Neng Aisya

Setelah lelah mencari petunjuk hampir seharian. Akhirnya keempat sahabat itu sampai dipesantren. Namun ada yang sedikit berbeda dari biasanya. Didepan rumah Kiyai Hamid terlihat beberapa santri berkumpul atau hanya sekedar wara-wiri. Sepertinya ada seorang tamu yang menyambangi rumah Kiyai mereka. Sehingga para santri begitu penasaran dengan sosok tamu tersebut.

Mereka pun memperlambat langkah demi ingin tahu apa yang sedang terjadi. Hingga mata mereka menangkan seorang gadis kecil yang sangat cantik. Dia terlihat begitu lembut berbincang dengan beberapa satriwati di teras rumah Kiyai Hamid. Sesekali mengembangkan tawa kecil sembari bercanda bersama para santri. Gadis itu terlihat begitu ramah dan lemah lembut.

“Siapa itu Rid?” tanya Arkana penasaran. Kenapa begitu banyak santri yang mengerumuninya.

“Itu neng Aisya putri kedua Kiyai Hamid.” Jawab Farid memberikan infromasi.

“Beliau memang menjadi idola diantara para santri. Selain parasnya yang ayu, kepandainnya juga diatas rata-rata. Meski masih Tsanawiyah, tapi beberapa pelajaran Aliyah sudah dikuasainya.” Sambung Adam menambahkan.

"Lalu kenapa kami baru melihatnya sekarang?” tanya Maher yang merasa baru melihat Aisya hari ini.

“Beberapa minggu lalu neng Ais berkunjung kerumah nenek dan kakeknya. Sepertinya baru pulang hari ini. Makannya banyak santri yang menyapa dan menghampirinya. Yang sedang berbincang dengannya adalah beberapa santri yang dekat dengan neng Ais. Ya bisa dibilang sahabat neng Ais.” Farid kembali menjelaskan.

“Pantas saja mereka terlihat begitu akrab.” Sahut Arkana.

“Ya sudah sebaiknya kita kembali kekamar saja. Sebentar lagi waktu ashar tiba dan kita juga harus bersiap untuk kajian sore.” Maher melangkahkan kakinya meninggalkan pelatara rumah Kiyai Hamid.

“Tidak mampir dan menyapa neng Ais dulu Mas?” tanya Adam sembari tersenyum.

“Kalian saja, aku ingin segera membersihkan diri.” Jawab Maher tanpa menghentikan langkahnya. Mereka bertiga tertawa kecil melihat respon Maher.

“Lihatlah lucu sekali kakakmu itu Arka. Biasanya semua lelaki tidak akan menolak jika diajak berkenalan atau sekedar menyapa wanita cantik.” Ucap Adam masih tertawa.

“Bagitulah kakakku, terlalu dingin seperti kulkas. Dia bahkan tak pernah memandang lawan jenis lebih dari satu menit. Kecuali Ummi dan saudari-saudarinya tentunya. Terkadang aku juga heran.” Jawab Arkana tersenyum.

“Memang begitu yang baik, kalian ini senang sekali menggoda Maher. Kau juga Arka, padahal dia itu kakakmu.” Farid menggelengkan kepalanya mengingatkan mereka.

“Habis aku gemas melihat sikapnya yang seperti itu.” jawab Arkana membela diri. Kemudian mereka bertiga segera menyusul Maher yang semakin menjauh dari mereka.

Tanpa disadari oleh mereka berempat, ternyata saat Maher melangkah pergi, Aisya sempat melihatnya. Hal itu membuat Aisya penasaran dengan sosok Maher. Selain baru pertama kali melihatnya di pesantren sang Abi. Aisya juga langsung tertarik dengan wajah tampan Maher. Sehingga dia pun langsung bertanya pada teman-temannya.

“Siapa yang bersama Kang Farid dan Kang Adam itu? Sepertinya aku baru melihatnya.” Aisya menatap para temannya. Mereka pun langsung mencari sosok yang dimaksud olehnya.

“Oh yang bersama mereka itu namnya Arkana. Kalau yang berjalan lebih dulu itu Maher. Mereka santri baru disini, tapi mereka tinggal di dalem.” Jawab salah Tina menjelaskan.

“Kenapa, neng Ais kesemsem ya sama mereka?” goda lainnya yang bernama Dinda.

“Apaan sih Din.” Jawab Aisya menunduk malu.

“Tidak apa-apa neng, wajar kok. Banyak santriwati yang juga mengagumi mereka. Mereka memang sangat tampan bak pangeran dari negri dongeng. Apalagi yang bernama Maher. Eh… tapi mereka itu sudah kuliah lo.” Sambung Vera.

“Kalian ini, aku kan cuma penasaran saja. Kenapa malah menggodaku.” Ucap Aisya tersenyum malu.

