Linda semakin gemetar dan beringsut saat Agam merangkak ke tempat tidur sambil membuka ikat pinggangnya dengan tatapan yang dipenuhi kobaran amarah.
"Pak A-Agam sa-saya benar-benar minta maaf, tolong maafkan saya."
Tubuh Linda gemetar, ia merapat ke sandaran tempat tidur, sambil memeluk lututnya.
"Kemari kau!" teriaknya.
Agam menarik kaki Linda, hingga posisinya terlentang. Agam menahan kaki Linda dengan kaki kokohnya, lalu mencekik Linda dengan tatapan mata yang sudah mulai memerah.
"Apa kamu tau Bu Linda?! Saya sudah beribu kali mendengar perkataan menjijikkan itu selama bertahun-tahun! Keluarga saya, ibu saya dan adik saya sudah sangat lama menahan kesakitan karena sanksi sosial dari masyarakat gara-gara fitnah itu!"
"I-iya Pak .... Lepaskan! Sa-saya percaya."
Linda berusaha melepaskan cengkraman Agam di lehernya. Agam melepaskan tangannya, dan berpindah menahan bahu Linda.
"Ibu saya bahkan sering menangis dan memohon agar saya bertaubat untuk sesuatu yang sama sekali tidak pernah saya lakukan! Bahkan memikirkannyapun aku tidak pernah! Kamu membaca berita murahan jika saya dan Tuan Muda pasangan kekasih, kan?!"
"I-iya Pak, maaf saya bodoh Pak. Maafkan saya. Huuu," Linda menangis.
"Miris! Kaum intelek sepertimu bisa-bisa percaya berita sampah seperti itu! Bahkan berita itu sempat dilansir oleh stasiun TV tempatmu bekerja! Saya yakin kalian berpendidikan tinggi! Harusnya semakin tinggi ilmu kalian, maka semakin berkelas pula tontonan dan program yang akan kalian jual ke publik!"
"Pak kumohooon, maafkan saya ... huuu, huuu ... sakiiit, Pak ...." Meringis.
"Sulit saya memaafkan kamu! Saya sudah menyimpan rasa sakit ini begitu lama! Alasan saya tidak mempunyai kekasih karena Tuan Deanka trauma pada wanita! Saya berniat mempunyai kekasih setelah traumanya sembuh dan tidak ada lagi orang yang mengira jika kami abnormal."
Agam mulai berbicara lembut, entah apa yang dipikirkan Agam, pria itu mulai mengelus rambut dan pipi Linda dengan perlahan.
"Bu Lindaaa ...."
Tangannya menelusuri wajah Linda. Linda mulai bergidik geli.
"Tuan Deanka dan aku adalah pria normal."
Tangan Agam mulai menelusuri leher jenjang Linda. Linda semakin berdebar, resonansi degup jantung dan napasnya sudah tidak beraturan.
"Tuan Deanka itu pria suci dan polos, dia tidak pernah bermain dan menyentuh wanita, begitupun dengan saya. Kamu adalah wanita pertama yang aku sentuh." Tangan Agam masih menelusuri wajah hingga ke leher Linda.
"Saya tidak peduli!" timpal Linda.
"Saya juga tidak peduli sama kamu!" teriak Agam. Kembali emosi.
Tangan Agam terlihat hendak membuka kancing baju milik Linda. Linda semakin ketakutan, ia mengangkat kepalanya sambil menatap tangan yang saat ini sedang membuka kancing tepat di atas dadanya.
"Pak Agam, a-apa harus seperti ini?! Ini tidak baik Pak, toloong he-hentikan!"
Linda berontak, tapi satu tangan Agam yang mencengkram kedua tangannya, sudah cukup membuat Linda tidak bisa berkutik dan knockout alis KO.
"Aku ingin membuktikan jika aku bukan ho mo! Aku pria sejati!" Agam melanjutkan membuka kancing baju Linda.
"Kalau Bapak melakukan yang bukan-bukan, saya akan membongkar ke publik tentang rahasia tuan Bahir! Saya juga butuh banyak bukti untuk percaya kalau semua cerita Pak Agam itu benar!"
"Jadi kamu tidak percaya?! Bu Linda! Saya dan Tuan Muda adalah korban! Awalnya saya tidak serius! Tapi kamu ternyata masih tidak percaya ya Bu Linda Berliana!" teriak Agam, dan 'brebeeet' Agam membuka paksa kancing baju milik Linda.
Tampaklah sesuatu yang belum pernah Agam lihat sebelumnya. Linda tidak memakai kaus dalam. Jadi, terlihatlah sudah sesuatu yang terhalang ** warna kuning bunga-bunga. Agam mematung sejenak.
"Apa maumu Agam?!"
Linda mencoba berontak lagi, tapi tidak bisa. Agam menghela napas, perasaan benci dan hasrat aneh sudah merasuki tubuhnya. Lantas Agam mencengkram kasar dagu Linda.
