Saat preskon usai, Linda melajukan mobilnya dengan hati yang berkecamuk. Presenter cantik berusia 24 tahun itu tidak menyangka akan mengetahui fakta mengejutkan dalam pertanyan-pertanyaan itu.
Keluarga Haiden memang laksana tambang emas bagi media. Kehidupan mereka dengan semua teka-teki dan kekayaannya selalu saja menjadi perhatian publik dan menjadi berita yang mempunyai nilai jual tinggi.
"Tuhan, aku menyesel menerima tawaran jadi MC. Harusnya aku nikmatin saja hari liburku dengan bermalas-malasan dan maskeran. Aku semalam tergiur karena bayarannya 10 kali lipat," katanya.
Linda memumukul-mukul kepalanya sendiri. Sambil sesekali membetulkan kacamatanya. Linda memang berkacamata, rambutnya pendek lurus sebatas bawah telinga.
"Kukira hanya keluarga Haidennya saja yang penuh teka-teki dan gila, tapi aku salah. Ternyata sekretarisnyapun gila. Kenapa pria itu mengelus bokongku? Terus membuka risleting rokku. Pria menjijikkan itu berani-beraninyaa ...."
"Aaaa," berteriak.
Linda mengeraskan rahang dan giginya sambil memukul-mukul setir. Sesekali Linda juga bergidik, mengingat artikel yang pernah ia baca.
Artikel itu menyebutkan jika direktur utama HGC dan sekretarisnya mempunyai hubungan lebih dari sekedar atasan dan bawahan, issue-nya mereka adalah pasangan kekasih.
Linda terkejut saat ia menyadari ada mobil yang mengikutinya. Karena belum yakin mobil itu menguntit, Linda sengaja berbelok ke jalur tikus yang saat itu sepi karena memang hari libur.
Benar saja, mobil SUV keluaran teranyar tersebut benar-benar mengikuti mobilnya. Linda semakin ketakutan, ia takut jika mobil itu ada hubungannya dengan keluarga Haiden yang terkenal dengan sebutan keluarga darah biru garis keras.
"Apa performaku saat jadi MC buruk dan tidak memuaskan mereka?"
Mata Linda mulai berkaca-kaca, wajahnya dipenuhi kekhawatiran, dan keringat dingin. Ia lalu membelokkan mobilnya ke jalur tol. Maksudnya sengaja untuk mengulur waktu. Padahal tanpa harus melewati tolpun apartemen sewaan miliknya bisa dijangkau.
Sudah jatuh tertimpa tangga, kartu tol elektrik miliknya limit.
"Siiaaal," teriaknya.
'Tiiid, tid, tid, tiiid.'
Suara klakson mobil di belakangnya berbunyi tidak sabaran, dan parahnya mobil yang ada di belakang Linda adalah mobil penguntit itu.
"Oh tidaak, bagaimana ini?"
"Mohon maaf Bu, agar tidak mengganggu pengguna jalan yang lain, lebih baik pinjam saja kartu pengendara yang ada di belakang Ibu," ucap petugas tol.
"Apa?!"
Dengan berat hati, mau tidak mau Linda akhirnya keluar dari mobilnya dan dengan bodohnya diapun mengetuk kaca kemudi mobil penguntitnya.
'Tok, tok, tok' dan 'sreeet' kaca mobil itu terbuka.
Tampaklah seorang pria gagah berwajah tampan dan berkacamata langsung menyodorkan kartu tol kepadanya.
Linda terkejut, ia melongo setelah menyadari siapa pengemudi mobil tersebut, iapun mundur beberapa langkah.
"Wooyyy, cantik-cantik kok loading sih? Cepat dong!" teriak salah seorang pengendara lain yang kesal dan tidak sabar menunggu. Mereka tidak menyadari jika wanita yang diteriakinya adalah presenter terkenal.
Secepat kilat Linda mengambil kartu milik penguntit itu, lalu mengembalikannya dengan cara dilempar karena panik. Dan iapun segera kembali ke mobilnya tanpa mengucapkan terima kasih.
