TIGA BULAN YANG LALU
_____
Apartemen Green Seroja Lantai 18.
Pukul 04.45 waktu setempat
Di sebuah kamar ukuran kecil, nan sederhana.
'KRRR ....'
Jam weker berbentuk hati berwarna putih itu berbunyi berkali-kali. Kamar itu terlihat berantakan.
Tempat tidur, meja tamu, dan dapur menyatu dalam satu ruangan. Tempat tidurnya menghadap ke sebuah televisi ukuran 14 inc yang menempel di dinding. Hanya bagian kamar mandi saja yang terhalang oleh pintu.
Setiap kali alarm pada weker menyala, sebuah tangan akan mucul dari balik selimut dan siap mematikannya. Adegan itu terus berulang sampai 5 kali.
Hingga pada bunyi keenam, sosok itu terlihat menendang selimut yang menggulung tubuhnya, tak hanya selimut yang ditendang. Guling, bantal dan boneka beruang kecil yang menemani tidurnyapun tak luput dari tendangan. Alhasil, lantaipun berantakan.
Penghuni kamar itu ternyata seorang gadis cantik. Setelah menggeliat, ia terbangun.
"Hoaam."
Ia menguap lebar, kedua tangannya direntangkan. Tiba-tiba celingak-celinguk seperti mencari sesuatu. Benar saja, saat menemukannya, gadis itu langsung sumringah.
"Ahhaa, hahaha, di sini kau rupanya," katanya saat mengambil kaca mata yang tergeletak di nakas kecil samping tempat tidurnya.
"Tunggu-tunggu, kenapa hari Minggu alarmku menyala ya?"
Dia mengernyitkan alisnya. Matanya berputar-putar untuk mengingat sesuatu.
"Ahhaa, aku baru ingat semalam aku dapat telepon untuk jadi MC off air. Bayarannya 10 kali lipat dari gaji harianku jadi pembawa acara berita. Ya Tuhan, aku kejatuhan durian runtuh. Oiya, apa benar asisten tuan Yohan akan mentransfer honorku? Katanya, jam 4 pagi mau ditransfer. Aku cek ah."
Gadis berkaca mata itu rupanya senang berbicara sendiri. Ia meraih ponsel, klik menu M-Banking. Dan ....
"Yeeeaaaahhh. Alhamdulilaah."
Dia mengepalkan tangan sambil menatap langit, gayanya saat mengatakan "Yeah," mirip dengan penyanyi rocker.
Lalu berjingkrak-jingkrak di atas kasur, sambil mengibas-ngibaskan rambutnya.
🎶 "Aku syenang syekali," katanya dengan nada lagu soundtrack terkenal animasi Doraemon.
Ia lalu berdiri meraih handuk, melangkahi barang-barang yang tadi ditendangnya, lalu masuk ke kamar mandi.
Di kamar mandi ia menyalakan maksimal keran air, lalu meraih shower dan mulai beraksi. Ujung shower sudah berada tepat di depan bibirnya.
Lalu dinaikanlah kaki kanannya ke atas ember. Bahunya mulai bergerak ke kiri dan ke kanan, disusul kepalanya berputar ala Michael Jackson.
Lalu ia pun berdendang, entah lagu apa. Sangat tidak jelas.
🎶 "Wroken wroken you, wroken. Hey, Wroken wroken you, wroken. Hey." 🎶
Gayanya ngerock.
Acap kali mengatakan "Hey," ia meloncat.
Sekarang rambut pendeknya mulai dikibaskan, punggungnya membungkuk. Saat kepalanya sudah merasa pusing, kini panggul sempurnanya meliuk-liuk. Sekitar tujuh kali putaran, ia mulai meringis.
"Aahh, pingganggu sakiiit," keluhnya.
Setelah kebiasaan buruknya di kamar mandi terrealisasikan, ia baru mandi seperti manusia pada umumnya.
***
Selepas melaksanakan kewajibannya, iapun bersolek alakadarnya. Lalu memakai setelan warna putih bercorak melati, dengan kancing berbentuk mutiara. Dipadukan dengan rok maksi di bawah lutut, berwarna hitam. Ia menyematkan name tag dengan nama Linda Berliana sebagai tanda pengenal.
Hari ini ia akan menjadi MC di sebuah acara konferensi pers di mana direktur utama HGC yang merupakan perusahaan terbesar di negara itu akan menjadi narasumbernya.
"Semoga acaranya lancar," ucapnya saat mobil sedan yang dikemudikannya meninggalkan kawasan apartemen Green Seroja.
