Pertemuan Vanessa dan Galang sungguh diluar dugaan. Bagaimana bisa orang yang sangat tidak ingin ia jumpai justru lebih mudah bertemu lagi dan lagi.
"Galang Bagaskara itu kenapa selalu ada dimana mana" Gumam Vanessa disela-sela saat ia melangkahkan kaki nya menuju toilet.
Tanpa Vanessa ketahuil Galang yang mengikuti nya dari belakang mendengar semua perkataan Vanessa mengenai dirinya. Hingga ia baru menyadari selepas keluar dari toilet. Ia melihat Galang yang sedang berdiri menyadarkan tubuhnya ke dinding depan pintu keluar toilet sambil mengangkat satu kaki nya yang ia tempelkan ke dinding dan kedua tangan nya yang ia lipat.
Vanessa yang melihat Galang hanya berhenti sebentar tanpa berkomentar lalu melanjutkan langkah kakinya. Melihat Vanessa yang hanya diam membisu tak bersuara Galang berinisiatif untuk membuka komunikasi dengannya.
"Apakah kamu belum memaafkan saya" Tanya Galang pada Vanessa.
Vanessa hanya berhenti sejenak tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dan tanpa melihat sang pemilik suara. Ia langsung pergi dan melanjutkan langkah kakinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Rasanya dengan melihat laki-laki itu sudah membuat amarah Vanessa memuncak mengingatkan akan sebuah kepaitan. Lalu bagaimana bisa ia duduk satu meja mendengarkan mereka saling bercengkrama tanpa menoleh kepada sebuah luka atas sikapnya.
Vanessa yang tak tau apa yang sebenarnya ia pikirkan dan inginkan memilih melangkah pergi meninggalkan hotel tempat pesta dilangsungkan. Melajukan mobil sekuat mungkin dengan berbagai angan yang ingin ia lupakan.
Vanessa yang hanya menginginkan ketenangan melajukan mobilnya tanpa arah hingga ia sampai pada sebuah jalan yang amat sepi hingga hanya suara binatang yang dapat ia dengar. Beberapa detik kemudian ia memilih untuk meminggirkan mobilnya dan turun untuk meyusuri jalanan seorang diri menghirup udara malam yang sangat jarang dapat ia rasakan.
Gelap, sunyi, dan sepi, memang inilah yang Vanessa inginkan. Hanya sendiri tanpa ada seorang pun yang menganggu nya. Tapi siapa sangka lagi-lagi keadaan tak mendukung nya, beberapa gerombolan laki-laki datang dengan sempoyongan. Dengan sebuah botol minuman beralkohol ditangannya.
Vanessa memang sempat belajar seni pencak silat taekwondo, tapi jika dihadapkan dengan segerombolan laki-laki yang sedang tidak sadar ini, agaimana ia bisa melawannya seorang diri. Satu satunya yang terpikirkan oleh nya adalah melarikan diri dari mereka.
Satu dua delapan langkah kakinya mulai tak terkendalikan hingga ia tersandung bebatuan jalanan. Ia lepaskan hils yang membalut kaki jenjang miliknya berharap bisa mempermudah langkah nya. Namun siapa sangka kesibukannya pada hils itu justru membuat ia terkupang para laki-laki yang ingin ia hindari.
"Cantik banget neng mau kemana" Suara salah satu dari mereka.
"Sama Abang yuk neng kita senang senang" Timpal laki-laki lain dari segerombolan itu yang langsung membelai lengan Vanessa dengan tangannya.
"Gila mulus banget bang*at" Ucapnya pada sesama anggota gerombolan itu yang terdengar seperti sebuah informasi.
"Jangan sentuh saya" Ucap Vanessa dengan tegas.
"Kalo nggak disentuh gimana bisa jadi dedek" Ucap laki laki yang mungkin Vanessa anggap sebagai ketua geng gerombolan itu.
Dengan satu jarinya laki-laki itu memberi sebuah isyarat pada segerombolan teman temannya yang langsung dengan sigap memegang kedua tangan Vanessa. Vanessa yang dipegang kedua tangannya tak bisa melawan sama sekali. Ia berusaha untuk berontak berharap bisa terlepaskan.
"Kalian mau apa" Suara Vanessa meninggi tak kalah dengan suara suara hewan yang ia dengar saling bersahutan.
Air mata Vanessa menetes dengan derasnya kali ini tak dapat ia kendalikan. Bagaimana bisa luka yang ditorehkan Galang padanya belum bisa ia sembuhkan, lalu ia sudah mengalami kejadian yang sama sama melukai perasaan Nya.
