Biang Gosip

Setelah puas melepas rindu, Iqbal beserta Laila dan Humaira pun pulang. Tak lupa mereka kembali kerumah Kiyai Hamid untuk berpamitan. Maher dan Arkana pun turut menemani.  Setelah berbincang sejenak, kini mereka berada diberanda rumah Kiyai Hamid. Bersiap mengantarkan Iqbal dan keluarganya pulang. Maher dan Arkana yang sejak tadi duduk menunggu diberanda pun lekas bangkit dan bergabung bersama mereka. Tak lupa sebuah pelukan mengantarkan perpisahan mereka.

“Abi dan Ummi hati-hati ya. Kabari Maher jika sudah sampai.” Ucap Maher sebelum mereka masuk ke dalam mobil. Sebenarnya peraturan pesantren melarang mereka membawa ponsel. Tapi peraturan tersebut tidak berlaku untuk para asatidz, dan beruntunglah Maher dan Arkana yang juga mendapatkan pengecualian itu.

“Iya nak, kalian juga belajar yang sungguh-sungguh.” Jawab Laila tersenyum.

“Sampaikan salam kami untuk semua orang terutama Mbah Kung dan Mbah Ti.” Sambung Arkana.

“Tenang saja nanti Humaira yang akan sampaikan.” Sahut Humaira.

“Sampaikan juga pada Alif jangan terlalu sering berdiam diri dipesantren. Sesekali dia juga harus keluar, melihat kehidupan luar pesantren.” Lanjut Arkana yang langsung mendapat cubitan dari Maher. Arkana pun meringis sekasitan sembari mengusap lengannya.

“Beberapa kali Abi mengajaknya keluar tapi Alifnya yang tidak mau. Kalau pun mau hanya ketika diajak pergi kerumahmu. Mengunjungi Oma dan Opanya. Selain itu sangat sulit untuk membujuk Alif keluar rumah.” Iqbal pun merasa sedikit kesulita dengan sikap Alif yang lebih suka berdiam diri didalam rumah.

“Berarti Gus Alif itu anak rumahan, yang artinya dia begitu mencintai dan menyayangi keluarganya. Makanya dia merasa lebih nyaman berada diantara keluarganya.” Sambung Bu Nyai atau istri Kiyai Hamid.

“Putra kami yang satu itu memang berbeda dari kedua saudaranya. Kalau Maher dan Humaira dulu hampir setiap liburan minta diajak keluar. Meski ujung-ujungnya tante dan omnya yang menamani karena kesibukan kami. Makanya mereka sangat dekat dengan ayah dan bunda Arkana.” Jawab Laila memberikan penjelasan.

“Biarkan saja Alif melakukan apapun yang dia sukai Ummi. Jangan bedakan Alif dengan kami. Maher yakin saat dia tumbuh dewasa nanti dia akan mengerti. Alif cukup pintar untuk menilai sesuatu.” Sahut Maher membela sang adik bungsu. Dia seolah memebrikan warning pada sang Ummi untuk tidak membedakan satu sama lain.

“Ya sudah kami pamit dulu. Kelamaan ngobrol nanti gak jadi pulang. Sesekkali mampirlah ke gubuk kami.” Iqbal mencoba mengakhir obrolan itu. dia bersalaman dan memeluk sahabatnya, Kiyai Hamid.

“Insyaallah kami akan sempatkan sowan nanti.” Jawab Kiyai Hamid.

“Assalamualaikum.” Lanjut Iqbal diiringi jawaban dari semua orang yang ada disana.

Mobil Iqbal semakin menjauh dan hilang di ujung jalan. Maher dan Arkana pun pamit pada Kiyai Hamid dan istri untuk kembali ke kamar. Mereka harus segera bersiap untuk mengerjakan tugas. Seharusnya hari ini mereka ada jadwal mengerjakan tugas kelompok. Berhubung tadi ada kunjungan mendadak sang Abi dan Ummi. Mereka harus menunda jadwal tersebut. Bagi mereka keluarga adalah yang utama. Toh tugas itu juga tidak harus sikumpulkan esok. Jadi masih ada cukup waktu untuk mengerjakaanya.

Sejak tadi ekor mata Aisya selalu tertuju pada Maher. Hal itu pun tertangkap oleh mata sang Ummi. Bahkan ketika Maher berlalu meninggalkan kediaman mereka. mata Aisya masih enggan melepaskan Maher. Hingga sosoknya tak mampu lagi tertangkap oleh matanya. Ummi hanya tersenyum melihat tingkah putrinya yang mulai beranjak remaja itu. Sesekali dia menggelengkan kepalanya, karena baru pertama kali ini dia melihat putrinya memperhatikan seseorang. Apalagi yang diperhatikan adalah lawan jenis.

“Sudah liatin Gus Mahernya Ais. Orangnya juga sudah tidak terlihat.” Goda Ummi setelah Kiyai Hamid masuk.

“Ummi apaan sih, Ais gak lagi liatin Gus Maher kok.” Jawab Aisya menunduk malu seraya mengelak.

"Gus Maher ganteng ya? Udah ganteng, pinter, sholeh lagi.” lanjut Ummi masih gencar menggoda putrinya. Aisyah hanya tersenyum dibalik wajah tertunduknya.

“Kenapa Abi dan Ummi tidak bilang ke Ais kalau Gus Maher itu putra Kiyai Iqbal? kemarin-kemarin Ais kira dia hanyalah santri biasa.” Tanyanya mengangkat kepala. Menatap sang Ummi meminta jawaban.

“Aisnya saja tidak bertanya, memang Ais sudah pernah bertemu dengan Gus Maher?” Ummi tersenyum menggoda.