Sepanjang perjalanan menuju tempat acara, bibir tipisnya yang merah tak berhenti menyunggingkan senyum, terbayang di benaknya adik kembarnya yang lucu Yolla dan Yolli sedang menunggunya di halaman rumah yang bersebelahan dengan kedai buah segar milik ayah dan ibunya.
"Minggu depan, kakak mau pulang dan beli boneka barbie untuk kalian," gumamnya.
***
Linda menarik napas dalam, seraya berdoa saat kakinya mulai melangkah menuju lantai dasar gedung apartemen termegah di negara tersebut.
Pukul 08.10 pagi waktu setempat, area pintu utama apartemen itu terlihat sangat ramai dan hiruk-pikuk dikarenakan oleh kehadirian para awak media nasional baik cetak maupun elektronik.
Para kameramen dan jurnalis terlihat bejejer rapi dengan setelan kebanggaan dan perlengkapan yang sudah disiapkan sedemikian rupa.
Pihak keamanan apartemen terlihat kewalahan menghadapi awak media yang terus-menerus menanyakan keberadaan sang direktur utama yang akan menjadi narasumber, ditambah kehadiran masyarakat umum.
Pihak kemanan akhirnya meminta bantuan pihak Kepolisian Sektor Kota untuk mengendalikan situasi.
***
Kediaman Sekretaris HGC
Sebagian tubuh pria itu dari pinggang sampai kaki masih tertutup selimut. Sinar mentari pagi menerobos celah tirai kamarnya memantulkan cahaya pada tubuh polosnya yang terlihat memukau dan indah.
Pria itu memang sering tidur tanpa memakai baju, namun bawahannya selalu mengenakan celana panjang yang dilengkapi dengan sabuk.
Entah yang keberapa kali ponsel pria tampan itu berdering, barulah panggilan pada pukul 08.19 direspon olehnya.
"Hallo ...."
Suaranya ngebass, entah memang biasanya seperti itu, atau mungkin hanya bangun tidur saja.
Kepalanya mengangguk-angguk saat ponsel canggihnya menempel di telinga.
Lumayan lama ia menerima panggilan, entah pembicaraan apa yang sedang dibahas. Namun saat panggilan itu selesai, pria itu langsung terbangun dan berteriak.
"Aaaaa! Tuan Deaaan!" teriaknya.
Teriakannya menggelegar, sampai-sampai burung peliharaan yang ada di kediamannya mengeleparkan sayap karena terkejut.
Pria itu lalu bersiap, sangat tampan saat tanpa kaca mata, dan berwibawa saat memakai kaca mata.
Agam Ben Buana.
The main secretary of HGC.
Itulah nama yang tercantum pada name tag nya.
***
Linda yang sudah berada di area preskon terlihat bersiap saat dari arah lift petugas kepolisian yang dilengkapi dengan pistol dan stun gun datang dan mengapit direktur utama di sisi kiri dan kanannya menuju lobi apartemen yang telah disulap menjadi ruang konferensi pers.
Linda memalingkan wajah saat matanya tak sengaja bersirobos dengan pria berkacamata yang ada di samping direktur utama.
"Tuan Deaaan, Pak Agaam ...!"
Terdengar teriakan masyarakat yang turut hadir di tempat tersebut. Mereka yang berteriak rata-rata adalah para remaja, mama muda, dan ibu-ibu yang merasa dirinya masih muda. Bapak-bapaknya terlihat cemberut saja tanpa ekspresi.
Cih, untuk apa sih mereka teriak-teriak? Apa mereka lupa kalau kedua laki-laki itu tidak normal? Batin Linda.
.
.
.
"Mohon tenang semuanya, acara ini akan segera dimulai."
Linda akhirnya berusaha menenangkan keriuhan.
Ia tampak tidak nyaman saat pria berkacamata yang sudah ia kenali identitasnya itu duduk di sampingnya.
"Baiklah, sesi pertama terdiri dari lima pertanyaan dari media cetak dan sesi kedua lima pertanyaan dari media elektronik," katanya.
"Mohon maaf Bu Linda Berliana, Tuan Dean ingin semua pertanyaan ditulis di kertas, nanti Tuan Dean akan mengambil dan menjawab 10 pertanyaan secara acak," jelas pria berkacamata yang tidak lain adalah Agam Ben Buana.
Para awak media akhirnya menulis pertanyaan mereka di secarik kertas lalu dikumpulkan di sebuah kotak transparan.
"Terima kasih atas perhatian seluruh dewan pers beserta jajarannya. Aku sangat mengapreasi karena kalian sudah mau repot-repot mengurus foto-fotoku." Direktur utama HGC terdengar memulai pembicaraan.
Acara itu awalnya berlangsung lancar, namun tiba-tiba ada salah satu pertanyaan yang tidak sesuai dengan tema.
