Blood and The Flower Crown (Darah dan Mahkota Bunga)
_____
Perlahan Linda membuka matanya, seluruh tubuhnya terasa ngilu, sakit dan remuk redam. Entah berapa ia lama tertidur, Linda tidak menyadarinya.
Linda tidur menyamping, seluruh tubuhnya tertutup bedcover. Saat Linda hendak menggerakan kakinya, kakinya terasa berat. Ternyata Agam memeluknya dari belakang. Kaki Agam menindih kakinya. Agam juga melingkarkan satu tangannya di pinggangnya.
Pria itu sepertinya sudah mandi dan keramas, karena Linda mencium jika tubuh Agam wangi shampo dan sabun miliknya. Agam juga telah memakai kembali celana panjang lengkap dengan sabuknya. Tapi badannya masih polos.
Tes, air mata Linda mengalir, ia menutup mulutnya sambil terisak. Ia tidak menyangka jika kesucian yang telah ia jaga selama ini direnggut paksa oleh pria yang menurutnya sangat aneh dan menjijikkan.
Linda lalu meraba tubuhnya, ternyata masih polos tampak sehelai benangpun. Linda meringis saat merasakan tubuh bagian bawahnya terasa sangat sakit dan perih. Agam sangat kuat, perfomanya bisa dibilang gila. Agam bertahan sangat lama hingga akhirnya Linda tidak mampu bertahan dan pingsan.
Linda juga mengutuk dirinya sendiri, karena sebelum Agam melakukan penyatuan yang sangat menyakitkan itu, dirinya malah mengalami beberapa kali pelepasan yang rasanya begitu dahsyat.
Aku menjijikkan, aku hina. Kenapa tadi aku menikmatinya? Aku bahkan mendesah-desah dan memeluk tubuhnya. Aku kotor. Huuu ... ibu ... ayah ... maafkan aku ....
Sangat memalukan memang, saat hatinya menolak tapi tubuhnya yang bodoh itu malah pasrah dan menikmati semua perlakuan Agam.
Pria gila itu memang memaksanya namun juga sangat memanjakan dan memperlakukan tubuhnya dengan sangat lembut, dan baik. Hingga tanpa sadar, Linda terbuai dan sesaat melupakan kebenciannya pada Agam.
Saat menyadari dirinya benar-benar masih suci, Agam semakin memperlakukan tubuhnya penuh penghormatan. Mimik pria itu seperti menyesali perbuatannya tapi juga tidak bisa menghentikan apa yang telah ia mulai.
Satu hal yang masih terngiang di telinga Linda selain lenguhan dan erangan Agam adalah Agam mengatakan jika mulai hari ini dirinya adalah milik Agam untuk selamanya.
Tuhan ampuni hamba-Mu yang berlumur dosa ini. Kenapa aku terlibat sangat jauh dengan pria ini?
Aku takut Tuhan, aku takut. Bagaimana jika dia benar-benar ho*o dan penyakitan?
Bagaimana jika benih tadi berkembang di tubuhku? Apa benar dia akan bertanggung jawab?
Tapi ... aku juga tidak mau punya suami yang punya kelainan. Aku juga tidak ingin membuat keluargaku dan nama baikku tercoreng. Aku harus segera pergi membawa cek itu, dan membeli obat peluluh.
Linda memaksakan dirinya untuk bangun, ia mengangkat tangan Agam dan menggerakan kakinya agar kaki Agam tidak menindihnya.
Agam terbangun saat merasakan tubuh polos yang tengah ia peluk itu begerak.
"Linda ...?" tanya Agam lirih. Ia berubah 360 derajat. Amarah dan kobaran kebencian di matanya telah lenyap tanpa jejak.
Pria itu bangun dan mengambil kemejanya. Menarik bedcover lalu menutupi tubuh Linda dengan kemejanya.
"Di mana handuknya? Biar saya ambilkan, kamu mau mandi, kan?" tanyanya.
Linda tidak menjawab, ia begitu benci dengan pria itu. Linda hanya menunjukkan letaknya dengan sudut matanya. Agam lalu berdiri membuka lemari gantung dan mengambil handuk.
"Ini handuknya." Memberikannya sambil berlutut.
Linda mengambil dengan cepat handuk itu, wajahnya tiba-tiba meringis. Rasa sakit di tubuhnya terasa lagi.
"Sakiit? Maafkan saya Bu Linda, saya tidak bisa menahan diri, tapi Anda jangan khawatir yaa ..., saya akan bertanggung jawab. Kamu sekarang sudah menjadi milik saya, mulai hari dan untuk selamanya."
Linda masih saja terdiam.
