“Permisi..”
Ucap Ken mengalihkan pandangan nenek Eliza dan juga Risa. Keduanya memandang Ken. Lelaki yang berdiri di hadapan mereka sangatlah begitu asing. Dengan perawakan yang menurut Risa sangatlah sempurna. Baru kali ini nenek Eliza dan Risa melihatnya. Sementara Ken, berdiri dengan posisi yang tegap dengan senyum tipis yang menghiasi bibirnya.
“Iya, anda siapa...?” Dengan memasang wajah masih bingung, Risa menjawab sapaan Ken.
“Maaf, saya adalah asisten yang di tugaskan untuk menjaga gadis yang tengah berada di ruang ICU tersebut, kalau boleh saya tau, nona dan nenek ini siapa..?” tanya Ken dengan sopanya.
Asisten....?
Risa masih bingung, begitu juga dengan nenek Eliza
“Nona...?” Panggil Ken menyadarkan kebingungan Risa.
“Asisten..? Maksudnya asisten siapa..?” ucap nenek Eliza yang mengernyitkan dahinya, dan menampakan kerutan yang sangat jelas.
“Maaf, saya asisiten dari tuan yang nyawanya telah di selamatkan oleh gadis di dalam ruang tersebut...” Jelas Ken dengan sangat sopananya.
“Saya nenek dari gadis itu..” jawab nenek Eliza sebelum Risa sempat menjawabnya.
“Oh maaf, bila sikap saya kurang sopan..” ucap Ken sedikit membungkukan kepala di hadapan nenek Eliza.
“Maaf nak, kenapa cucu saya bisa seperti ini..?” tanya nenek Eliza yang kembali menatap Dani dengan kesedihan yang tak dapat ia sembunyikan. Gadis yang selalu ceria, kini tengah terbaring tak berdaya di ruang itu. Di mana untuk menggerakan jarinya saja ia tak mampu. Ruangan yang sangat di takuti oleh nenek Eliza, seperti saat ia menunggui ayah dan ibu Dani waktu itu.
“Terus, bagaimana kondisi non Dani sekarang...?” tanya Risa dengan raut wajah tak kalah cemas dengan nenek Eliza.
“Dani..? Bolehkah saya tau siapa itu..?” tanya Ken yang belum tau nama dari gadis yang ia bawa ke rumah sakit itu.
“Dani adalah nama gadis yang tengah terbaring itu..” Tunjuk Risa. Ken akhirnya tahu kalau gadis itu bernama Dani.
Dengan berat hati, dan sejenak menghela nafas dalam-dalam, Ken akhirnya mengatakan keadaan Dani, “Saat ini, dia sedang koma nona, tuan kami sudah memberikan fasilitas perawatan yang terbaik di rumah sakit ini, dan melakukan yang terbaik untuk nona Dani...”
“Koma...?”
Seketika kedua lutut renta nenek Eliza melemas, seakan tulang penyangga kaki itu lenyap. Nenek Eliza lunglai, ia duduk di kursi panjang dari besi tempat orang menunggu pasien yang berstatus keluarga atau sanak famili mereka. Kini air mata dari kedua kelopak mata yang sudah mulai agak buram pandanganya itu mulai metes. Bulir demi bulir jatuh membasahi pipinya. Dalam rengkuhan sang asisten, ia menumpahkan semua kesedihanya.
Ken yang masih berdiri di dekat mereka, tak tega menyaksikanya. Ia memang jarang tersenyum, namun di sisi lain, ia adalah pria yang sangat lemah jika melihat wanita menangis. Ia akan teringat akan almarhum ibunya yang meninggal karena sakit, sebab ayahnya terlambat membawanya ke rumah sakit. Dua tahun setelah kematian ibunya, ayah Ken meninggal, beruntung ia bertemu dengan tuan Abraham Wijaya, dan menjadikanya asisten pribadinya, dialah Kendra Raditya. Pria berumur 30 an, namun belum menikah juga. Ia hanya fokus karir, karir dan karir saja.
Perlahan Ken agak menjauh dari tempatnya berdiri semula. Ia mulai mengeluarkan hp dari saku jasnya. Terliahat ia memencet nomor di sana, sesat kemudian mendekatkan benda pipih itu di dekat telinganya.
“Iya Ken, gimana..?” Suara berat dari seberang sana menjawab dengan tegasnya.
“Tuan, nenek dari gadis itu telah kemari, saya harus bagaimana..?”
“Katakan saja, saya akan segera ke sana, dan akan berbicara denganya..?”
“Baik tuan..”
Ken mengindahkan perintah tuanya, dan segera menutup telfon. Ia membalikan badan dan segera kembali mendekat kepada nenek Eliza dan juga Risa.
“Nenek, nona.., mohon maaf bila saya lancang, tuan kami akan segera tiba dan ingin berbicara dengan nenek..”
Suara Ken terdengar sopan namun sangat tegas.
“Baiklah nak...” jawab nenek yang kemudian merapatkan tubuhnya dengan sandaran kursi tunggu tersebut.
Sebuah mobil mercy berhenti tepat di depan rumah sakit tersebut. Seorang sopir dengan tergesa turun untuk membukakan pintu untuk tuanya. Terlihat laki-laki yang tadi datang bersama Ken yang membawa Dani ke rumah sakit kembali lagi. Ia melangkahakan kaki dengan dengan pasti memasuki rumah sakit tersebut.
“Tuan, anda sudah datang?”
Tuan Abraham Wijaya mengangguk, ia hanya sedikit menganggukan kepala, untuk mengode Ken, agar posisinya agak mundur sedikit di belakanganya.
“Permisi nyonya...?” sapa tuan Abraham tak kalah sopanya dengan Ken.
Nenek Eliza mendongakan kepalanya. Matanya yang belum kering oleh air mata, beradu pandang dengan lelaki yang berdiri di hadapanya.
“Maaf nyonya, kedatangan saya kemari, ingin meminta maaf kepada nyonya yang sebesar-besarnya, karena telah menyelamatkan saya, cucu anda saat ini berada di ICU, sekali lagi maafkanlah saya nyonya..”
“Ini semua sudah takdir dari yang Maha Kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa menjalaninya, dengan tetap pasrah dan berserah diri kepadanya, kejadian ini adalah suatu musibah tuan, anda tidak perlu minta maaf, semua atas kehendak Tuhan..” ucap nenek Eliza yang berusaha tetap tegar.
Lelaki yang di panggil tuan Wijaya itu tersentuh hatinya oleh kata-kata nenek Eliza. Ia tak menyangka, di dunia ini masih ada orang seperti beliau.
Neneknya saja sangat berbudi luhur begini, pasti gadis itu juga seperti ini, dari hal ini aku sudah dapat menyimpulkan, bagaimana wataknya
Tuan Wijaya terhanyut dalam lamunanya, terlintas dalam fikiranya, anaknya yang bernama Daniel Permana Wijaya, dan ia berniat akan menjodohkan Dani dengan putra pertamanya itu, sebagai balas budinya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
~Nessa
Salken Author,aku mendukung karya mu yang keren ini..
Sudah Ku tinggalkan like banyakkk juga.dan fav
Ku juga menunggumu di Karya Ku ...Saling Dukung yukk....
MAKASIH..
..Banyakkk
2021-03-27
0