"Guru,
apa tindakan kita selanjutnya?" tanya Watugunung
"Tingkatkan kualitas latihan kalian, malam ini giliran mu Watugunung menerima ilmu Tapak Dewa Api. Siapkan mental dan tenaga dalam mu" ujar Mpu Sakri kepada Panji Watugunung
"Baik guru" Watugunung memberi hormat
Malam itu Watugunung mendapatkan ilmu Tapak Dewa Api dari gurunya..
*Blarrrr..!!!
Panji Watugunung menurunkan kedua tangan nya setara pinggang sambil menghembuskan nafas panjang..
"Bagus Watugunung, kau memang benar-benar berbakat.. Jika mampu mengkombinasikan Jurus Pedang Tanpa Bentuk dan Tapak Dewa Api tingkat 8 ini, akan sulit mengalahkan mu walau itu adalah pendekar dengan tingkat dalam setara"
Terus berlatih, tingkatkan kualitas tenaga dalam mu dan jangan jumawa menjadi pendekar" pungkas Mpu Sakri
"Murid mengerti guru" ujar Panji Watugunung
"Ayo pulang ke Padepokan, ini sudah hampir tengah malam "
Usai berkata, Mpu Sakri melesat menggunakan ajian Sepi Angin menuju Padepokan
Watugunung melompat menyusul gurunya
Walaupun baru saja mengerahkan tenaga dalam cukup banyak, namun tidak tampak raut muka lelah di wajahnya.
Sesampainya di padepokan, suasana malam begitu sunyi. Hanya 4 penjaga yang masih tampak membuka mata disana.
Watugunung segera menuju bilik di gandok barat. Sementara Resi Mpu Sakri bergegas menuju bilik tengah untuk bersemedi..
Keesokan paginya
Warigalit, Ratna Pitaloka, Panji Watugunung dan Sekar Mayang sudah berpeluh keringat
Sejak matahari terbit mereka telah berlatih gerakan silat dasar dari silat Padas Putih
Sementara itu, Dewi Anggarawati sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk mereka semua
"Kakang Watugunung,
Palapendem rebus pesenan kakang sudah siap santap nih" ucap Anggarawati sambil tersenyum membawa sepanci uwi dan singkong rebus panas
"Huhhh ada yang cari perhatian tuh kakang" sungut Ratna Pitaloka
"Iya tuh, sebel banget lihat nya"
sambung Sekar Mayang
Panji Watugunung hanya geleng-geleng kepala melihat dua adik seperguruannya itu, lalu menghentikan gerakan silatnya menghampiri Dewi Anggarawati di serambi kediaman Mpu Sakri..
Ya, sejak kedatangan Dewi Anggarawati di kediaman Mpu Sakri, Ratna Pitaloka dan Sekar Mayang selalu merasa wanita itu merebut perhatian Panji Watugunung dari mereka
Melihat Watugunung berhenti, Ratna Pitaloka dan Sekar Mayang langsung ikut menyusul kakak seperguruannya itu ke serambi kediaman Mpu Sakri
"Masih panas Kakang, pelan pelan makan nya ya?" ujar Anggarawati tersenyum manis seraya mengulurkan pinggan berisi beberapa potong uwi rebus
"Makasih ya Dinda Anggarawati", Watugunung tersenyum tulus
"Ah, aq juga mau" sahut Ratna Pitaloka menyambar pinggan itu
"Eh hati ha...."
