Kekuatan Hati Farah

Meski hidup ini sulit, jangan pernah menyerah dan mengeluh. Jalani setiap keadaan dan prosesnya dengan sabar dan tawakal. Percayalah jika proses itu yang akan membantumu berkembang. Hingga pada akhirnya kau akan mencapai puncak kebahagiaanmu bersama orang-orang terkasih._ Farah.

☘☘☘☘

Farah POV

Hidup memang tak akan bisa selamanya bahagia. Pasti akan ada bumbu kepahitan dan kesedihan yang menyertainya. Namun terkadang aku merasa iri pada mereka yang bisa tersenyum dan tertawa dengan santainya. Sedangkan aku, aku bahkan tidak ingat lagi kapan terakhir kali aku bisa tersenyum bahagia. Sejak kecil aku selalu menjalani hari-hari yang sulit. Apalagi setelah keperian nenekku, aku hampir tak pernah bisa tersenyum. Hanya ada air mata dan erangan kesakitan dari mulut kecilku.

Tapi aku tak mau meratapi nasibku. Aku masih bisa mesyukuri hidupku ini. Setidaknya dengan kehidupan kerasku, aku mampu menjadi sosok yang mandiri. Sosok yang tak akan pernah bertumpu dan mengandalkan orang lain. Aku tidak boleh terus mengeluh dan menangis. Aku harus terus berjuang. Apalagi masih ada papa yang harus aku jaga dan bahagiakan. Meski sosoknya tak mampu lagi melindungiku karena kondisinya. Maka akulah yang akan menjadi tameng dan pelindung untuk tubuh lemahnya. Hanya papa satu-satunya orang yang aku miliki. Hanya papa sosok penguatku untuk tetap bertahan menghadapi kerasnya kehidupan.

Setiap hari aku harus bangun sepagi mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Bisa dibilang aku sudah terjaga sebelum ayam berkokok. Atau pekerjaanku tidak akan selesai tepat waktu nanti. Bukan hanya harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Aku juga dituntun untuk memenuhi kebutuhan keluargaku. Aku harus bekerja untuk menghasilkan uang demi keberlangsungan hidup kami.

Bahkan yang lebih membuat aku merasa tertekan adalah aku juga harus menanggung biasa sekolah adikku. Padahal demi dia juga aku harus rela putus sekolah. Tapi apa mau dikata, aku tak bisa dan tak berani melawan dan membantah semua perintah mamaku. Mama selalu mengancam akan menyakiti papa jika aku tak memberinya uang. Aku berusaha untuk menerima dan menjalani semuanya, meski berat aku harus tetap berjuang demi melindungi papa. Andai saja papa tak jatuh sakit, pasti papa akan selalu berdiri didepanku untuk selalu membela dan melindungiku.

Aku sungguh tak mengerti kenapa mama begitu membenciku. Padahal aku sudah berusaha menjadi anak yang baik dan penurut. Tapi tetap saja setiap hal yang aku lakukan selalu salah dimatanya. Namun berbeda dengan adikku, dia begitu dimanjakan. Mama bahkan tak pernah berkata kasar padanya. Mama juga tak pernah membiarkannya melakukan pekerjaan rumah sekecil apa pun. Sedangkan aku, tanpa belas kasih mama terus saja memarahiku, membentakku dan terkadang juga memukulku. Entah sudah berapa banyak bekas luka ditubuhku ini. Aku bahkan tak bisa lagi merasakan sakit ketika luka baru menggores tubuhku.

“FARAH!!!” aku mendengar teriakan mama dari ruang makan. Aku berlari secepat mungkin menghampirinya. Saat ini aku sedang berada di kamar papa, mengantarkan sarapan dan menyuapinya.

“Ada apa Ma?” tanyaku lembut seraya menunduk.

“Apa yang kamu masak pagi ini? Masa dari tadi pagi sibuk didapur cuma ada tempe dan tahu goreng.” Mama menghardikku dengan suara lantangnya.

