Terperangkap luka.

Note, gengs, cerita ini enggak jadi di pindah dan akan terus di sini, sampai tamat. Itu janjiku jadi jangan lupa vote ya. Mulai besok udah up rutin

Albert terperanjat kaget saat melihat nama id pemanggil yang tak lain adalah Chiristian.

Ia tak berani mengangkat telpon dari Christia, lebih baik ia menelpon balik Christan saat sudah berada di apartemennya.

Albert mengusap wajah kasar, ia menatap pintu Aida yang masih belum terbuka. Ia bangkit dari duduknya dan berniat pulang ke apartemennya. Sejenak, Albert menatap pintu lagi, berharap Aida  keluar dari pintu tersebut. harapan hanya tinggal harapan nyatanya pintu itu masih setia tertutup.

Albert meninggalkan rumah Aida lalu berjalan ke mobilnya ia menjalankan mobil dengan pelan. Sungguh, ia sungguh malas untuk pulang ke apartemennya dan bertemu Sonya.

setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya Albert sampai di apartemenya. ia berjalan dengan langkah gontai saat menuju unit apartemen miliknya.

Saat membuka pintu apartemennya, keningnya mengernyit. Ia heran, kenapa apartemennya masih gelap.  Bukankah seharusnya Sonya sudah ada di apartemennya.

Albert berjalan ke arah saklar lampu, saat akan menyalakan lampu, terdengar suara ponsel miliknya. Ia merogoh sakunya kemudian melihat siapa yang memanggil.

"Shittt!" Umpat Albert, tertera nama Christian di layar ponselnya, lagi-lagi sang ayah yang menelponnya.

"Apa kau bodoh, Albert!" bentak Christian saat Albert mengangkat telponnya. Christian berteriak begitu keras hingga Albert langsung menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Ada apa, Dad?" tanya Albert, pura-pura  tak tahu.

"Jika kau tak menjemput Sonya di pantai,  Daddy dipastikan, Aida akan lenyap selamanya,"  ucap Christian di sebrang sana, membuat mata Albert membulat.

"Shitt!" umpat Albert lagi. Ia Iangsung berlari ke arah luar dan berlari ke basement untuk pergi ke mobilnya dan menjemput Sonya di pantai yang telah Christian beritahu.

•••

Entah berapa lama Sonya terdiam memandang lautan, yang pasti.  Sedari tadi, air mata tak berhenti mengaliri wajah cantiknya.

Ini lebih perih dari apa pun. Besok, semuanya berubah. Ia bukan lagi sonya yang dulu.  Ia berubah menjadi Sonya yang baru dan terasa asing bagi dirinya sendiri.

Angin laut begitu menusuk pada kulitnya, rasa dingin menjalar kesuluruh tubuh, membuat Sonya memeluk dirinya sendiri begitu erat. Walaupun begitu, Sonya menyukai suasana ini. Dingin dan sepi, hanya dua hal itu yang membuat Sonya bisa merasa tentram, walau sejenak.

"Apa kau bodoh! kenapa kau harus ke pantai dan menyusahkanku!" teriak Albert dari belakang, membuat Sonya menoleh. Sonya, menghapus Air matanya. Lalu bangkit dari duduknya

"Jika saja Daddy tak mengancamku, mana mau kau repot-repot menjemputmu!" umpatnya lagi saat berada didekat Sonya.

Sonya memandang Albert dengan tatapan meremeh ia sama sekali tak peduli dengan apa yang diucapkan lelaki yang kini telah resmi menjadi suaminya. Memangnya apa pedulinya, begitulah pikir Sonya.

tanpa membalas ucapan Albert, Sonya melangkahkan kakinya melewati tubuh Albert begitu saja, membuat Albert menggeram kesal terlihat jelas rahang Albert mengeras.

"Apa kau tidak diajarkan tata krama oleh keluargamu!" teriak Albert saat Sonya  sudah berjalan mendahuluinya.

"Faktanya aku tak mempunyai keluarga."  Sonya membatin dalam hati saat Albert berteriak padanya. Ia masih tak menoleh, dan membiarkan Albert terus mengomel di belakangnya.

••••

"Apa kau pikir aku supirmu, Hah!" bentak Albert pada Sonya saat Sonya duduk di kursi belakang.

Sonya memejamkan matanya saat mendengar teriakan Albert ,sungguh hari ini tenaganya sudah terkuras habis. Seandainya ia masih mempunyai tenaga sudah dipastikan ia akan meladeni debatan Albert.

Tanpa mendengar celotehan Albert, Sonya  bersidekap, menyilangkan kakinya lalu menyandarkan kepalanya ke jendela dan memejamkan matanya. Membuat Albert ingin sekali mencekik wanita yang saat ini sudah menjadi istrinya.

"Aku akan menelpon Uncle Christian jika kau mengangguku lagi," kata Sonya. Albert yang akan berteriak kembali langsung terdiam. Ia menghela nafas saat Sonya mengancamnya. Kini ia sadar, bahwa Sonya bukanlah wanita sembarangan dan tak mudah untuk  diskriminasi.

pada akhirnya, Albert langsung terdiam. Ia  menyalakan mobilnya dan menjalankannya.

hening, di dalam mobil hanya terjadi keheningan. Sonya  tetap setia memejamkan matanya, karena ia sungguh malas menatap Albert. Begitupun Albert, ia fokus menyetir karena ia juga malas harus menatap Sonya.

Saat sampai di apartemen, Sonya  mengekor dibelakang Albert. Beberapa pasang mata melihat kearah mereka karena Sonya  masih memakai gaun pengantin. Tapi, Sonya tak peduli. Ia hanya ingin secepatnya mengistirahatkan tubuhnya.

"Kamarmu di sebelah sana!" kata Albert saat masuk ke apartemen. Ia menunjuk kamar yang paling ujung.

Tanpa membalas ucapan Albert, Sonya melangkahkan kakinya ke arah kamar yang ditunjukkan oleh Albert. lagi-lagi membuat  Albert berdecak kesal karena melihat sikap Sonya. Entahlah, Albert rasa, Ia  takkan sanggup untuk bertahan bersama wanita seperti Sonya.

saat masuk ke dalam kamar, Sonya mendudukkan dirinya di ranjang. Ia menatap ke seluruh penjuru ruangan. Kamar yang ditempati cukup besar terlihat sudah ada koper-koper miliknya yang berisi pakainya, tak lama matanya kembali memanas saat mengingat bahwa kini ia bukan Sonya yang dulu. Ia menyandang status sebagai istri Albert.

Dan ia harus terperangkap dalam pernikahan yang menyakitkan

Di sini tuh nnti di tulis pas Sonya CLBK sama Albert setelah 30 tahun berlalu wkwkw , tau kan Daddy albert hotnya gmna, udah tua aja masih hot, apalagi pas masih muda wkwkwkk

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***