Linda terlihat menautkan alisnya saat membaca pertanyaan itu. Awak media yang hadir saling menatap satu sama lain. Direktur dan sekretaris Agampun saling menatap.
"Aku tidak menjawab pertaanyaan di luar topik," kata sang direktur.
Tangan presenter Linda tampak bergetar, saat ia hendak membaca pertanyaan lain. Ia kebingungan antara harus membacanya lagi atau tidak. Karena yang dipegangnya bukan pertanyaan melainkan sebuah informasi.
"Tuan Bahir Finley Haiden tidak sakit dan cacat karena mencoba bunuh diri, melainkan karena percobaan pembunuhan."
Linda mematung, ia tentu saja tidak begitu faham dengan pernyataan itu. Saat ia masih kebingungan dan belum membacanya,
Agam berdiri dan mengambil kertas yang dipegang Linda.
Saat ia membaca pertanyaan itu, Agam seketika mundur satu langkah ke belakang. Hadirin yang hadir tampak kebingungan.
Agam mengambil salah satu mikrofon dan mengambil alih tugas presenter Linda yang saat ini masih tampak syok. Linda memilih duduk dan meminum air mineral sambil menautkan alisnya.
"Maaf, pertanyaan yang aku pegang ini sangat vulgar, jadi tidak akan dibacakan untuk melindungi para penonton yang masih dibawah umur," kata Agam.
Kenapa tidak kamu saja yang menjadi presenternya? Batin Linda.
Tugas Linda kini digantikan oleh Agam. Ia mengambil kembali kertas pertnyaan dan lagi-lagi pria itu mengatakan jika pertanyaannya vulgar.
"Ini adalah kertas ke-10 yang saya ambil, jika masih vulgar, pertanyaan itu akan tetap dihitung sebagai pertanyaan terakhir walau tidak dijawab oleh Tuan Muda," kata Agam.
Tuan Muda dan dia tampak dekat dan intim, tidak salah lagi, mereka memang memilki hubungan khusus. Celoteh Linda dalam hatinya.
Saat ia sudah tenang, Linda lalu meminta kertas yang ada di tangan Agam. Agam memberikannya dengan ragu-ragu. Tanpa diketahui siapapuan saat Linda berbalik, secepat kilat Agam mencengkram bokong seksi milik Linda dengan gerakan sensual.
Apa?! Apa dia gila? Kenapa memegang bokongku?! Ini pelecehan!
Linda terhentak ke depan dan terkejut. Tak sampai di situ, pria berkacamata itu juga menarik risleting rok milik Linda. Beruntung gerakan tangannya terhalang meja.
Linda semakin gelagapan dan kalang kabut. Ia dongkol, kesal dan marah. Namun tetap berusaha untuk profesional. Apalagi saat ingat jika ia telah dibayar mahal untuk acara ini.
Linda kemudian duduk di samping Agam, dan membuka kertas pertanyaan terakhir. Lagi-lagi itu pernyataan, bukan pertanyaan.
"Tuan Bahir Finley Haiden memiliki seorang anak yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaanya."
Lagi-lagi Linda kebingungan. Dan saat itu juga, tang jahil Agam kembali mencengkram bokongnya.
Dasar pria gilaaa, dasar ho*o. Batinnya sumpah serapah.
Ada apa dengan tanganku?! Kenapa refleks memegang bokong dia sih?! Padahal, aku hanya ingin dia tidak membacakan pernyataan-pernyataan itu. Tapi kenapa caraku seperti pria mesum sih?
Batin Agam berkecamuk.
"Sayang sekali pertanyaan ini juga sangat vulgar dan saya tidak bisa membacakannya, acara konferensi pers ini selesai, terima kasih kepada sponsor dan semua pihak yang telah hadir," jelas Linda.
Syukurlah dia faham maksudku. Tidak sia-sia aku menjahilinya. Aduh, maat Bu Linda, tanganku hilang kendali," kata Agam dalam hatinya.
Acara konferensi pers itu akhirnya selesai. Seluruh awak media merasa tidak puas. Mereka penasaran dengan isi dari pertanyaan vulgar tersebut. Jika ingin tahu isisnya tentu saja hanya bisa bertanya pada dua orang. Agam, dan Linda.
Agar pernyataan aneh itu tidak diketahui siapapun, saat itu juga Agam berencana untuk melobi Linda agar tidak membocorkan isi pernyataan tersebut pada siapapun.
...~Tbc~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
.
sampai naik 160 peringkat., bikin penasaran....
2021-12-06
0
Puan Harahap
seru conferensinya.thor
2021-08-25
0
Nunuy
aqu mampir nih thor .....
2021-08-02
0