunya.
Sebagai wanita yang sudah minikah, Ibu tahu merah-merah dengan bentuk seperti itu pasti berasal dari sebuah kesengajaan.
"Buka baju kamu! Buka Lindaaa, bukaaa!" teriak Ibu." Tangannya gemetar.
"I-Ibu, ti-tidak mau, Bu. Huuu ...." Malah menangis.
"Kamu menguji kesabaran Ibu rupanya." Mendorong Linda hingga putrinya tersungkur ke lantai.
"Buka baju kamu! Ibu hitung sampai tiga. Satu! Dua!"
"I-iya Bu, iya. Aku akan buka." Dengan tangan yang gemetar dan deraian air mata yang mengalir, perlahan Linda membuka bajunya menyisakan pakaian dalam bagian atas.
"Huuu ...." Linda terisak sambil memeluk tubuhnya sendiri.
"Ya Rabb, apa yang terjadi sama kamu?! Siapa yang melakukan ini? Siapa?!" tubuh Ibu gemetar melihat tanda cinta menodai tubuh mulus putrinya dan ada banyak sekali.
Ibu terkulai lemas, dan saat itu pula mata tak sengaja melirik ke arah tas Linda yang tergeletak, mata sang Ibu menatap kartu unlimited dan secarik kertas berisi nomor PIN.
"Linda, apa kamu jual diri?!" dengan cepat melempar seluruh isi tas hadapan Linda. Wajah Bu Ana merah padam. Napasnya tersenggal.
"I-Ibu de-dengarkan dulu penjelasanku, Bu. A-aku di-diperkosa Bu ...."
"APA?! Sama siapa?!"
Belum juga Linda menjawab, dari luar kamar terdengar suara Ayah Berli memanggilnya.
"Linda, Linda, ada yang mencari kamu, Nak." Suara Ayah terdengar gemetar seperti ketakutan.
...~Tbc~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
indah77
kasian elbiii.. 😖😖😖
2021-03-26
1
azzahra
🥺😢😢
2021-03-25
0