Senja mulai menghilang
Berganti malam gelap bertabur bintang
Setelah letih seharian perjalanan, Dewi Anggarawati mandi dan berendam di air hangat. Sebelum mandi tadi, Dewi Anggarawati sempat meminta pelayan menyediakan air panas, meski membayar 5 keping perunggu, tapi itu setimpal dengan kenyamanan yang di dapat.
Memang sebelum berangkat untuk perjalanan pulang, Dewi Anggarawati meminta uang dari Saketi. Sekantong besar perak dia berikan pada Panji Watugunung, dan sekantong sedang berisi 200 keping perak dia pegang..
Selesai mandi dan berganti baju, Dewi Anggarawati berdandan cantik lantas menuju kamar tidur Panji Watugunung
Tok tok
Tok tok
"Masuk saja, tidak di kunci"
suara dari dalam kamar
Dewi Anggarawati tersenyum setelah membuka pintu kamar
Panji Watugunung terlihat segar, setelah berganti baju
Duduk bersila di atas tempat tidur beralas kain
"Kakang, apa aku menggangu mu?"
"Tidak Dinda,
ada perlu apa Dinda kemari?" tanya Panji Watugunung
Duduklah"
Dewi Anggarawati tersenyum tipis dan segera duduk di kursi dalam kamar penginapan itu
" Sebenarnya ada yang ingin ku tanyakan, tapi aku takut menyinggung perasaan kakang.."
"Tanyakan saja, barang kali aku bisa menjawabnya.." Panji Watugunung kembali menutup mata nya, sambil menata napas
"Sebenarnya kakang sudah tau tentang perjodohan yang aku terima bukan??" tanya Anggarawati dengan pandangan meminta jawaban
Hahhh
Seketika Panji Watugunung melotot kaget dan memandang Dewi Anggarawati yang sedang menatap tajam ke arah nya
Setelah menenangkan diri sejenak, Panji Watugunung menghela nafasnya
Huhfffttt...
"Iya, Kakang sudah mengetahui nya sejak mendengar cerita dinda di hutan latihan itu" jawab Watugunung tenang
"Lantas kenapa kakang Watugunung diam saja? Apa kakang menolak di jodohkan dengan aku?
Apa aku kurang cantik?" Dewi Anggarawati memberondong Panji Watugunung tanpa memberi kesempatan menjelaskan
" Bukan begitu Dinda,..."
Panji Watugunung belum selesai berkata,
Dewi Anggarawati sudah memotong ucapan nya..
"Terus apa? Apa ada orang lain di hati Kakang?"
Bulir air mata perlahan menetes dari ujung kelopak mata indah Dewi Anggarawati
Melihat tangis Anggarawati, Panji Watugunung terenyuh..
Dia bangkit dan memeluk tubuh Dewi Anggarawati yang duduk di kursi
Tangis Anggarawati semakin terisak sambil membalas pelukan hangat dari Panji Watugunung
"Dengarkan Kakang dulu Dinda,
Sebelumnya kakang minta maaf dulu, karna tidak segera menjelaskan masalah perjodohan ini dengan Dinda,
Kakang hanya ingin mengenal dan mengetahui sifat-sifat dari Dinda
Kakang tidak ingin grusa grusu dengan memberi tahu Dinda
Sebab pernikahan itu sesuatu yang suci, bukan untuk main main Dinda
Makanya kakang sengaja menyimpan masalah ini, agar kakang bisa mencari tau sejauh mana perasaan Kakang"
Dewi Anggarawati mendongakkan kepalanya, mencoba mencari celah kebohongan dari ucapan Panji Watugunung namun dia tidak menemukan nya
"Dan bukan kah Dinda Anggarawati juga menolak di jodohkan dengan aku?" Panji Watugunung tersenyum
Dewi Anggarawati terkejut mendengar Panji Watugunung berkata seperti itu
Dia lupa, bahwa dia kabur dari istana Seloageng karna menolak perjodohan itu
Dia lupa, karna dia jatuh cinta pada lelaki tampan yang menolong nya tanpa mengetahui bahwa lelaki yang di tolaknya adalah lelaki yang di cintai nya
"Aku aku tidak menolak kog...
"Aku hanya marah pada Romo Adipati memaksa perjodohan"
Dewi Anggarawati tergagap bicara
Dia segera menunduk, wajah nya merah seperti tomat matang
Malu, dia sangat malu mengakui lelaki yang dia tolak di jodohkan dengan nya tenyata lelaki yang sangat di cintai nya
'Duh bagaimana ini?'
Dalam kebingungannya, suara Panji Watugunung mengagetkan nya
"Apa dinda masih menolak di jodohkan dengan aku?"
Deggg...
"Aku tidak menolaknya!"
Tanpa sadar, Dewi Anggarawati menjawabnya
'Hahhh,
apa yang sudah ku ucap kan?'
Bodoh bodoh bodohhh'
rutuk Anggarawati.