"Dasar wanita aneh, harusnya kamu berterimakasih, kan?" gerutunya.
.
.
'Bruuum.' Linda tancap gas dengan kecepatan diatas rata-rata.
Pria penguntit yang tak lain adalah Agam tidak mau kalah. Ia pun tancap gas dengan wajah kesal.
"Berani sekali dia melemparkan kartuku, padahal aku sudah menolongnya. Kamu juga belum menggantinya dengan uang tunai, kau pikir ini gratis?! Bagus, aku jadi punya alasan untuk mengejar dia, sampai lubang jarumpun akan aku kejar. Kau kira aku tidak tahu alamatmu? Dasar bodoh!"
.
.
"Siaaal kenapa aku bodoh banget sih?! Aku presenter terkenal tapi kenapa aku bodoh?! Ya Tuhanku, aku lupa belum membayarnya."
Papan dashboard menunjukkan jika sebentar lagi ia akan keluar tol. Mobil Agam terlihat terhalang oleh dua mobil, pickup dan bus.
Linda tersenyum, mengira jika dirinya sudah berada di atas angin dan terbebas dari pria aneh yang menyentuh bokongnya.
"Syukurlah dia tidak bisa mengejarku, biar kubayar lain kali saja hutang itu, lagian itu tidak seberapa, dia juga pasti tidak butuh uang segitu."
"Gila banget, tadi saldo kartunya sampai puluhan juta. Mungkin dia pikir mau melewati tol langit menuju luar angkasa."
"Si mesum itu kenapa dia menguntitku, ya? Kalau saja dia tidak bekerja untuk keluarga Haiden, aku pasti sudah melaporkan pelecehan itu pada polisi."
Linda terus berbicara seorang diri.
***
Linda merasa tenang saat mobilnya kini sudah memasuki kawasan apartemen sewaannya. Apartemen itu terlihat biasa saja. Termasuk apartemen unit minimalis dengan satu kamar tidur.
Dengan terbirit-birit, Linda masuk ke dalam lift sambil mengusap-usap dadanya.
Selamat-selamat, ucapnya dalam hati.
'Ting.'
Linda sudah sampai di lantai 18.
Ia langsung menuju pintu kamarnya dengan langkah cepat. Setelah menekan kodenya, ia langsung masuk.
Namun 'Grep' sebuah tangan besar dan berotot pas memegang pergelangan tangannya.
Belum juga hilang rasa kagetnya, tangan itu sudah mendorong pundaknya masuk ke dalam.
'Brug.'
Pintu apartemen tertutup.
Linda berdebar posisinya masih membelakangi pemilik tangan maskulin itu. Ia berharap hanya tangannya saja yang masuk ke kamarnya, tapi itu tidak mungkin, kecuali jika itu tangan hantu.
Nyatanya tangan itu sudah ada di kamarnya beserta anggota tubuhnya yang lain.
"Kau belum membayar kartu tolnya."
Kini suara baritone itu terdengar menggelegar laksana petir yang menyambar telinga Linda.
Langsung dijawab Linda dengan suara alto yang terdengar sangat kecil dan halus seiring dengan nyalinya yang menciut.
"Sa-saya akan bayar Pak ...," kata Linda sambil membalikkan badannya memberanikan diri.
Tanpa dipersilahkan Agam langsung duduk di kursi yang ada di kamar itu sambil menatap tempat tidur ukuran kecil yang ada di ruangan tersebut. Matanya menyisir sampai ke bagian dapur. Apartemen sederhana memang seperti itu. Tempat tidur, dapur dan ruang tamu terlihat menyatu dalam satu ruangan.
"I-ini uangnya Pak Agam." Membungkuk menyodorkan uang.
"Kau pikir saya butuh uang itu, saya tidak butuh! Pegang saja untukmu!"
"Lho tadi kan kata Pak Agam?" Linda memberanikan diri menatap Agam.
"Sudah saya katakan saya tidak butuh uang itu Bu Linda Berliana! Saya hanya ingin memberi peringatan pada Anda tentang pernyataan-pernyataan aneh itu."
