Dan tibalah pada hari ini. Hari yang sangat Hadian tunggu-tunggu. Hari yang akan menjadi momen yang sangat indah bagi keluarganya, terutama dia juga Ruli yang berhasil menyatukan kedua anak mereka, tanpa penolakan apapun.
Semua orang rumah telihat di sibukan dengan segala persiapan. Ada Nita sang asisten rumah yang sibuk memasak untuk hidangan hari ini, juga Aisyah yang sibuk mondar-mandir dari pagi hanya untuk memastika semuanya tertata dengan sempurna, bahkan beberapa orang terlihat sedang mempersiapkan segala hal agar rumah itu terlihat indah.
Dan jangan lupakan si tengil Zaydan. Remaja tampan itu hanya sibuk mengganggu Ataya. Zaydan keluar masuk kamar Kaka perempuannya, hanya untuk mengatakan jika gadis yang sedang bersiap-siap itu kini terlihat lebih jelek dari pada biasanya.
Setelah selesai memastikan semuanya sudah selesai, Aisyah berjalan ke arah pintu kamar Ataya, dan mengetuknya beberapa kali.
Tok tok tok!!
"Teh? bagaimana? sudah siap apa belum?" Aisyah berbicara tepat didepan pintu kamar Ataya.
Ataya yang mendengar pintu kamarnya diketuk beberapa kali menoleh.
"Masuk, Bunda. Aya sudah selesai!" Ataya menjawab.
Pintu kamarnya tampak terbuka perlahan, dan munculah Aisyah dengan senyum hangatnya seperti biasa.
"Duh, cantik banget anak Bunda." Puji Aisyah dengan raut wajah berbinar.
Dia berjalan mendekat, menatap wajah putri sulungnya lekat-lekat, dengan senyum yang tak hentinya tersungging.
Brak!
Pintu kamarnya kembali terbuka dengan sangat kencang, bersamaan dengan itu Zaydan muncul, dengan senyum jahil seperti yang selalu dia lakukan.
"Bohong, ... Bunda bohong! Teteh jelek banget. Jelek- sejelek jeleknya! Asli mirip ondel-ondel." Zaydan tertawa kencang.
Sementara Ataya terlihat sangat kesal.
"Mereka lucu ya, Bu?" Seorang MUA berkata.
Aisyah tersenyum, lalu mengangguk.
"Begitulah, setiap hari ribut begini." Jelas Aisyah.
"Dasar laknat! Aing kutuk jadi batu daek, hah!?"
(Dasar laknat! saya kutuk jadi batu mau, hah!?)
Ataya menunjuk Adik laki-lakinya dengan emosi yang mulai berkobar. Bagaimana tidak, sedari tadi dia sudah benar-benar mengganggunya.
Aisyah yang menyadari Ataya sudah naik pitam pun menyentuh pundaknya, lalu mengusap dengan sangat perlahan.
"Ihh, sana! jangan ganggu Teteh kamu dulu, umur sudah tujuh belas tahun masih suka iseng aja. Mau Bunda sentil atau bagaimana?" Aisyah memperingati.
Zaydan tersenyum lebar, seperti tak merasa takut sedikit pun kepada Kaka perempuan atau ibunya itu.
"Dih jelek! dasar jelek, ... Teteh jelek!" Zaydan terus berbicara, dan baru berhenti setelah anak remaja itu benar-benar keluar dari dalam sana.
Ataya menghela nafasnya kencang, dia cemberut.
"Sudah jangan di denger, Zaydan kan memang begitu!" Aisya mendorong Ataya untuk kembali duduk, setelah beberapa menit lalu berdiri hanya untuk mendekati Zaydan.
"Habisnya dari pagi, Bun. Zaydan gangguin Teteh terus, ... kan kesel, Bun jadinya." Sahut Ataya.
Wanita paruh baya yang sudah terlihat sudah siap dengan riasannya itu hanya tersenyum, sambil terus mengusap-usap tangannya.
"Kalian itu, yah! kalau nggak ada suka nyariin. Kadang Zaydan yang nyariin, Teteh nya dimanalah, atau Tetehnya yang nyariin Zaydan kemanalah, ... kaya Tom and Jerry." Aisyah terkekeh.
Tiba-tiba saja pintu kamar Ataya kembali terbuka, dan munculah Hardian.
"Teteh udah siap?" Hardian bertanya.
Ataya menjawab dengan sebuah anggukan pelan.
"Wih udah cantik euy!" Hardian memuji, dia terus tersenyum, menatap putri sulungnya dalam tampilan yang sangat berbeda.
"Teteh kan memang cantik, Ayah!" Ataya tersipu malu.
Hardian hanya mengangguk, kemudian dia beralih kepada sang istri.
"Masih belum datang?" Dia bertanya kepada suaminya.
