Berangkat.....

Setelah menyelesaikan semua administrasi penerimaan mahasiswa baru. Hari ini Arkana dan Maher akan berangkat menuju kota L. Tempat dimana mereka akan tinggal untuk melanjutkan menimba ilmu. Ditempat baru itulah mereka akan memulai perjalan mereka. Mencoba mengungkap sebuah misteri yang selama ini ingin mereka pecahkan sejak kecil. Tentu saja dengan semua misi yang sudah mereka rancang sebaik mungkin. Arkana dan Maher berangkat dengan keyakinan penuh jika rencana mereka akan berhasil.

Beberapa jam sebelum mereka menuju stasiun. Terjadi sedikit perdebatan kecil antara Maher dan Iqbal. Iqbal meminta Maher dan Arkana untuk tinggal dipesantren temannya selama di kota L. Maher sempat menolak permintaan Abinya. Dia memilih untuk ngekos atau mengontrak sebuah rumah kecil untuk dirinya dan Arkana. Tentu saja alasannya agar mereka leluasa untuk mencari informasi tentang Alifa. Jika tinggal dilingkungan pesantren, bisa dipastikan waktu keluar mereka juga akan dibatasi. Padahal tujuan utama mereka datang ke kota L adalah Alifa.

“Tidak bisa Maher, Abi dan Ummi sudah memutuskan. Jika kau dan Arkana akan tinggal di pesantren Kiyai Hamid.” Iqbal menegaskan keinginannya.

“Tapi Bi, Maher dan Arka sudah mencari beberapa kontrakan dan kosan melalui teman kami.” Maher berusaha memberi alasan tanpa mengungkapkan alasan sebenarnya.

“Tidak ada penawaran Maher. Kau menuruti perkataan Abi atau sebaiknya Abi mengirimmu ke Kairo saja. Terserah kau yang menentukan sendiri.” Iqbal tak memberi pilihan lain pada Maher. Maher menghela nafas.

“Baiklah kalau itu memang keinginan Abi. Maher akan menuruti semua kemauan Abi.” Maher yang merasa tertekan pun akhirnya mengalah. Masalah rencana dan misi bisa dibicarakan lagi nanti. Tetapi jika Abinya benar-benar mengirimnya ke Kairo. Maka rencana mereka selama ini akan sepenuhnya gagal.

“Semua ini juga demi kebaikanmu nak. Abi dan Ummi ingin agar kau selalu berada dilingkungan yang baik. Disana juga kalian bisa lebih memperdalam ilmu agama kalian. Atau bahkan menerapkan semua ilmu yang sudah kalian dapatkan selama ini.” Laila menasehati putranya dengan lembut. Maher memang akan selalu luluh dengan kelembutan Umminya itu.

“Iya Ummi Maher mengerti. Maaf jika tadi Maher sempat berdebat dengan Abi.” Maher merendahkan suaranya dan menundukkan kepalanya. Dia merasa bersalah karena mendebat Abinya tadi.

“Tidak apa nak. Yang penting sekarang kau bisa memahami maksud Abi. Sudah sebaiknya kita berangkat ke stasiun sekarang. Atau Arkana serta Om dan Tantemu akan menunggu lama disana.” Iqbal mencoba menyudahi obrolan mereka. Tak lupa dia menepuk lembut bahu sang putra. Memberikan isyarat jika dirinya tak marah pada Maher.  Maher mengangguk setuju, kemudian mereka menuju stasiun.

Mereka memang memilih transportasi kereta. Alasannya karena lebih cepat dari pada menaiki bis. Jarak yang bisa dikatakan tak terlalu jauh pun menjadi salah satu  pertimbangan. Selain itu menurut mereka menggunakan kereta akan jauh lebih efektif. Disana juga sudah ada orang yang akan menjemput mereka di stasiun pemberhentian. Tentu saja orang dari pesantren Kiyai Hamid. Ternyata semalam Iqbal sudah mengurus semuanya. Sehingga Maher dan Arkan hanya perlu menuruti dan mengikuti semua yang dikatakan Abi Iqbal.

“Kak, apa yang kakak katakan lewat pesan itu benar?” Arkana berbisik memastikan. Pasalnya saat mereka dalam perjalanan menuju stasiun tadi. Arkana menerima sebuah pesan singkat dari Maher. Yang berisi tentang permintaan Abi Iqbal tentang tempat tinggal mereka selama disana.

“Iya itu kemauan Abi dan Ummi, aku tidak bisa menolaknya.” Jawab Maher ikut berbisik.

“Lalu bagaimana dengan misi-misi kita?” lanjut Arkana mencari kepastian.

“Nanti kita bicarakan lagi. yang penting sekarang kita ikuti saja dulu kemauan Abi.” Maher memastikan pada Arkana jika rencana dan misinya akan tetap diselesaikan. Arkana mengangguk tanda mengerti. kemudian mereka melangkah menuju tempat pemberhentian kereta. Menunggu kereta yang akan mereka tumpangi datang.