"Aahhh panas..."
teriak Ratna Pitaloka
"Sudah di bilang panas, masih juga ngeyel" ucap Panji Watugunung
"Huuu dasar Kangmbok Pitaloka, tukang ngeyel" imbuh Sekar Mayang
"Apa kau bilang? Tukang ngeyel? Kau mengajakku ribut Mayang" , ucap ketus Ratna Pitaloka memandang tajam kearah Sekar Mayang
"Sudah sudah, ribut terus. Bisa tidak tenang saat makan?" potong Warigalit
"Kangmbok Pitaloka yang mulai" sergah Sekar Mayang tak mau kalah
"Masih berani kau menuduhku?" ucap Ratna Pitaloka sengit
Melihat dua adik seperguruannya masih belum selesai ribut, Panji Watugunung segera berdiri hendak pergi
"Kakang mau kemana?" tanya Sekar Mayang
"Malas dengar orang ribut melulu" Panji Watugunung beranjak meninggalkan serambi
"Ah gara gara Kangmbok, Kakang Watugunung marah"
" Bukankah kamu yang mulai duluan"
"DIAM!!!!" teriak Warigalit tak tahan mendengar adu mulut Ratna Pitaloka dan Sekar Mayang
Seketika Ratna Pitaloka dan Sekar Mayang diam
Sementara Dewi Anggarawati yang langsung menuju dapur setelah melihat lelaki pujaan hatinya itu ada disana
"Maafkan aku ya Kakang, gara gara aku mereka bertengkar hiks"
isak Dewi Anggarawati
Air mata bening menetes dari ujung kelopak mata indah nya
"Hei, siapa yang menyalahkan mu yayi?
Sudah jangan diambil hati" hibur Panji Watugunung seraya tersenyum dan tangan nya menghapus air mata yang mengalir
"Kakang tau hati mu lembut, mudah meneteskan air mata. Jangan nangis lagi ya, nanti hilang cantiknya loh"
Seketika wajah Dewi Anggarawati cerah, senyum manis mengembang di bibirnya
"Jadi menurut kakang aku cantik??"
"Eh iya, cantik lah. Tentu saja" jawab Watugunung canggung..
"Makasih kakang" jawab Anggarawati senang sambil berbunga bunga
Memang Watugunung sedikit memberi ruang hati nya untuk Dewi Anggarawati setelah dia tau bahwa wanita cantik itu di jodohkan dengan nya. Sebab dia tahu, sekali Panji Gunungsari menjodohkan dia pasti dia tak kan bisa menolak. Namun dia juga tidak bisa meninggalkan Ratna Pitaloka dan Sekar Mayang yang sudah lebih dulu menyayangi nya.
"Kakang Wugunung..."
Suara itu membuat Watugunung dan Anggarawati, menoleh..
"Ada apa Sekar Mayang?"
"Tuh di panggil guru, katanya ada hal penting mau di sampaikan" jawab Sekar Mayang
"Kamu juga di suruh kesana" Sekar Mayang menunjuk Anggarawati
Segera Panji Watugunung dan Sekar Mayang berjalan menuju serambi depan di ikuti Dewi Anggarawati di belakang..
Sesampainya di serambi, nampak Mpu Sakri duduk bersila di kelilingi Warigalit dan Ratna Pitaloka. Panji Watugunung segera duduk. Sekar Mayang dan Anggarawati mengikuti duduk di sebelahnya..