"Sebentar lagi, mereka baru saja melewati perempatan lampu merah kesatu, ... ayo Bunda ikut Ayah dulu!" Hardian menggerak-gerakkan tangannya, meminta sang istri agar segera mendekat.
Aisyah menuruti Hardian, dia segera mendekat, dan meraih tangan suaminya yang terulur, hingga keduanya keluar dengan keadaan tangan yang saling menggenggam satu sama lain.
Melihat itu Ataya hanya tersenyum.
Lihatlah betapa besar cinta yang mereka miliki? bahkan sampai saat ini pun cinta Ayah untuk Bunda masih jelas terlihat, begitu pun sebaliknya.
Ataya membatin.
"Ataya! sebentar lagi kamu mau dilamar. Entah itu dengan pria seperti apa? ganteng? putih? tinggi? atau pendek? itu tidak masalah, yang penting sayang sama kamu, dan tentunya Ayah sama Bunda setuju!" Dia bermonolog, menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin.
***
Jam sudah menunjukan pukul sembilan, dan suasana diluar kamar sana sudah terdengar sangat ramai, itu jelas membuat hati Ataya semakin berdebar-debar.
"Apa sudah datang yah!?" Ataya mulai cemas.
Dia gugup.
"Duh, kok malah semakin dag-dig-dug ini!" Cicit Ataya kembali.
Ataya bangkit dari duduknya, berjalan mondar-mandir tak tahu arah, sampai dia terkaget-kaget saat pintu kamarnya terdengar di ketuk dari arah luar.
Tok tok tok!
Cukup lama Ataya menatap ke arah pintu kamarnya, sampai sebuah ketukan kembali terdengar.
"I-iya masuk saja! nggak di kunci." Ataya menjawab.
Pintu kamar pun terbuka, dan tampaklah Bi Nita menyembul kepala, sebelum dia benar-benar membuka pintu kamar anak majikannya lebar-lebar.
"Teh? hayu udah di tungguin." Nita berujar.
Ataya mengangguk, gadis yang sudah siap dengan riasan flawles itu berjalan mendekat.
"Ahh, ... i-iya Bi! tapi perasaan aku lagi nggak karuan." Dia berterus terang.
Nita tersenyum.
"Memang begitu. Nggak cuma Teteh, semua orang yang mau di lamar pasti gugup, termasuk Bibi yang dulu mau di lamar sama si Mamang." Katanya.
"Begitu yah?" Ataya ragu.
Nita pun tersenyum, lalu mengulurkan tangannya, dan diraih Ataya sampai tangan mereka saling menggenggam.
"Udah cantik, nggak usah gugup. Calon suaminya pasti klepek-klepek." Nita mencoba membuat suasana sedikit mencair.
Ataya keluar dari dalam kamarnya dengan perasaan yang tak bisa di jabarkan dengan kata-kata.
"Kalo gugup, ... tarik nafas lewat hidung, lalu buang lewat mulut."
Ataya mengangguk, dan dia pun melakukan hal yang Nita sarankan.
"Sok, ... tarik ... tarik ..."
"Buangnya kapan atuh, Bi! keburu meninggoy kali tarik nafas terus tapi nggak di buang-buang." Ataya menggerutu.
Nita hanya tertawa, melihat tingkah konyol Ataya yang saat ini terlihat begitu gugup.
Suasana rumah itu terdengar begitu ramai. Riuh beberapa orang yang sedang berbincang-bincang jelas terdengar. Ataya berjalan begitu anggun, menggenakan kebaya berwarna rose gold, dengan bawahan kain batik berwarna hitam dan memiliki lukisan batik berwarna emas, tak lupa kerudung pasmina berwarna serupa, hingga membuat Ataya sangat berbeda dengan tampilannya saat ini.
Polesan makeup tipis, terlihat dibuat senatural mungki. Memang ini pertama kalinya bagi Ataya tampil dengan bulu mata, juga lukisan alis yang menghiasi wajahnya. Namun tak membuat kecantika gadis itu berkurang, tapi justru membuatnya semakin cantik lagi, dan lagi.
Ataya yang biasanya hanya mengenakan bedak tipis, lipstik atau hanya pelembab bibir, membuat dia sedikit tidak terbiasa dengan riasan wajah yang saat ini melekat diwajahnya.
Meskipun terlihat cantik dan pangling, tetap saja kepercayaan diri Ataya sedikit menurun karena gadis itu belum terbiasa.
"Biasayan nggak makeup, sekalinya makeup pake bulu mata, jadi berasa ngatuk gini, duh!" Ucapnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Yani
Kanaya atau Ataya
2023-05-25
1
choowie
meni seeur anu karaos neng😁
2023-03-05
1
choowie
kirain lewat belakang bi😁
2023-03-05
1