Tak disangka Jihan yang baru datang pun merasa geram melihat kejadian itu. Dia mengira jika Arkana sedang mengganggu dan menggoda sahabatnya. Apalagi dia hanya melihat Arkana dan Farah saja disana. Dengan langkah kesal, Jihan menghampiri Arkana hendak memberikan pelajaran padanya.
“Berhenti mengganggu sahabatku! Beraninya ya kamu.” Seru Jihan dengan suara lantangnya. Dia menarik kerah belakang kemeja Arkana dan menjauhkannya dari Farah.
“Kamu gak apa-apa kan Farah? Tenang aja kamu jangan takut, ada aku disini.” Lanjutnya menatap Farah dan mencoba menenangkannya. Farah menatap Jihan dengan tatapan bingung.
“Apa-apaan sih kamu ini? Main tarik-tarik seenaknya. Gak sopan tahu.” Celetuk Arkana merasa sangat kesal.
“Kok malah situ yang nyolot. Penampilan rapi tapi kelakuan mines. Dasar cowok jaman sekarang bisanya cuma meresahkan saja. Kalau berani sini lawan aku jangan sahabatku yang lemah ini.” Sahut Jikan menggulung lengan bajunya. Dia bersiap berduel dengan Arkana.
"Jihan kamu apa-apaan sih?” Farah mencoba menenangkan Jihan dan meluuruskan kesalah fahaman ini.
“Kamu tenang aja Far aku akan lindungi kamu.” Jihan justru mengusap lembut pundak Farah dan kembali menatap tajam Arkana.
Jihan menghampiri Arkana dan bersiap melayangkan tinjunya. Namun gerakannya ditepis oleh Maher yang kini sudah ada didekat Arkana. Arkana yang terkejut dengan gerakan mendadak Jihan mundur satu langkah. Untung saja Maher datang tepat waktu, jika tidak wajah tampannya ini pasti sudah babak belur.
“Ada apa ini?” tanya Maher mencari tahu.
“Kamu temannya ya? Aku mau kasih pelajaran sama temanmu yang kurang ajar ini karena sudah mengganggu sahabatku.” Jihan menjelaskan seraya menunjuk Arkana. Maher manatap Arkana meminta kepastian.
“Tidak Kak, aku tidak melakukan apapun.” Sahut cepat Arkana mengangkat kedua tangannya.
“Maaf ya Mas-Mas, teman saya salah faham sepertinya. Jihan sini kamu.” Farah mencoba menengahi. Dia menarik lengan Jihan dan membawanya ke dalam. Dia menjelaskan kejadian yang terjadi tadi. Jihan mengerti dan mengakui kesalahannya.
“Sudah faham sekarang?” tanya Arkana sembari melipat kedua tangannya didepan dada. Jihan masih tak menunjukkan sikap bersahabatnya.
“Siapa yang tidak akan salah faham melihat kejadian seperti tadi. Apalagi wajah kamu itu ada wajah-wajah kriminal.” Ketus Jihan gengsi mengakui kesalahannya.
“Enak saja kamu bilang wajahku wajah kriminal. Gini-gini aku orang baik-baik ya.” sahut Arkana tak terima.
"Sudah Arkana jangan diperpanjang lagi, dan untuk Mbaknya lain kali jangan bertindak sesuka hati. Cari tahu kebenarannya dulu sebelum bertindak. Jangan sampai ada yang dirugikan hanya karna sebuah kesalah fahaman.” Maher menengahi mereka dengan bijaknya.
“Iya iya maaf.” Ucap Jihan akhirnya meminta maaf.
“Kamu kenapa kemari Jihan?” tanya Farah membuat Jihan menatapnya.
“Aku cemas padamu Far. Aku tadi kerumahmu, tapi kata mamamu kamu belum pulang. Jadi aku menyusulmu, apalagi langit akan segera gelap.” Jihan menjelaskan kekhawatirannya.
“Meski galak ternyata dia sahabat yang baik.” Batin Arkana menatap Jihan.
“Ya sudah kalau begitu sekarang kita pulang.” Ajak Farah mengambil tasnya di dalam toko. Kemudian dia menarik roling penutup toko itu.
“Apa susahnya meminta bantuan.” Celetuk Maher membantu Farah menarik roling. Farah terlihat agak keberatan menarik roling tersebut. Farah hanya tersenyum lembut menatap Maher. Sejenak mata mereka saling terkunci, hingga suara Jihan menyadarkan mereka.
“Kenapa kau sendirian Far? Dimana Mas Tio?” tanya Jihan mendekati Farah.
“Tadi Mas Tio ada urusan jadi dia pulang lebih dulu.” Jawab Farah semari mengunci roling. Kini dia merasa kikuk pada Maher, dia terus menundukkan kepala. Enggan bertatapan dengan Maher.
“Yuk Jihan kita pulang.” Lanjut Farah menggapai sepedahnya.
“Tunggu, kita belum berkenalan. Ini pertemuan kita yang kedua, tapi kita masih belum mengetahui nama masing-masing.” Arkana menghentikan langkah Farah menuntun sepedanya.
“Kita gak sudi kenalan sama kamu.” Sahut cepat Jihan dengan ketusnya. Farah menarik nafas panjang dan memberikan tatapan tajam pada Jihan. Terkadang temannya itu memang terlampau galak dan judes pada orang.
“Saya Farah dan teman saya Jihan.” Farah memperkenalkan diri mereka. dia berfikir tidak ada ruginya menambah teman. Toh mereka juga orang-orang baik.