“Aku bosan tiap hari makan tempe terus. Aku mau makan ayam dan ikan goreng.” Sahut Gina adikku ikut memarahiku.

“Maaf tadi uangnya tidak cukup untuk membeli ayam dan ikan. Awal bulan lalu kan sebagian uang sudah digunakan untuk membayar sekolah Gina.” Aku mencoba memberi penjelasan pada mereka.

“Oh jadi kamu mau bilang kalau aku yang ngabisin uang? Mencari uang itu memang sudah menjadi tugak kamu. Kamu kan kakak, jadi kamu harus bertanggung jawab padaku.” Celetuk Gina penuh penekanan.

“Beraninya ya kamu nyalahin Gina! Aku gak mau tahu besok harus ada ayam dan ikan goreng di atas meja. Kalau sampai masih tempe dan tahu lagi. Kau dan papamu akan merasakan akibatnya. Jika perlu akan ku buat papa tak bergunamu itu lenyap sekalian.” Mama berdiri dan menarik jilbabku. Aku meringis karena rambutku pun ikut tertarik. Aku berusaha menahan jilbabku agar tak terlepas.

“Tapi Ma kita memang benar-benar tak mempunyai cukup uang.” Jawabku lirih sembari menahan perih dikulit kepalaku.

“Aku tak mau tahu, kau harus cari cara untuk mendapatkan uang lebih. Jika perlu kau harus bekerja lebih giat lagi agar bisa mendapatkan uang yang lebih banyak.” Bisiknya ditelingaku. Meski suaranya lirih namun terdengar sangat menakutkan.

“Ya sudahlah Ma aku tak berselera lagi untuk makan. Lebih baik Gina berangkat sekolah saja. Ni makan tempe goreng kesukaanmu.” Sahut Gina berlalu pergi sembari melemparkan sepotong tempe goreng ke arahku.

“Mama juga malas berlama-lama disini.” Jawab mama menghempaskan tubuhku. Aku pun jatuh terjerembab di atas lantai.

“Ayo sayang mama antar ke depan.” Lanjut mama merangkul Gina penuh kasih sayang.

Mereka lantas meninggalkan aku sendiri disana. Rasanya aku ingin menangis, tapi bahkan kini air mataku enggan keluar demi mereka. Aku memandang punggung mereka yang menjauhiku. Aku bangkit dan merapikan semua kekacauan yang ada disana. Aku kembali ke kamar papa untuk melanjutkan tugasku menyuapinya. Namun sebelum itu aku merapikan diriku terlebih dahulu. Aku tak mau papa melihat kondisiku yang berantakan dan akan membuat papa bersedih.

Ceklek….. aku memutar knop pintu kamar papa. Aku tersenyum lembut sembari menghampiri papa. Aku ingin menunjukkan jika aku baik-baik saja. Namun sepertinya papa sudah sangat mengenal diriku. Dengan mudahnya papa mengetahui sandiwaraku. Aku duduk disisinya, kembali menggapai piring yang tadi aku letakkan di atas nakas. Papa terus menatapku tajam, bibirnya bergetar. Mungkin papa sedang mengkhawatirkanku dan ingin bicara sesuatu padaku.

“Farah baik-baik saja Pa. Papa lanjut lagi sarapannya ya.” Aku tersenyum seraya menyendokkan makanan untuk papa. Namun seketika gerakanku terhenti saat aku melihat papa meneteskan air mata.

“Papa kenapa menangis? Farah sungguh tidak apa-apa Pa. Tadi mama hanya minta Farah membuatkan susu untuk Gina. Gina masih dalam tahap pertumbuhan. Jadi susu sangat baik untuk tubuh dan otaknya. Kalau Gina tumbuh jadi anak yang pintar kan dia bisa membantu kita dimasa depan. Gina bisa kembali mengangkat keluarga kita. Kita bisa hidup bahagia lagi seperti dulu.” Aku mencoba menghibur papa dengan mengalihkan topik. Aku mengusap lembut air mata papa. Ku sodorkan sendok berisi makanan itu. Perlahan papa membuka mulutnya. Aku tersenyum, setidaknya papa merasa sedikit tenang sekarang.