"Tolong lepaskan saya! Saya tidak sudi tubuh suciku ini disentuh oleh orang seperti Anda! Anda bisa saja penyakitan! Anda bisa saja bisek sual dan telah tidur dengan banyak pria atau wanita! Lepaskan aku!!" teriak Linda.
Perkataan Linda membuat Agam benar-benar naik pitam, rahangnya semakin mengeras. Hinaan dan fitnah itu membuat otaknya mendidih, sakit, sedih, benci dan merasa sangat terhina bercampur menjadi satu.
"Apa sehina itu aku di matamu Bu Linda Berliana yang suci?! Sekarang, pakai kaca mata ini agar kamu bisa melihat lebih jelas betapa hina dan menjijikkannya saya di matamu!" Agam membuka kacamatanya lalu memakaikannya pada Linda.
Linda mengerjapkan matanya berkali-kali. Pria yang sedang mengungkung tubuhnya itu ternyata terlihat lebih tampan saat tidak memakai kaca mata. Atau karena memakai kaca mata, Linda baru menyadari jika Agam sangat gagah dan tampan. Tapi bagi Linda, setampan dan sekaya apapun seorang Agam Ben Buana, tetap saja tidak akan membuatnya tertarik.
"Cuih .... "
Linda malah meludahi Agam, cipratan ludahnya mengenai dada bidang Agam.
"Lepaskan saya Agam Ben Buana! Jangan sentuh saya! Kamu memang tampan dan kaya! Tapi aku sama sekali tidak tertarik!" teriaknya seraya meronta.
"KAMU?!"
Agam mencengkram dagu Linda kuat-kuat, amarahnya semakin meluap. Ia mengusap saliva Linda dengan tangan gemetar. Pria itu merasakan jika dirinya benar-benar telah dihinakan dan dicampakkan oleh mulut lancang seorang wanita. Terbesitlah niat untuk membayar penghinaan itu dengan cara mencampakkan wanita itu yang sok suci itu.
Agam menghimpit tubuh Linda. Di matanya yang bening itu kini sudah tidak ada lagi belas kasihan, yang ada hanyalah kobaran api kemarahan dan kebencian yang telah merasuki jiwa dan sekujur tubuhnya.
"Kau bilang kamu suci haahh?! Tapi mulutmu itu sangat pedas dan kotor! Hinaanmu tak akan saya lupakan sampai kapanpun! Dan kamupun pasti tidak akan melupakan kejadian ini seumur hidupmu! Biar kubuktikan sesuci apa dirimu?!
Biar sekalian saja kutularkan penyakit kela min ku ini kepadamu!" teriaknya dengan wajah merah padam. Kemarahan pria itu sudah mencapai ubun-ubunnya.
Linda yang sangat ketakutan hendak berteriak. Namun sebelum suaranya keluar, Agam telah terlebih dahulu membekap mulut Linda dengan bibirnya. Ia menyerang bibir presenter cantik itu dengan ganasnya.
Agam melahap habis bibir yang menurutnya sangat pedas dan kotor itu dengan kasar, sedikit brutal, dan memaksa. Agam menjelajahi ke setiap sudutnya seperti sedang mencari dan ingin menemukan di mana letak rasa pedasnya.
Deg, jantung Agam seakan hendak meloncat ke luar. This is his first kiss. Rasa ini ... seperti akan membunuhku. Batinnya.
Sebab, rasa yang ia temukan justru sebaliknya. Bukan rasa pedas yang ditemukan. Yang ia rasakan saat ini adalah rasa manis, hangat, lembut, kenyal, dan ... nikmat.
Hingga perlahan Agam memejamkan matanya. Sementara bibirnya terus memagut dan menyesap. Ya, ia sedang membersihkan mulut Linda yang sangat kotor. Tapi lagi-lagi, Agam tidak menemukan kotoran itu, yang ia temukan hanya rasa yang semakin manis, semakin hangat dan semakin ... nikmat. Rasa yang tercipta membuat Agam memperhalus aksinya.
Sialan! Aku tidak bisa berhenti, bibir dan mulut wanita sombong ini ternyata seperti ini rasanya.
Kamu gila Agam! Ini ciuman pertamamu. Kenapa dia jadi lembut? Kenapa bibir bodohku seperti membalasnya? Dasar bodoh! Ternyata rasanya seperti ini? Batin Linda.
Setelah nyaris kehabisan napas dan terengah-engah, Agam memindahkan daerah jajahannya ke wilayah ceruk leher Linda. Satu tangan Agam membekap mulut Linda. Linda menggigit kuat telapak tangan Agam, tapi Agam sama sekali tidak terpengaruh.
...~Tbc~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Ambo Merry
oooohhh ternyata manis ya agam heheheh
2021-09-18
0
Jeje Gunarwan
amatiran si agam 🤭
2021-05-15
0
Reliya
rasa ini.....? membunuhku.......?
hemmmmmm
2021-04-09
1