"Saya akan membantumu, tidak usah malu lagi. Kita sudah dewasa, saya sudah melihat semua hal dari kamu begitupun sebaliknya," katanya. Ia mendekati Linda.
Agam tiba-tiba membantu Linda berdiri, memakaikan handuk, dan memakaikan kemejanya pada Linda. Ia lalu membopong tubuh Linda ke kamar mandi. Linda tidak memiliki kesempatan untuk menolak.
"Mandilah .... Setelah ini kita bersiap yaa. Saya akan memperkenalkanmu pada ibu dan adik saya dan juga pada Tuan Muda," kata Agam saat meletekan Linda di kamar mandi.
'Brug.' Linda mmenutup kamar mandi, dan masih mogok bicara.
Agam kembali ke tempat tidur sambil membereskan pakaian Linda yang berserakan dan meletakkannya di keranjang pakaian kotor. Agam lalu memasukkan cek yang sempat dibuang Linda ke dalam tas milik Linda.
Agam membaringkan kembali tubuhnya di tembat tidur, dan merenungi kejadian luar biasa yang baru saja ia lalui.
Apa Tuhan menghendaki dengan cara seperti ini aku mendapatkan pasangan? Tidak! Aku telah melakukan dosa besar. Tuhan izinkan aku bertaubat, aku akan menjaganya, aku akan menjadikannya sebagai istri.
Suka atau tidak kau harus menjadi istriku Linda. Syukurlah kau masih lajang dan jomblo. Aku pernah melihat kamu di sebuah acara, dan kamu bilang masih jomblo.
Ternyata dia masih suci. Tuhanku ..., maafkan aku. Aku menyesal. Tapi ... semuanya telah terjadi.
"Huuhh." Agam membuang napas pelahan, ia menyesal, tapi nasi sudah menjadi bubur dan mahkota bunga yang kuncup itu telah ia rusak hingga putik dan benang sarinya terkoyak dan gugur ke bumi.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Linda sudah mandi, ia hanya memakai handuk, kemeja Agam ia tinggalkan di kamar mandi. Linda masih tutup mulut, ia membuka lemari dan mengambil baju lalu masuk lagi ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian ia ke luar dan sudah rapi.
"Linda aku mau bicara." Agam beranjak.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku membencimu! Aku akan melaporkan semua perbuatanmu pada polisi, dan mengungkap ke media rahasia tentang tuan Bahir itu. Bisa saja pernyataan itu justru adalah fakta yang harus diketahui tuan Bahir," jelasnya tanpa menoleh pada Agam.
"Kita bicarakan nanti saja untuk masalah itu, saya akan meminta bantuan detektif dan intelijen untuk menyelesaikannya. Sekarang saya ingin membahas hubungan kita."
Agam mendekati Linda yang sedang memasukkan pakaiannya ke koper.
"Kita? Siapa yang Anda maksud kita? Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan Anda, kuanggap hari ini aku sedang sial, aku mau pergi ke kampung halamanku dan cuti."
"Begitu ya? Bu Linda ..., dengarkan saya. Saya tahu kamu masih marah, tapi saya tidak bisa melupakan begitu saja kejadian tadi, percayalah pada saya Bu Linda, saya bukan tipe laki-laki yang lari dari dosa dan tanggung jawab. Saya serius mau menikahi Anda, jika Anda belum bisa menerima, saya akan memberimu waktu."
Agam mengambil black card lalu menuliskan pinnya di secarik kertas.
"Ini untukmu, pergunakan sesukamu, karena mulai detik ini dan selamanya kamu adalah tanggung jawab saya."
"Aku bukan wanita murahan yang bisa Anda bayar dengan uang!" Linda menepis tangan Agam, kartu yang dipegang Agam jatuh. Agam mengambilnya kembali dan meletakkannya di meja.
"Di mana kampung halamanmu? Biar aku antar."
"Tidak perlu! Sudah kubilang kau menjikkan! Aku membencimu! Huuu .... Jangan harap pria sakit sepertimu bisa menikah denganku. Aku tidak mau mempunyai suami yang mempunyai jejak hitam," celotehnya sambil terisak.
"Setelah apa yang saya lakukan tadi, apa kamu masih percaya dengan berita-berita itu?"
"Aku sulit untuk tidak percaya! Kamu juga memaksa mengambil kesucianku, aku membencimu! Huuu, huuu ...." Linda menangis sambil memeluk koper.
"Aku tidak sudi mempunyai hubungan denganmu! Aku akan meminum obat peluluh, bisa jadi benihmu tumbuh di tubuhku!" Linda berdiri dan menyeka airmatanya.
Ucapan Linda kembali membuat Agam terluka, dan emosi. Agam mendorong tubuh Linda ke arah pantry.
