Hari ini Iqbal dan Laila berencana untuk mengunjungi putra sulungnya dan sang keponakan. Katanya Laila sudah sangat rindu pada putra sulungnya itu. Padahal baru sekitar sebulan mereka tak bertemu. Tapi rasa rindu seorang ibu tak akan pernah bisa tertahankan. Jadilah Iqbal memutuskan untuk mengajak istrinya mengunjungi Maher. Dari pada dia terus melihat Laila murung dan mendengar rengekannya. Sembari menjenguk sang anak, sekalian sowan dan mengunjungi teman lamanya. Begitulah yang difikirkan oleh Iqbal.
Mereka pun tak hanya pergi berdua, putri tunggal mereka pun ikut. Ya Humaira meminta untuk ikut. Dengan alasan yang sama dengan sang Ummi, dia ingin bertemu dengan sang kakak. Kalau sudah bicara soal rindu, Iqbal tak bisa melarangnya. Mungkin karena Humaira adalah anak perempuan satu-satunya, dia menjadi sedikit manja. Bukan tanpa alasan, sejak kecil dia memang sering dimanjakan oleh semua orang. Selain itu dia juga begitu dekat dengan para saudaranya, Maher dan Alif. Kedua saudara laki-lakinya itu selalu menjaga Humaira dengan sangat baik sejak kecil. Dia merasa selalu dilindungi oleh keduanya.
Berbeda dengan Humaira, sang adik bungsu Alif terkesan pendiam dan memiliki pembawaan yang tenang. Bisa dibilang Alif bisa bersikap lebih dewasa dari Humaira. Meski usia mereka terpaut empat tahun. Namun Alif mampu menjadi adik yang selalu melindungi sang saudara perempuan. Apalagi setelah Maher pergi, tanggung jawab menjaga Ummi dan kakak perempuannya kini sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya. Meski pada keyataannya Maher dan Iqbal tak pernah memberikan tanggung jawab itu pada Alif. Namun baginya sebagai seorang laki-laki, dia harus mampu menjaga semua keluarganya terutama Ummi dan kakaknya.
Setelah Abi, Ummi dan kakaknya pergi meninggalkan pesantren. Alif memilih membantu Mbah Kung merapikan ruang baca yang ada didalam rumah mereka. Setelah memutuskan untuk rehat mengurus pesantren. Mbah Kung atau Kiyai Arif memang lebih sering menghabiskan waktunya diruang baca. Beliau akan mengingat dan mengkaji kembali apa yang pernah dipelajarinya sewaktu menjadi santri dulu. Meski sudah berusia senja, beliau tak lantas melupakan segala ilmu yang dimilikinya. Sesekali beliau juga membagi ilmunya itu kkepada para cucu saat mereka semua berkumpul. Sangat menyenangkan rasanya bisa membagi apa yang kita punya pada orang lain. Apalagi kalau mereka semua mererapkan apa yang telah kita ajarkan. Kebahagiaan yang dirasakan akana berlipat ganda.
“Alif, kenapa kau tidak ikut Abi dan Ummi mengunjungi Kak Maher?” tanya Mbah Kung disela kegiatannya merapikan buku dan kitab.
“Alif mau disini saja membantu Mbah Kung dan Mbah Ti.” Jawab Alif tersenyum.
“Apa kau tidak rindu pada kak Maher? Kak Humaira saja sangat senang saat Abi mengajaknya mengunjungi kak Maher?” lanjut Mbahk Kung menghentikan pekerjaannya.
“Tentu saja Alif juga rindu pada Kak Maher. Tapi kalau Alif ikut, siapa yang akan menemani Mbah Kung dan Mbah Ti.” Jawab Alif menatap Mbah Kung. Beliau hanya tersenyum menanggapi jawaba Alif. Dia memang memiliki hati yang sangat penyayang.
“Kan disini ada banyak orang nak. Ada para asatidz dan santri.” Mbah Kung mendekati Alif dan meletakkan tangan kanannya diatas pundak Alif.
“Tapi kan mereka ada dipesantren dan tak bisa selalu ada bersama Mbah Kung. Alif selalu ingat apa kata Kak Maher. Meski banyak orang baik yang mengelilingi kita, tapi kasih sayang dan penjagaan yang terbaik hanya akan didapatkan dari keluarga. Jadi Alif ingin menemani Mbah Kung dan Mbah Ti saja dirumah.” Jawabnya kembali tersenyum hangat. Tangan Mbah Kung beralih mengusap kepala Alif penuh rasa bangga.
