“Tempat terhangat dan ternyaman adalah keluarga dan seseorang yang tepat dijadikan tempat bercerita adalah saudara. Meski kerap kali terjadi perselisihan diantara saudara, namun kasih kasayanglah yang akan melunakkan hati mereka. Pada akhirnya hanya keluarga dan saudaralah yang mampu mengerti kita dan selalu ada dalam setiap
keadaan. _ ZAFIYA”
☘☘☘☘
Sore menjelang magrib, Zafiya sedang bercengkrama bersama keluarga. Sembari menunggu waktu magrib tiba, mereka memang sering melakukan dialog santai. Menikmati kehangatan keluarga dan saling berbagi segala hal. Semua anggota keluarga berkumpul diruang keluarga. Tentu saja tanpa Arkana ya, karena dia masih merantau di kota orang hehehe….
Pada waktu seperti inilah mereka bisa saling mengungkapkan perasaan. Bercerita tentang keluh kesah yang mereka hadapi. Mencoba saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi. Terkadang mereka juga mengenang masa lalu yang sangat manis. Sebuah kenangan yang selalu membuat mereka tertawa bahagia. Momen-momen bahagia yang sempat dilewati bersama.
“Bun dulu waktu kecil kak Arkan itu nakal tidak sih?” tanya Zafiya penuh penasaran. Sebenarnya terbesit rasa rindu dibalik pertanyaan itu. Dia ingin sekali mendengar cerita tentang Arkana sore ini.
“Namanya anak kecil nakal itu hal yang wajar sayang. Mereka pasti punya kenakalan mereka masing-masing. Kenakan itu terjadi karena anak kecil selalu ingin tahu banyak hal, dan hal itu cukup bagus loh untuk perkembangan nalar dan otaknya.” Jawab Assyfa bijak.
“Berarti Fiya juga nakal dong?” sahutnya memasang wajah masam.
“Siapa yang dulu suka masukin segala macem bumbu dapur kedalam kopi ayah? Segala macem kecap, saos cabe sampai saos tirampun nyemplung kedalam kopi.” Rayhan mencoba mengingatkan Zafiya. Zafiya yang tersadarpun hanya mampu tersenyum kuda.
“Itu bukan nakal Yah, itu namanya bereksperiment. Naluri anak cewek kan memag hobi buat resep-resep baru.” Zafiya memasang senyum termanisnya berusaha membela dirinya.
“Dulu Fiya juga sempet nyumputin salah satu sandal Opa gegara tidak diajak pergi.” Opa ikut menimpali membuat Zafiya semakin malu dengan kenakalannya saat kecil.
“Itu juga ide dari kak Arkana ya Opa. Bukan ide Fiya senndiri.” Zafiya masih berusaha membela diri sekuat tenaga.
“Tapi saat kak Arka sudah tinggal dipesantren Fiya masih sering melakukan hal itu. Beberapa kali sandal Oma dan Bunda juga jadi sasaran.” Kali ini Oma semakin memojokkannya.
“Sudah cukup bahas Fiyanya. Tadi kan Fiya tanya tentang kak Arka, kenapa sekarang jadi Fiya yang kena batunya?” Zafiya mencoba menghentikan obrolan itu.
Zafiya menatap mereka satu persatu seolah memberikan peringatan untuk menghentikan semua cerita tentang dirinya. Bukannya takut, justru tawa pecah diantara mereka. Zafiya pun ikut terseyum malu. Sebenarnya dia memang sedikit nakal saat kecil. Namun dia enggan mengakuinya.
“Fiya ingin tahu kenakalan apa saja yang dibuat oleh kakakmu?” tanya Assyfa mencoba membantu putrinya yang terlihat sangat malu itu. Zafiya langsung menatap Assyfa dan mengangguk mantap.
“Kalo diingat-ingat sebenarnya kenakalan kakakmu itu sepenuhnya karena protektif terhadap dirimu.” Lanjut Assyfa mengusap lembut kepala Zafiya.
“Benarkah bunda? Seingat Fiya sejak dulu sampai sekarang kak Arka suka sekali menggoda Fiya.” Sahut Zafiya mengerutkan dahinya tak percaya.
“Kalau masalah protektif kakakmu itu memang rajanya. Dulu saat kamu masih didalam kandungan saja kakakmu sudah sangat protektif.” Rayhan menjawab keraguan Zafiya. Namun Zafiya masih tidak percaya.
“Oma masih ingat dulu setiap kali Ayahmu pulang kerja pasti kakakmu akan berjaga didepan pintu kamarnya. Melarang ayah untuk masuk.” Oma mulai menceritakan.
“Bunda bahkan masih sangat hafal apa yang akan dikatakan kakakmu saat itu. ‘Ayah jangan masuk, jangan buat adik dan bunda sakit.’ Sembari bertolak pinggang dia akan menghadang ayah.” Assyfa melanjutkan sembari menirukan gaya bicara Arkana saat itu.
“Memang kenapa kok ayah tidak boleh masuk kamar?” tanya Zafiya belum mengerti.