Kejadian demi kejadian terputar jelas diingatan Vanessa kala Galang sedang memperlakukan nya dengan sangat kasar. Mengingat itu semua membuat Vanessa berteriak dengan hebatnya kala laki-laki yang mungkin sebagai ketua rombongan itu mendekatkan wajahnya ke bibir Vanessa.
"Lepaskan saya saya mohon lepaskan saya" kata Vanessa sambil terisak isak.
Gerombolan laki-laki itu tak memberikan respon lain selain menertawakan ketakutan Vanessa lalu kembali mendekat.
"Jangan mendekat" Kata Vanessa dengan terpejam untuk menghindari kontak mata karena jarak nya dengan ketua gerombolan tak beradab itu sangat dekat.
Laki-laki itu menc*um leher Vanessa dengan kasar, turun kebawah mer*mas d*da nya dan
Krakk..
Akhirnya laki-laki itu berhasil merobek baju Vanessa yang kini menampakan sebagaian bahu nya dan mungkin jika Vanessa tidak memegangi bajunya yang sudah terkoyak tadi sekarang satu payu*ara nya sudah terekspos. Tawa yang saling bersahut sahutan mengema di telinga Vanessa.
Vanessa sudah pasrah dengan keadaan, ia sadar bagaimanapun caranya ia melawan tak mungkin bisa melepaskan diri dari mereka.
Lagi-lagi Vanessa hanya bisa memejamkan mata saat salah satu laki-laki diantara rombongan itu mendekatkan kepalanya ke arah dua gundukan yang setengah terekspos itu.
Dak....
Tiba tiba seseorang muncul dari belakang tubuh laki-laki ketua gerombolan itu, dan memukul kepala laki-laki itu menggunakan kayu.
"Bangs*t" kata getua gerombolan itu dengan memegangi kepalanya yang terpukul tadi.
"Kalian ini pengecut sekali, mengatasi satu wanita saja harus bergerombol seperti itu."
"Galang" Teriak Vanessa dengan sekuat tenaga.
"Lepaskan wanita itu" Perintah Galang pada segerombolan berandalan tak bermoral itu.
"Siapa lu berani beraninya ikut campur urusan gue"
Galang terlibat perkelahian dengan gerombolan itu demi Vanessa. Mereka tidak tau sedang berurusan dengan seorang mafia yang terkenal sangat kejam dan licik itu. Dan tak perlu waktu lama bagi Galang mengalahkan lima laki-laki berandalan itu. Hingga mereka memutuskan untuk lari dari serangan Galang.
Melihat para berandalan itu sudah pergi sekarang Vanessa duduk bersimpuh di tanah dengan tangisan yang tak bisa ia kendalikan. Galang yang melihat pakaian Vanessa sobek berinisiatif untuk melepaskan jas nya dan meminjamkan nya pada Vanessa.
Sungguh melihat setengah payu*ara wanita yang ia inginkan membuat benda yang dia sebut sebagai jagoan itu lagi lagi menegang. Dan dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk menahan dan mengendalikan jagoannya itu.
Vanessa yang sedang dalam keadaan ketakutan dan kacau, memeluk Galang dan menumpahkan kesedihan nya pada dada bidang laki-laki tampan itu.
"Makasih" Ucap Vanessa dengan sesenggukan sambil tetap memeluk tubuh Galang.
"Akan ku antar kamu pulang disini lama-lama tak baik juga untuk mu" Ucap manis Galang tapi terlihat sangat kaku didengar. Pasalnya sampai detik ini hanya Vanessa yang ingin ia perlakuan dengan sopan.
"Terimakasih"
Mereka berdua pun pergi dari tempat tadi. Dengan posisi Galang membopong tubuh Vanessa karena ia masih sangat lemas tak mampu untuk berjalan sendiri.
......................
......................
......................
......................
......................
...Jangan lupa like nya ya...
...Tebak deh kita kira Vanessa dah maapin Galang belum...
...??...
...Stay tune ya...
...🤗🤗🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Bzaa
jangan2... yg mabuk anak buahnya galang nih
2021-10-29
0
Non Liz
lagiab niat amat jalan ditempat gelap neng.. kluar dr mulut serigala.. masuk.mulut beruang wkwkkk
2021-05-17
0
📍●mellyahmad30♊
hadeh luluh dah
2021-05-06
0