“Ya sudah kita lanjutkan lagi merapikan bukunya.” Ucap beliau tersenyum. Alif mengangguk tanda setuju. Kemudian mereka melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
“Mbah Kung yakin kelak kau akan jadi orang hebat nak. Melebihi Abi dan kakakmu, karena kau memiliki hati yang sangat penyayang.” Batin Mbah Kung menatap sang cucu terkecilnya. Dia merasakan sesuatu hal yang berbeda dari sosok Alif.
Sementara itu dipesantren Kiyai Hamid, mereka dikejutkan dengan kedatangan tiba-tiba keluarga Iqbal. Untung saja hari ini Kiyai Hamid tidak memiliki jadwal diluar pesantren. Sehingga dia bisa bertemu dengan teman lamanya itu. Sudah sangat lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Pertemuan kali ini bisa dibilang temua kangen dua sahabat yang sudah lama tak bersuah. Mereka saling berpelukan melepaskan rindu sembari sesekali mengenang masa muda mereka.
Mereka semua bercengkrama sejenak diruang tamu sebelum menemui Maher dan Arkana. Aisya pun turut menjamu mereka, dia ikut bagian dalam obrolan tersebut. Meski baru pertama kali bertemu, Humaira dan Aisya bisa langsung akrab dan terlihat cocok. Aisya yang lebih muda dari Humaira begitu menghormati dan menghargai Humaira. Laila begitu senang melihat putrinya mendapatkan teman baru.
Sementara itu, Maher yang tidak sengaja melintas didepan rumah Kiyai Hamid. Dikejutkan dengan penampakan sebuah mobil yang sangat familiar untuknya. Apa lagi kalau bukan mobil sang Abi. Dia mengintip sedikit kedalam rumah Kiyai Hamid. Tidak sopan memang, tapi demi memastikan pemikirannya. Dia mencoba menelisik tamu yang sedang mengunjungi Kiyai Hamid dari kejauhan.
“Itu benar Abi dan Ummi!! Gawat ini aku harus segera memberi tahu Arkana.” Gumam Maher lekas berlari menuju kamarnya. Pasalnya terakhir kali yang diingatnya Arkana masih tidur saat ditinggalnya tadi. Kalau sampai Abinya tahu Arkana masih tidur diwaktu yang masih bisa dikatakan pagi ini. Bisa-bisa dia juga akan ikut kena ceramah gratis dari sang Abi. Bukan hanya itu, mereka pasti akan mendapatkan hukuman. Bisa jadi hafalan mereka bulan depan akan ditambah.
"Assalamualaikum. Arka… Arkana cepat bangun.” Maher menggoncang tubuh Arkana.
“Eemm… ada apa sih Kak? Arka masih ngantuk.” Jawab Arkana dengan malas. Masih dengan mata terpejamnya.
"Astagfirullah. Bangun Arkana, Abi dan Ummi ada disini. Atau kau mau Abi yang membangunkanmu?” Maher terus mengguncang Arkana berusaha memangunkannya.
“Abi siapa? Biarkan saja Abi disini, memangnya apa hubungannya dengan Arka.” rancau Arkana masih enggan bangun.
“Benar ya jangan salahkan kakak kalau sampai kau dapat ceramahan dari Abi. Jangan mengeluh juga jika nanti hafalanmu ditambah oleh Abi.” Maher mencoba mengancam Arkana.
"Iya Arka tidak akan mengeluh.” Sautnya mengganti posisi tidurnya. Maher hanya menggeleng, dia menyerah membangunkan Arkana.
Tok…. tok… tok…. Pintu kamar mereka diketuk oleh seseorang. Maher mulai panik, dia takut jika itu adalah Abi dan Umminya. Sedangkan Arkana masih setia memeluk gulingnya. Maher bingung harus melakukan apa. Membuka pintu dulu, atau membangunkan Arkana dulu.
“Assalamualaikum. Maher…. Arka….” Iqbal mengucapkan salam dan memanggil mereka. Ketika mendengar suara Iqbal, Arkana langsung terperanjat bangun.
“Abi? Abi Iqbal ada disini? Kenapa kakak tidak bilang sejak tadi.” Arkana memprotes Maher sembari menatap kesal.
“Tidak memberi tahu bagaimana. Sejak tadi aku sudah berusaha membangunkamu. Dasar kamunya saja yang gak mau dengar. Malah malas-malasan.” Jawab Maher memukul pelan kepala Arkana.
“Maher…. Arkana….” Iqbal kembali memanggil mereka dengan terus mengetuk pintu.
“Mungkin sedang tidak ada dikamar Bi.” Terdengar sahutan suara Ummi.
“Iya Bi mungkin sedang ikut mengaji dengan para santri.” Kali ini suara Humaira yang menyahut.