“Tentu saja karena kamu sayang. saat hamil kamu dulu bundamu sangat tidak suka mencium keringat dan aroma tubuh ayah.” Jawab Rayhan menyindir secara halus dengan lirikan tajamnya menuju pada Zafiya.
“Setiap kali berdekatan dengan ayah, bunda selalu mual dan ujung-ujungnya hoek…hoek…. Mungkin karena itu kakakmu mengira bunda dan Fiya sakit karena ayah.” Sambung Assyfa lebih jelas.
“Itu semua bukan salah Fiya ayah mungkin memang ayahnya saja yang bau.” Celetuk Zafiya disambut oleh tawa bunda, Oma dan Opanya.
“Bukan hanya tidak diperbolehkan masuk kamar. Bahkan hampir empat bulan diawal kehamilan, ayah harus rela tidur terpisah dengan bundamu. Kau tahu kan betapa tersiksanya ayah saat itu? Belum lagi ditampah kakakmu yang menjadi satpam 24 jam untuk bunda. Semakin susah saja ayah menemui bundamu.” Ryahan memasang wajah menyedihkannya. Seolah dia benar-benar merana saat itu.
“Jangan lebay deh Yah, baru juga empat bulan berjauhan sama bunda.” Gerutu Zafiya.
"Jangankan empat bulan, sehari saja tak melihat bundamu, ayahmu itu sudah kalang kabut sayang. Ayahmu itu Bucin berat sama bundamu.” Sahut Oma.
“Mama……” gumam Rayhan menatap mamanya, dia malu pada putrinya.
“Udah kelihat itu sih Oma.” Sahut Zafiya semakin mengejek Rayhan.
“Tahu apa kamu anak kecil.” Rayhan langsung mengapit kepala Zafiya dengan lengannya.
“Ahhh bunda tolongin Fiya!” seru Zafiya mengadu pada Assyfa. Bukannya melepaskan Rayhan justru mengelitiki Zafiya, dan membuatnya tertawa terbahak-bahak.
Assyfa, Oma dan Opa hanya tersenyum senang melihat kedekatan Rayhan dan putrinya. Kebahagiaan melengkapi sore mereka. Menemani mereka menunggu senja menghiasi langit. Kebahagiaan kecil yang selalu menemani hari-hari mereka. Dari hal sepele saja mereka bisa menemukan kebahagiaan sebuah keluarga. Sungguh mereka tak perlu hal-hal mewah untuk mengungkapkan kasih sayang satu sama lain.
“Coba saja ada Arkana pasti kebahagiaan sore ini semakin lengkap. Semoga kau dan Maher juga selalu dilimpahi kebahagiaan. Bunda juga selalu berharap semoga anak-anak selalu mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Selalu diberkahi dan diridhoi oleh Allah SWT, Aamiin….” Assyfa berdo’a dalam hatinya untuk kebahagiaan semua anak-anaknya.
Dilain tempat seorang gadis terduduk ditepi ranjangnya. Matanya menyorot sebuah foto yang terbingkai kayu sederhana. Menampakkan sebuah keluarga yang terlihat begitu bahagia. Meski nyatanya hanya sebuah sandiwara. Matanya basah, entah sejak kapan bulir air menggenang disana.
Sekilah bayangan masa lalu menghampiri ingatannya. Sebuah senyum dan tawa di wajah yang penuh kerutan memenuhi ingatannya. Ya itu adalah wajah sang nenek. Orang yang selalu melimpahkan kasih sayang kepadanya selain papanya. Hanya neneklah yang selelu membela dirinya. Namun kini tak ada yang bisa membelanya. Nenek sudah tiada dan papa pun terbaring lemah.
"Nenek, Farah rindu nenek. Semoga nenek selalu bahagia disana. Do'akan Farah kuat ya nek. Agar Farah bisa selalu menjaga dan merawat papa." Farah menggapai foto tersebut dan mambawanya dalam dekapan. Membawa semua kenangan indah kedalam mimpi.
.
.
Bersambung......
.
.
.
Maaf baru sempat update hehehe..... (Udah lama,~~~~ updatenya cuma dikit lagi, kan bikin kesel!!). Maafkan diriku karena sudah buat kalian kecewa dan menunggu terlalu lama. Berhubung sekarang bulan Ramadhan kalian harus maafin loh ya.... (Eh... kok maksa thor??). Bukannya maksa tapi memang lebih baik saling memaafkan, iya kan???
Tungguin terus next episodenya ya readers tersayang. Terimakasih yang sudah selalu dukung dan memberikan semangat. Selamat menjalankan ibadah puasa untuk kalian yang menjalankan. See You Next Episode. Salam hangat selalu.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Euis Jubaedah
semnagat thor sehat selalu...d tunggu up selanjutnya...🥰
2021-04-16
1
Pujiastuti
iya thor dimaafkan jangan lupa semangaaaattt ya thor buat up up selanjutnya 💪💪💪💪
2021-04-15
1
Zifa Melinda
Lanjut thor
2021-04-15
1