“Saya Arkana, kalian bisa panggil Arka dan ini kakak saya Maher.” Arkana pun memperkenalkan dirinya dan Maher.
“Sudah cukup perkenalannya, hari sudah mulai gelap. Kami harus segera pulang sebelum magrib.” Sela Jihan mengakhiri obrolan singkat mereka.
“Mari Mas Maher, Assalamualaikum.” Lajut Jihan dengan lembut dan senyum manisnya. Kemudian Farah dan Jihan berlalu pergi dengan sepedanya. Tak lupa Farah mengangguk sopan sebelu meninggalkan mereka.
“Dasar cewek aneh, giliran sama kak Maher aja bersikap manis dan lembut. Dasar cewek bunglon.” Gerutu Arkana merasa kesal dengan Jihan. Dia merasa diperlakukan berbeda, terbukti saat berbicara padanya Jihan sangat ketus dan jutek. Tapi saat berbicara pada kakaknya akan berubah menjadi sosok yang manis dan lembut.
“Sudahlah jangan dimasukkan kehati. Nanti kalau sudah menempel dihari susah loh keluarnya.” Sahut Maher dengan nada menggoda.
“Ais…. Kakak ini sudah mulai ngelantur. Ayo kita balik ke pesantren.” Kata Arkana berlalu meninggalkan Maher. sementara Maher tertawa senang karena berhasil menggoda Arkana. Kemudian Maher segera menyusul Arkana.
“Ingat jangan terlalu benci, kalau kata orang benci dan cinta itu beda tipis. Sekarang benci besok bisa jadi cinta.” Maher masih terus menggoda Arkana.
“Idih siapa juga yang mau sama cewek kayak gitu Kak. Udah galak, jutek, kasar dan omongannya nyelekit. Beda sama temannya tadi, dia lembut, cantik dan adem.” Arkana membandingkan sosok Jihan dan Farah.
“Ubin kali adem.” Sahut Maher menggelengkan kepalanya. Kemudian dia mempercepat langkahnya dan gentian meninggalkan Arkana.
“Tapi memang bener kan Kak. Mereka berdua itu beda banget, yang satunya membawa ketenangan dan yang satunya membawa kerusuhan. Aku gak ngerti deh kkenapa Farah bisa punya sahabat yang bar-bar macam Jihan. Sungguh persahabatan yang bersebrangan.” Arkana kembali membandingkan mereka.
“Ingat Arka kita hidup untuk saling melengkapi. Mungki dengan adanya Jihan, Farah akan bisa terlindungi dari orang-orang yang menindasnya.” Maher mencoba berbaik sangka. Arkana pun lekas menyusul kakaknya yang jahil itu. Entah kenapa saat ini kakaknya sejahil itu, biasanya dia tidak pernah berkomentar tentang apa pun.
“Kamu percaya gak sih Far kalau mereka itu bersaudara?” tanya Jihan dalam perjalanan pulang. Mereka mengayuh sepeda secara sejajar, karena jalanan memeng sedang sepi.
“Percaya saja.” Jawab singkat Farah.
“Tapi sikap mereka berdua itu lo berbeda sekali. Kalau Mas Maher itu selain ganteng, orangnya baik, lembut dan perhatian. Kalau yang satunya suka bikin kesel.” Lanjut Jihan mengomentari mereka.
“Namanya orang itu pasti beda-beda Jihan. Gak ada orang yang sama persisi.” Farah masih mencoba membela Arkana.
“Ah…. Kamu ini selalu terlalu baik Far. Tapi aku rasa kau dan Mas Maher cocok deh. Sama-sama lembut dan baik hati. Aku tadi juga lihat bagaimana dia sangat peduli padamu saat membantu menutup roling.” Jihan mulai berandai-andai.
“Jangan ngawur deh Jihan. Kita saja baru mengenal mereka, bagaimana kamu bisa bicara seperti itu. Atau jangan-jangan sebenernya kamu yang suka sama Mas Maher? Buktinya sejak tadi kamu terus saja memujinya. Sangat jarang sekali seorang Jihan memuji seseorang.” Kali ini Farah membalikkan keadaan.
“Siapa sih yang gak akan suka sama Mas Maher. Andaikan aku memang bisa bersama dia? Ah… sudah cukup behayalnya, aku rasa Mas Maher yang tidak akan mau denganku. Sudah aku bilang dia itu cocoknya denganmu bukan denganku.” Ucap Jihan mempercepat kayuhan sepedahnya. Sebenarnya hatinya sedang berkecambuk, dia memang menyukai sosok Maher. Namun dia sadar diri dan merasa tidak pantas mengharapkan seorang Maher.
“Jangan kabur Jihan.” Seru Farah mengejar Jihan yang semakin cepat meninggalkannya. Farah tahu jika saat ini Jihan sedang menyembunyikan wajah malunya. Farah pun tersenyum senang melihat kebahagiaan sahabatnya. Dia selalu berharap sahabatnya itu selalu mendapatkan kebahagiaan. Selama ini Jihan sudah terlampau baik padanya. Jadi Farah hanya bisa mendo’akan segala yang terbaik untuknya.
.
.
Bersambung.....
.
.
.
Jangan lupa like, vote, hadiah dan komennya. Terimakasih untuk kalian yang selalu setia mendukung karyaku. Luv U All, salam hangat selalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Ruby Talabiu
lanjutttt thor
2021-04-07
1
Pujiastuti
lanjut thor semangaaatttt
2021-04-07
1
Az zahra
lanjut thor
2021-04-07
2