"Ada apa gerangan guru memanggil murid? ," tanya Watugunung sopan
"Ada beberapa berita penting yang mau aku sampaikan"
Pertama untuk Anggarawati dulu"
"Iya Resi, Anggarawati menunggu.. kabar apa untuk saya? tanya Dewi Anggarawati
"Begini Nduk cah ayu,
sepekan yang lalu aku sudah mengirim surat ke kadipaten Seloageng, mengabari Tejo Sumirat bahwa putri bungsu nya ada disini.. Tinggal menunggu jawaban dari si gemblung itu, apakah kau di jemput untuk pulang atau tetap di perbolehkan tinggal di sini.." ucap Mpu Sakri
"Ampun Resi, kalau boleh saya tetap disini saja Resi"
"Loh kenapa??, bukankah hidupmu lebih enak di istana Seloageng" tanya Mpu Sakri bingung
" Saya kerasan tinggal di sini Resi"
jawab Dewi Anggarawati sambil tersenyum melirik ke arah Panji Watugunung
Mpu Sakri melihat gelagat Dewi Anggarawati tersenyum simpul
"Waktu nya pulang ya pulang saja, hidup di istana enak, disini susah tiap sarapan makan pala pendem terus" ucap Ratna Pitaloka ketus sekaligus melirik Anggarawati
"Bicara apa kamu Pitaloka? tak sopan memotong ucapan guru" sahut Warigalit heran pada sikap adik seperguruannya
"Maaf kakang" tukas Ratna Pitaloka takut takut pada Warigalit
"Hemmmm, aku tidak bisa memaksa ayahmu untuk membiarkan mu tinggal disini Dewi, tapi tidak baik juga jika kamu terlalu lama meninggalkan istana. Ayahmu itu dulunya salah satu murid Padepokan Padas Putih ini. Murid kesayangan Kakang Wanabaya"
semua orang terkejut mendengar kata Mpu Sakri termasuk Ratna Pitaloka dan Sekar Mayang
"Sekarang untuk Watugunung"
"Iya guru, murid mendengarkan guru"
jawab Panji Watugunung
" Sudah hampir dua bulan Istana Kahuripan berpindah ke Dahanapura.. Semua daerah Pakuwon Dahanapura di tempati para pembesar istana Kahuripan.. Sedangkan ayahmu sudah tidak di Dahanapura sekarang,
sekarang dia di Gelang-gelang"
"Maksudnya guru? Murid tidak paham"
tanya Watugunung
"Dia sekarang menjadi Bupati Gelang-gelang"
"APAAA???!!!
Semua orang berteriak karena memang tidak ada yang tahu siapa sebenarnya orang tua Panji Watugunung kecuali Resi Mpu Sakri dan Watugunung sendiri..
"Maksud guru, ayah Kakang Watugunung itu sekarang Bupati Gelang-gelang?? " tanya Ratna Pitaloka
"Iya, Dulu dia Akuwu di Dahanapura.. Meskipun hanya Akuwu, tapi sebenarnya dia adalah kerabat keraton Kahuripan. namanya Panji Gunungsari" ucap Mpu Sakri sambil mengelus jenggotnya
Semua orang terkejut mendengar nama Panji Gunungsari,
"Tu-tunggu Resi, maksud Resi kakang Watugunung i-ini adalah Putra Panji Gunungsari?? Benarkah guru? "
Dewi Anggarawati tergagap mendengar nama Panji Gunungsari..
"Iya, dia ayah dari Watugunung"
Dewi Anggarawati segera melirik ke arah Panji Watugunung yang tenang menatap ke Resi Mpu Sakri. Hatinya langsung bahagia. Senyum manis mengembang setelah tau laki laki pujaan hatinya adalah lelaki yang di jodohkan dengan nya..
'Terimakasih Romo Adipati' batin Dewi Anggarawati
"Kenapa kau senyum senyum begitu?" tiba tiba suara ketus Ratna Pitaloka membuyarkan lamunan Dewi Anggarawati
"Huhh bukan urusan mu wekkk!!"
"Kau....!!!"
Ratna Pitaloka mengepalkan tangannya
"Sudah jangan berisik, dengarkan dulu penjelasan dari guru" Warigalit melotot ke arah Ratna Pitaloka yang langsung mungkret tanpa berani menoleh
"Ayahmu meminta ku agar mengijinkan kau mengunjungi tempat tinggal baru nya. Apa kau bersedia Watugunung??" tanya Mpu Sakri
"Murid tidak keberatan guru, namun murid minta waktu setengah purnama untuk memperdalam ilmu dan tenaga dalam murid guru? " jawab Watugunung
"Baiklah, ku ijinkan. Tingkatkan kualitas tenaga dalam mu sebelum kau turun gunung"
*bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 325 Episodes
Comments
Mahayabank
Mantaaap...Lanjuuuut lagiiee 👌👌👌
2023-12-19
0
Mahayabank
mantaaab /Ok//Ok/
2023-12-19
0
Mahayabank
sepanci uwi.....
2023-12-19
0