“Sudah berhenti menggoda neng Ais. Lihatlah wajahnya merah sekali.” Sahut Dinda menyenggol pelan tubuh Aisya. Aisya kembali menunduk menyembunyikan wajah dan senyum malu-malunya.

Sementara itu didalam kamar, Arkana masih gencar menggoda Maher. Dia memang sangat senang menggoda kakaknya itu. Seolah seperti hiburan untuk dirinya. Sedangkan Maher yang menjadi korban terlihat begitu sabar

meladeni Arkana. Dia tidak kesal ataupun marah padanya. Maher justru menanggapi dengan begitu santainya. Sementara itu Farid dan Adam telah kembali ke kamar mereka.

“Gimana Kak cantik tidak putri Kiyai Hamid?” tanya Arkana sembari menatap Maher dan memainkan alisnya.

“Semua wanita itu cantik Arka, itu sudah qodratnya.” Jawab Maher mengambil handuknya yang menggantung.

“Kalau sama Farah cantikan siapa?” Arkana berdiri didepan Maher. Menghadangnya yang hendak masuk kamar mandi.

“Kenapa jadi bawa-bara Farah?” tanya Maher menatap tajam Arkana.

“Ya aku hanya ingin tahu pendapat kakak saja.” Jawab Arkana kembali tersenyum. Maher tak langsung mmenjawab, dia memilih untuk diam.

“Jadi siapa yang lebih cantik?” sahut Arkana kembali bertanya.

“Cantikan Jihan, puas.” Jawab Maher sembarangan.

“Apa? Jadi kakak suka sama Jihan? Cewek jadi-jadian yang super galak itu?” sahut Arkana terkejut sampai melongo.

“Jangan sembarangan deh, kapan aku bilang suka sama Jihan? Sudah awas aku mau mandi, gerah tahu.” Jawab Maher menggeser paksa tubuh Arkana dari hadapannya.

"Ingat jangan berfikir yang macam-macam.” Maher memperingatkan Arkana. Kemudian dia segera masuk kedalam kamar mandi.

Sedangkan Arkana masih berdiri mematung tak percaya dengan jawaban Maher. Dia berfikir keras, apakah jawaban itu hanya sekedar candaan atau jawaban jujur. Arkana menggelengkan kepalanya mencoba menyadarkan dirinya. Kemudian dia berjalan menuju kursi tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia menyandarkan tubuhnya disana, mencoba berfikir jernih.

“Sepertinya kak Maher hanya bercanda. Aku tahu kak Maher tidak mungkin suka dengan wanita setipe Jihan. Tapi kalau diperhatikan sebenarnya Jihan itu cantik juga sih. Apalagi kalau dia pakai hijab, mungkin dia akan lebih cantik dari Farah. Dia juga memiliki mata yang indah dan kulit yang putih.” Arkana justru membayangkan sosok Jihan.

“Astagfirullah Arkana, kamu ini mikir apaan sih. Lagi pula cewek galak dan ngeselin kayak Jihan itu dimana cantiknya. Mau diapain juga tetap aja galak, gak ada cantik-cantiknya seperti wanita pada umumnya. Beda dengan Farah yang sangat lembut dan cantik luar dalam. Jihan mah gak ada apa-apanya kalau dibandingin sama Farah.” Arkana dengan cepat menggelangkan kepalanya. Dia menampik semua pendapatnya sebelumnya. Kemudian dia bangkit dan keluar kamar untuk menjernihkan kembali fikirannya.

Maher pun yang berada didalam kamar mandi baru menyesali apa yang dikatakan pada Arkana tadi. Sebenarnya dia hanya menjawab seadanya, tapi dia takut jika Arkana menganggapnya serius. Padahal niat hati hanya untuk mengehentikan tingkah jahil Arkana yang berusaha menggodanya. Tapi ternyata jawabannya menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.

“Kenapa juga tadi aku sebut nama Jihan. Pasti saat ini Arkana berfikir kalau itu tadi jawaba jujur dariku. Kalau Arkana benar-benar menganggap aku menyukai Jihan bagaimana? Padahal aku hanya menganggapnya teman seperti yang lainnya. Seperinya aku harus menjelaskan kembali pada Arkana setelah ini. Agar dia tidak berfikir yang

tidak-tidak. Ya aku harus menjelaskan padanya.” Gumam Maher dari dalam kamar mandi. Dia berniat menjelaskan jika jawabannya hanyalah sebuah candaan yang spontan keluar dari mulutnya.

.

.

Bersambung.....

.

.

.

Masih pada semangat kan puasanya? Semangat juga dong dukung Gus Maher dan Arkananya. Beri like, vote, hadiah dan komen kalian ya. Jangan lupa Rate dan masukkan dalam favorit.

Terpopuler

Comments

Ruby Talabiu

Ruby Talabiu

lanjut smangat thor

2021-04-24

1

Naila Putri

Naila Putri

semangat up Thor plisss

2021-04-24

1

Az zahra

Az zahra

lanjut thor

2021-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!