“Hanya melihat saja sih Ummi, belum bertemu secara langsung. Baru hari ini Ais bertemu secara langsung dengan Gus Maher.” jawab Ais kembali menunjukkan wajah meronanya. Ummi kembali tersenyum gemas melihat tingkah Aisya.

“Ummi, Ais ini mbakmu vidio call.” Seru Abi dari ruang tamu.

“Mbak Dayu?” sahut Ais sumringah. Dia langsung bergegas menghampiri sang Abi diikuti oleh Ummi. Dayu adalah putri sulung Kiyai Hamid. Mereka hanya memiliki dua orang putri. Yang pertama Dayu, saat ini dia ikut bersama suaminya, dan yang kedua Aisya.

Ternyata bukan hanya Ummi yang menyadari tatapan Aisyah pada Maher. Arkana pun sempat beberapa kali memergokinya. Dia tahu jika remaja tanggung itu mulai kesemsem pada kakanya itu. Hal seperti itu sudah biasa bagi Arkana, karena memang kebanyakan wanita akan langsung kecantol begitu melihat tampang Maher. Tapi hal itulah yang sering dijadikan Arkana dan saudara lainnya untuk menggoda Maher.

Arkana langsung membagikan hal tersebut di grup. Dalam beberapa detik grup langsung ramai dengan berbagai komentar. Adnan yang paling bersemangat menggoda Maher. Mereka semua kompak memojokkan Maher. Sedangkan sang peran utama masih belum menyadari apapun. Dia masih belum sempat melihat ponselnya.

“Widih Kak Maher, udah berapa cewek yang kecantol? wkwkwk” kicau Adnan.

“Pecinta Kak Maher dari semua kalangan dan berbagai umur. Heheh….” Sambung Nada.

“Cantik tidak Kak orangnya?” kali ini Malik yang berkomentar.

“@Nada kamu juga masih bocil ya ingat itu. @Malik belajar dulu yang bener baru tanya tentang cewe cantik.” Balas Afshin mengingatkan para anggota yang masih dibawah umur.

“Awas Malik kakakmu kalau marah sangat mengerikan loh. Awas nanti jadi sasaran panahnya. Piss Kak Shin heheh….” Arkana menanggapi.

“Kak Arka ingat pesan ayah dan bunda. Kakak harus belajar yang rajin, bukanya cari cewek disana. Awas ya nanti Fiya laporin sama ayah.” Ancam Zafiya.

“Sepertinya ancaman adik kak Arka lebih mengerikan.” Balas Malik.

“Jangan dong Fiya, kakak disini sungguh-sungguh belajar kok gak macem-macem.” Arkana mencoba membujuk adiknya. Pasalnya Zafiya memang anak yang suka mengadukan segala hal pada ayah dan bunda mereka.

“Iya Fiya bilangin aja sama Ayah Ray.” Nada mengompori.

“Bisa-bisa dijemput paksa nanti.” Sambung Adnan. Arkan terlihat begitu asik dengan ponselnya.

“Kenapa sih kamu ketawa-ketawa sendiri?” tanya Maher menghampiri Arkana. Dia menggapai ponselnya yang tergeletak diatas nakas. Mulai mengecek beberapa chat yang masuk. Seketika Maher langsung membelalakkan matanya sembari berseru geram.

“ARKANA!!! Kamu nyebarin gossip apaan sih?” seru Maher menatap tajam Arkana.

“Biar rame Kak, abis bosen.” Jawab Arkana tak merasa bersalah. Tak lama ponsel mereka berbunyi bersamaan.

“Humaira sudah menebak sejak awal kalau neng Ai situ suka sama kak Maher. Jadi gimana Kak? Atau mau Humaira sampaikan langsung pada Abi dan Ummi?” Humaira pun ikut nimbrung dalam obrolan itu. maher kembali menatap tajam Arkana sembari menghembuskan nafasnya kasar.

“Jangan sembarangan deh Humaira. Kakak saja tidak kenal dengannya, dan untuk kalian semua jangan menyebarkan gossip yang tidak benar. Atau aku sendiri yang akan langsung datang memperingatkan kalian.” Balas Maher memberi peringatan dengan tegas dan jelas. Tak ada yang berani membalas lagi. peringatan Maher cukup

membuat nyali mereka menciut.

“Slow Kak hehehe……” hanya ada satu balasan masuk dan itu dari Arkana. Padahal saat ini mereka sedang duduk bersebelahan. Benar-benar kurang kerjaan sekali Arkana.

Grup kembali senyap, Maher menyimpan ponselnya kedalam saku. Dia mengambil jam tangan dan mengenakannya. Arkana memperhatikan penampilan kakaknya yang sudah sangat rapi. Dia yakin jika Maher hendak pergi. Tapi kemana? Tidak biasanya Maher pergi tanpa mengajak dirinya. Arkana pun dibuat penasaran.

“Mau kemana Kak?” tanya Arkana.

“Percetakan, mau foto copy bahan kuliah yang kemaren.” Jawabnya datar.

“Foto copian Farah?” Arkana langsung berdiri.

“Heemmm…” Maher hanya berdehem tanda mengiyakan.

“Aku ikut,” sahut Arkana cepat. Dia langsung menyambar jaketnya dan bersiap. Maher tak menjawab, mereka langsung pergi menuju foto copyan tempat Farah bekerja.

.

.

Bersambung.....

.

.

.

Segini dulu ya nanti disambung lagi kalau ada waktu. Maaf belakang ini akan slow update, mohon dimaklumi. Salam hangat selalu

Terpopuler

Comments

Agustina RS

Agustina RS

lanjut Thor 👍

2021-05-08

1

Ruby Talabiu

Ruby Talabiu

lanjut tjor kapan tau ni farah kasian dia

2021-05-03

1

Az zahra

Az zahra

lanjut thor

2021-05-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!