“Sudah sana masuk kamar mandi, cuci mukamu itu. Aku bukakan pintu dulu.” Perintah Maher. Arkana langsung tunggang langgan berlari menuju kamar mandi. Tak lupa dia menyambar haduknya. Setelah itu Maher lekas membukakan pintu.
“Waalaikum salam. Abi, Ummi, kok kemari tidak memberi kabar dulu.” Kata Maher setelah membuka pintu. Dia bersalaman dengan orang tuanya dan memeluk sang adik.
“Humaira rindu pada kakak.” Ucap Humaira manja.
“Sudah besar jangan manja terus. Ayo masuk Abi, Ummi.” Jawab Maher mencubit hidung Humaira. Kemudian dia mempersilahkan mereka masuk. Iqbal terlihat menelisik kamar tersebut. Seperti sedang mencari atau memastikan sesuatu.
“Dimana Arkana?” tanya Laila mewakili pertanyaan yang juga ingin ditanyakan Iqbal.
“Sedang mandi Ummi.” Jawab Maher tersenyum.
"Jam segini baru mandi?” sahut Iqbal menggeleng. Bersamaan dengan itu, Arkana keluar dari kamar mandi dengan handuk yang mengalung dilehernya.
“Eh… ada Abi dan Ummi. Asslamualaikum.” Sapa Arkana menghampiri mereka dan bersalaman.
“Waalaikum salam.” Jawab mereka kompak.
"Jam segini kok baru mandi sih Kak?" Tanya Humaira mengejek.
“Tadi sibuk mengerjakan tugas. Jadi baru sempat mandi, iya kan Kak?” jawab Arkana menatap Maher meminta bantuan. Maher tak menjawab dia hanya tersenyum.
“Oh iya dimana Alif?” tanya Arkana mengalihkan topik.
“Dia tak mau ikut. Katanya mau dirumah saja menemani Mbah Kung dan Mbah Ti. Oh iya tadi mereka juga titip salam untuk kalian. Bundamu juga menitipkan sesuatu untukmu.” Jawab Laila menyodorkan sebuah paper bag.
“Wah makanan nih. Pas banget Arka merindukan masakan bunda.” Sahut Arkana menghirup isi paper bag tersebut.
“Bagaimana kulaih kalian lancar kan? Kalian juga ikut megaji kan disini?” tanya Iqbal memastikan.
“Tentu saja Bi, kami mengikuti semua kegiatan disini. Kecuali saat kami sedang dikampus.” Jawab Maher. Iqbal mengangguk puas.
“Bagaimana dengan pesantren Bi?’ lanjut Maher.
“Semuanya baik, kau tak perlu fikirkan masalah pesantren. Tugasmu disini untuk belajar. Masalah pesantren biar Abi yang urus.” Jawab Iqbal seolah mengeri kecemasan Maher.
“Hei, apa kau tidak lelah bersandar terus pada kakakmu? Apa kau tidak ingin bersandar padaku?” sahut Arkana pada Humaira yang memang sejak tadi menempel pada Maher.
“Tidak, lebih nyaman bersandar pada kak Maher. Kalau bersandar pada kak Arkana yang ada Humaira dijahili terus.” jawab Humaira menjulurkan lidahnya.
“Tahu saja kau kalau kakak rindu menjahilimu.” Sahut Arkana hendak menepuk kepala Humaira. Namun tangan Maher menghentikannya.
“Jangan ganggu adikku.” Ucap Maher sarkas dengan tatapan tajam.
“Ais… hanya pegang sedikit saja tak boleh.” Gerutu Arkana yang kesal karena gagal menjahili Humaira.
“Kak Maher memang yang terbaik.” Sahut Humaira melirik Arkana. Mereka bertiga bercanda bersama. Saling melepaskan rindu dengan cara masing-masing.
.
.
Bersambung....
.
.
.
Segini dulu ya, nanti disambung lagi......
Jangan lupa like, vote, hadian dan komennya. Terimakasih yang sudah mampir dan memberikan dukungan. Salam hangat selalu. Semangat terus ya puasanya 😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sri Endarti
oh iya thor minta visualnya ARKANA sama GUS MAHER donk.tp jgn korea ya.yg anak santri gitu lho yg ganteng ,cool,alim dan manis 😀😀
2023-01-26
0
Diyah Fitriyani
zzzzzzHzCààaaAGaa
2021-05-12
0
Pujiastuti
bisa aja tu alasan arka ngerjain tugas iya sihbtugas tidur bukan tugas kuliah😅😅😅😅😅 lanjut thor semangaaattt
2021-04-28
1