"Ya saya tahu, tapi cara Bapak memberi peringatan itu sangat licik dan kotor, kenapa Bapak begitu? Bapak memegang bokongku dan membuka risleting rokku."
Linda duduk di kursi menghadap Agam dengan wajah jutek.
"Saat itu saya hanya bingung, karena tidak bisa bicara langsung untuk mencegahmu membaca pertanyaan itu. Maaf jika Anda tidak nyaman. Berapa uang yang Anda mau agar Anda tutup mulut?"
Matanya masih beredar memandangi kamar itu.
"Tutup mulut? Sepertinya akan sulit, bagaimana kalau nanti ada wartawan yang bertanya? Saya tetap harus profesional, kan?"
"Bu Lindaa!" teriak Agam sambil menarik kerah baju Linda.
"Ja-jangan ka-kasar Pak! Toloong! Kotak pertanyaannya sudah Bapak ambil, kan? Jadi Bapak tidak usah khawatir lagi." Linda gemetar sambil menahan tangan Agam.
"Saya memang sudah mengamankan kotak itu, dan sekarang saya mau mengamankan kotak mulutmu dengan ini!"
Agam mengambil cek yang ada di sakunya. Dengan gerakan cepat Agam berdiri, mengcengkram dagu Linda, saat mulut Linda terbuka Agam memasukkan ceknya ke mulut Linda.
Entah apa motif Agam, hingga ia tega melakukan itu. Sepertinya beban kerja di HGC mempengaruhi sikapnya.
"Tutup mulutmu dan lupakan apa yang kamu tahu selamanya," tegasnya.
Agam mendorong Linda hingga presenter cantik itu tersungkur ke samping tempat tidur dan kacamatanya terlepas.
Agam lalu membalikkan badan hendak pergi.
"Puiih." Linda memuntahkan cek yang ada di mulutnya.
"Kenapa Anda kasar sekali?! Dasar ho*o!" teriak Linda spontan.
Linda langsung terkesiap dan menutup mulutnya. Tubuhnya gemetar saat melihat Agam menghentikan langkahnya dan berbalik badan.
"Apa kamu bilang?! Kau rupanya sama saja dengan mereka yang memfitnahku! Seberapa buruk dan hina aku di mata kalian, haahh?"
Agam menjambak rambut pendek Linda, tangannya yang lain mengangkat tubuh Linda dan membantingnya ke tempat tidur.
"A-ampun Pak Agam saya menyesal, mohon ampuni saya Pak! I-itu spontanitas."
Linda bersujud-sujud sambil menangis, ia lalu bersimpuh dan menggerakkan tanggannya hendak mengambil kaca matanya.
"Apa kau mau ini?"
Agam menendang kaca mata Linda.
'Kreek.' Kaca mata itu diinjak oleh Agam hingga hancur menjadi serbuk.
"Sekarang biar kubuktikan sekalian kehinaanku padamu, jika memang kau percaya aku seperti itu."
Agam membuka sepatunya, lalu membuka bajunya. Tampaklah kini tubuhnya yang indah dan berotot itu. Mata Linda membelalak, walau tidak memakai kaca mata, Linda bisa melihat betapa perkasa dan gagahnya Agam.
Linda semakin gemetar dan beringsut saat Agam merangkak ke tempat tidur sambil membuka ikat pinggangnya dengan tatapan yang dipenuhi kobaran amarah.
Kata h o m o itu begitu menyakitkan bagi Agam. Dalam keadaan emosi Agam juga mengingat sesuatu yang membuatnya kecawa. Agam mengira jika Tuan Muda yang sangat ia hormati dan ia sayangi telah melakukan hubungan suami istri dengan gadis yang dicintainya padahal mereka belum menikah.
...~Tbc~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Nunuy
agaaaam ..... knp esmosi bgt sih kamu..??? klo kamu gak seperti yg mereka tuduhkan ya jangan diambil pusying bang .... nyantai ae ....🤭🤭
2021-08-02
0
Zezen
astogeee😱😱
2021-05-16
0
azzahra
y ampunnn
2021-03-24
0