“Maafkan Farah Pa. Farah tidak bisa menceritakan kebenarannya pada papa. Biar Farah saja yang menanggung semuanya. Farah ingin papa cepat sembuh, Farah sayang papa.” meski bibirku tersenyum, namun batinku menangis. Aku tak ingin menambah beban fikiran papa. Biarkan papa tenang agar bisa segera pulih.

Setelah selesai menyuapi dan merapikan papa. Aku bersiap untuk pergi bekerja. Aku bekerja disebuah percetakan tak jauh dari pesantren Al Amin. Tempatnya ada didesa tetangga, tak terlalu jauh dari rumahku sebenarnya. Hanya saja jalan desa yang sedikit tidak bagus, terkadang menjadi kendalaku. Aku sering kali pergi menggunakan sepeda atau hanya berjalan kaki. Saat senggang Jihan sahabatku akan selalu menemaniku. Selama ini Jihanlah yang selalu menghibur dan menemaniku. Dia selalu ada untukku, meski dia gadis yang terlihat tomboy dan galak. Namun dia memiliki hati yang begitu baik.

Aku sengaja membungkus semua makanan yang aku masak tadi. Dari pada mubajir, aku berfikir untuk membagikannya pada orang yang membutuhkan. Biasanya diujung jalan suka ada anak-anak pengamen yang mangkal disana. Jika punya uang lebih aku kerap memberikan sedikit rizqiku padanya. Meski hanya sebungkus atau dua bungkus roti saja sudah membuat mereka senang. Tak lupa sebelum berangkat aku berpamitan pada papa. Aku juga meminta do’a padanya agar hari ini Allah memberikan kelapangan rizqi untukku. Agar aku bisa memenuhi keinginan mama dan adikku.

Seperti biasa saat mama tak ada dirumah, aku selalu menitipkan kunci pada Pak Joko tetanggaku. Beliau  orang yang sangat baik, aku selalu menitipkan papa padanya. Pak Joko akan sering menengok papa. Bakhan terkadang Pak Joko juga menemani papa sampai mama pulang. Dengan adanya Pak Joko aku merasa tenang meninggalkan papa saat bekerja.

Aku mengayuh sepedaku melalui jalanan desa yang tak rata. Sepanjang perjalanan fikiranku tak fokus. Aku selalu teringat akan perkataan mamaku. Bagaimana pun caranya aku harus bisa menghidangkan ayam dan ikan goreng itu esok. Aku hanya bisa berdo’a semoga hari ini Allah memberiku rizqi dan jalan keluar. Agar esok aku tak lagi mendapati ucapan dan tindakan kasar dari mama dan adikku.

“Ya Allah lancarkanlah rizqi hamba hari ini. Hamba selalu yakin kau sang maha pemberi solusi. Aku tidak akan pernah meragukan keagungan-Mu. Kau lah sang maha pemberi pertolongan. 'HASBUNALLAHU WA NI'MAL WAKIIL (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik sandaran)'.” Aku berdo’a dalam hati. Memberi semangat pada diriku sendiri. Aku percaya Allah tidak akan meninggalkan hambanya.

.

.

Bersambung.....

.

.

.

Jangan lupa tinggalkan like, vote, hadiah serta komen kalian. Boleh rekomendasiin novel ini ke teman-teman lainnya ya. Terimakasih, Luv U All.

See you next episode......

Terpopuler

Comments

Ade Yayuk

Ade Yayuk

masih menyimak

2021-04-08

1

Ruby Talabiu

Ruby Talabiu

thor cepat pertemukan farah dan arka,kasian sekali farah di perlakukan kaya gitu ama ibu tiri nya

2021-04-01

2

Az zahra

Az zahra

lanjut thor

2021-04-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!