Dewi Anggarawati semakin tak berani mengangkat wajahnya. Wajah nya seperti kepiting rebus.
Panji Watugunung tertawa kecil
Kali ini dia sengaja mengerjai putri Adipati Seloageng itu
"Lha kenapa tidak jadi menolak?"
"Aku mencintainya"
Lagi lagi mulut Dewi Anggarawati tak terkontrol,
jantung Anggarawati berdetak kencang seperti mau meledak
Cupp
Sebuah kecupan mesra mendarat di kening Dewi Anggarawati
'Kakang Panji Watugunung mencium kening ku.
Ini bukan mimpi. Ini bukan mimpi'
Pelan Dewi Anggarawati mendongakkan kepalanya,
Panji Watugunung tersenyum manis disana.
Seketika dia sadar...
"Aaaaaaaaaa kakang Watugunung mengerjai ku! " Anggarawati teriak sambil berdiri dan menjauhi lelaki tampan yang baru saja mencium kening nya..
Panji Watugunung terkekeh geli melihat tingkah Dewi Anggarawati
"Kakang Wugunung jahat,
aku benci kakang"
Anggarawati yang merasa malu di kerjain habis habisan oleh Watugunung bermaksud berlari keluar kamar, namun baru mau melangkah tangan nya di tarik oleh Panji Watugunung.
Anggarawati tak siap, langsung menabrak tubuh lelaki tampan itu.
"Yakin benci?? "
tanya Panji Watugunung yang gelagapan menjawab pertanyaan karna hangat pelukan dari lelaki yang di cintai nya
"Benar benar cinta"
ucapnya lirih tapi terdengar jelas oleh Watugunung
Dewi Anggarawati semakin merah padam wajah nya dan membenamkan wajahnya di dada Panji Watugunung
Panji Watugunung tak menjawab, indra pendengaran nya bereaksi saat ada suara pelan jatuh di atap penginapan.
'Satu
Dua
Tiga
Empat
'Hem empat tikus rupanya'
Lalu Panji Watugunung berbisik pada Dewi Anggarawati yang masih mematung dalam pelukannya
"Dinda, ada empat tikus ingin bermain dengan kita. Dinda pura pura saja tidak tau. Dinda setelah ini mundurlah ke kamar. Panggil Paman Saketi untuk bersiap siap.. Soalnya tikus nya mulai berdatangan" ucap Panji Watugunung setelah merasakan kehadiran beberapa orang yang duduk di atap bangunan lain
Dewi Anggarawati terkejut tapi segera menyadari situasi.
"Hoahhhh baiklah Kakang, aku ke kamar ku dulu ya. sudah ngantuk nih" Anggarawati sengaja mengeraskan suara
Anggarawati segera keluar dari kamar Watugunung, setengah berlari dia menuju kamar Saketi
Dan..
Tok tok tok
tok tok tok
"Paman, bangun paman!!
Pintu kamar terbuka, Saketi setengah ngantuk memandang kearah Dewi Anggarawati
"Ada apa Gusti Putri??"
"Sssstttttt,
coba tajamkan pendengaran paman!! '' bisik Anggarawati
Seketika raut wajah Saketi kaku, dia bisa merasakan ada banyak orang di atap penginapan..
"Cepat bangunkan yang lain paman, Kakang Watugunung sudah menghadang mereka"
Baik Gusti Putri"
Sedangkan Watugunung, setelah Dewi Anggarawati keluar kamar segera membuka jendela lalu melompat menghadang orang orang berpakaian hitam diatas penginapan
Melihat ada sosok menghadang, orang orang berpakaian hitam itu terkejut..
"Rupanya ada pendekar juga di rombongan orang kaya"
"Kalian bunuh dia" teriak seorang lelaki tinggi besar
Dua orang berpakaian hitam melesat melempar pisau pisau kecil kearah Watugunung
Watugunung melompat mundur kebelakang menghindari pisau , belum sempat menjejakkan kaki, pisau pisau kecil lain melesat mengincar punggungnya..
Namun Watugunung dengan mendorong tenaga dalam nya kebawah, bersalto di udara dan berdiri diatas dedaunan di pohon besar di samping penginapan
"Ilmu meringankan tubuh yang hebat,
Siapa kau?"
"Aku?"
"Tentu saja kau, memang siapa lagi?" teriak pria berbadan tinggi besar gusar
"Aku hanya pengelana" Jawab Panji Watugunung tenang
"Keparat, sebutkan namamu, pantang bagi Bajing Ireng menghabisi nyawa manusia tanpa tau namanya" ,lelaki yang menyebut dirinya Bajing Ireng itu semakin marah..
"Jadi kau Bajing Ireng?"
*bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 325 Episodes
Comments
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagiiieee 👌👌👌
2023-12-20
0
Bang Roy
benci : benar benar cinta. kata kata modern dipakai dari dulu ya
2023-01-17
2
rajes salam lubis
lanjutkan
2023-01-14
3