"Apa yang harus saya lakukan agar kamu percaya jika aku laki-laki normal dan ingin bertanggung jawab, hahhh?!" Agam menatap tajam Linda dengan rahang yang kembali mengeras.
"Sudah kubilang aku tidak ingin punya hubungan dengan Anda, lebih baik aku mati daripada harus berurusan denganmu!"
Secepat kilat Linda mengambil pisau dapur yang saat itu memang mudah dijangkau, lalu mengarahkan ke perutnya sendiri.
Agam terkejut, gerakan Linda tidak terbaca, emosi dan sakit hati membuat Agam sedikit lengah hingga kecolongan.
"Apa yang akan kamu lakukan dengan pisau itu?! Jangan bilang kamu akan bunuh diri! Tolong kendalikan dirimu Linda! Di tubuhmu itu sudah ada jejak milik saya, tubuhmu bukan lagi milikmu sendiri!" teriak Agam.
Denga gerakan terlatih Agam memelintir tubuh Linda, memitingnya dari belakang dan menahan tangan Linda yang memegang pisau dapur.
"Lepaskan pisau itu! Jangan sakiti dirimu! Kamu bisa saja membunuh calon anak saya!"
Setelah aksi tarik-menarik, Agam akhirnya berhasil mengambil pisau itu.
Linda menangis lagi.
"Huuu .... Aku tidak mau berusan denganmu! Kenapa kamu merusakku?! Jika saja kau tidak ada di dunia ini, mungkin aku tidak akan berurusan denganmu."
Agam mematung perkataan Linda lagi-lagi membuatnya terluka dan sakit. Agam kehilangan kesabaran dan gelap mata.
"Jika dengan tidak adanya saya di dunia ini kamu merasa lebih baik, saya akan mencoba pergi dari dunia ini sekarang juga!" Agam mengambil lagi pisau dapur itu dan menghunusnya.
Linda terperanjat, dan sebelum ia sempat melakukan gerakan apapun, Agam telah menghujamkan pisau dapur itu ke perut liatnya.
'Srek, sreek, sresek.' Suara gesekan pisau dengan otot Agam terdengar sangat mengerikan.
Agam terlihat kesulitan menancapkan langsung pisau itu, entah karena kulitnya yang liat atau karena pisaunya yang tumpul. Agam mulai meringis kesakitan.
Linda melongo.
"A-apa yang Anda lakukan?! Tidaaak! Ja-jangaaan!"
Linda pucat pasi, ia memburu tubuh Agam dan berusaha menahan tangan Agam yang kini sudah berdarah. Agam mundur dan terus mundur sambil menahan rasa sakit. Agam merasakan sakit lahir dan batinnya.
Agam mulai sempoyongan, posisinya kini hampir dekat dengan tempat tidur.
'Brug.' Ia terjatuh dengan posisi terlentang. Tangannya masih berusaha memperdalam tusukkannya, sementara tangan Linda masih menahan tangan Agam.
"Tolong, toloong, tolooong!" teriak Linda.
"A-apa dengan sa-saya mati kamu akan percaya jika aku normal dan serius akan menikahimu?" tanya Agam.
Pria itu rupanya sangat kuat karena ditengah kesakitannya Agam masih bisa berbicara lantang.
"Kamu bodoh! Kenapa kamu nekad sekali?!" Linda gemetar.
"Jika saya mati, tolong jaga anak saya jika benih itu tumbuh, jangan membunuhnya ya .... Tolong ceritakan semua hal yang kita lalui pada Tuan Muda agar kelak dia bisa membantumu dan membantu anak saya."
Dan ....
'Breessss ....' Linda bisa merasakan dan mendengar saat Agam berhasil memperdalam tusukkannya.
"Aaahhhh ... ini sa-sangat sakit, ta-tapi fitnah itu lebih ke-kejam dan me-menyakitkan,"
Agam berbicara terbata-bata. Di sudut matanya terlihat ada buliran air mata.
'Seeer, seeer ....' Darah merah segar mulai merembes dan mengalir dari perut Agam. Tangan Linda yang masih menahan tangan Agam bisa merasakan jika darah itu terasa hangat.
"Ti-tidaaak!! Huuu ...!" Linda berteriak dan menangis.
...~Tbc~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Reliya
rasa sakit hati terkadang memang bs menghilangkan kewarasan seseorang
2021-04-09
2
SaLoe Naballe
part yg ini aku udah baca di aku bukan darah biru,tapi aku tetap mau baca dari awal kisah agam dan linda,semangat terus nyai.
2021-03-26
0
Nani Evan
karya novel nyai bagus,saya suka
2021-03-25
2