Waktu yang ditunggu tiba, saatnya untuk Maher dan Arkana berangkat. Mereka berpamitan pada seluruh keluarga. Tak tertinggal drama tetesan air mata oleh Ummi dan Bunda mereka. Padahal sudah sejak SD Arkana sudah tinggal dipesantren kakaknya. Tetapi tetap saja saat melepaskan anak untuk pergi Assyfa tak bisa menahan kesedihan dan air matanya.

"Udah dong Bun jangan nangis. Kan biasanya Arka juga tinggal dipesantren. Jadi gak akan jauh berbeda Bunda.” Arkana mencoba menenangkan bundanya.

“Tapi kan beda nak. Jika dipesantren ada Abi, Ummi, Mbah Kung dan Mbah Ti yang mengawasi dan menjagamu. Sedangkan disana kau tidak kenal siapa-siapa.” Assyfa mengungkapkan kecemasannya.

“Jangan cemas Bunda kan ada Maher. Maher yang akan menjaga Arka disana. Jadi Bunda jangan khawatir ya.” Maher ikut menenangkan Assyfa.

“Benar itu Bunda, lagi pula kan ada Fiya bersama Ayah dan Bunda. Selama ini juga kita baik-baik aja. Jadi ada atau enggaknya Kak Arka gak ada ngaruhnya.” Zafiya berusaha menenangkan dengan caranya sendiri.

“Adik nakal, berani bilang keberadaan kakak gak ngaruh awas kamu ya.” protes Arkana atas apa yang diucapkan adiknya.

“Sudah jangan berdebat, ini ditempat umum. Kalian ini mau berpisah lama mbok ya sedih-sedihan gitu loh. Bukannya berantem dan berdebat terus.” Rayhan menengahi mereka saat Zafiya hendak menyahuti perkataan kakaknya.

“Kereta kalian akan segera tiba. Cek kembali bawaan kalian jangan sampai ada yang tertinggal.” Potong Iqbal mengingatkan. Mereka berdua mengangguk sembari menggapai ransel dan tas masing-masing.

Bunyi kereta mulai terdengar memasuki stasiun. Tanda bahwa mereka harus melepas Arkana dan Maher. Sekali lagi mereka berpamitan dan saling berpelukan. Pesan-pesan singkat tak luput dari mulut Iqbal dan Rayhan. Menjadi bekal hidup untuk kedua putra mereka.

“Ummi jangan menangis. Maher akan baik-baik saja disana.” Maher menangkup kedua pipi Umminya. Saat melihat cairan bening mulai mengembung dipelupuk mata sang Ummi.

“Ummi tidak menangis. Jaga diri baik-baik disana, jangan lupa selalu kabari Ummi.” Laila berusaha menahan air matanya yang sudah hampir terjatuh.

“Pasti Ummi. Ummi dan Abi juga harus jaga diri, terutama kesehatan. Jangan terlalu sibuk.” Kali ini Maher yang memberikan nasehat pada kedua orang tuanya. Kemudian dia mengecup lembut kening Laila. Beberapa tetes air mata Laila akhirnya jatuh juga. Namun dengan cepat dia mengusapnya.

“Hati-hati ya Kak.” Zafiya menatap Arkana lembut.

“Kau juga harus jadi anak yang nurut. Jangan nakal dan jaga Ayah dan Bunda.” Arkana membalas tatapan sang Adik. Meski setiap bersama mereka akan selalu bertengkar. Tetapi rasa sayang diantara mereka sangatlah besar.

“Fiya pasti akan menjaga Bunda dan Ayah.” Zafiya menjawab dengan senyuman. Arkana mendekati adiknya dan menggapai tubuh Zafiya. Dia memeluk adik yang sangat disayanginya itu. Zafiya pun membalas pelukan sang kakak dengan sangat erat.

“Tolong bawa dia pulang ya Kak. Kembalikan senyum Bunda seperti dulu. Fiya juga ingin melihat senyum cerah Bunda seperti apa yang selalu kakak ceritakan.” Suara Zafiya bergetar. Sepertinya dia sedang menyembunyikan tangisnya dalam pelukan Arkana.

“Pasti, kakak pasti akan membawanya pulang. Sudah jangan menangis, nanti matamu bengkak.” Arkana memastikan diselingi dengan candaan. Zafiya menarik dirinya memukul pelan lengan Arkana. Kemudian dia mengusap air matanya. Arkana hanya tertawa melihat tingkah adik perempuannya itu.

“Sudah kalian harus segera naik ke kereta atau kalian akan tertinggal nanti.” Rayhan menyadarkan mereka jika waktunya sudah tiba.

“Kami berangkat ya. Assalamualaikum.” Maher mewakili memberi salam.

“Waalaikum salam.” Jawab mereka serempak. “ Jaga diri kalian baik-baik.” Sambung Assyfa memberikan senyum perpisahan. Mereka berua mengangguk,  dan menyalami mereka satu persatu. Kemudian mereka lekas masuk kedalam kereta.

Kereta berangkat diiringi lambaian tangan. Kini Maher dan Arkana akan menuju hidup yang baru. Dengan suasana dan tempat baru. Disana mereka akan menata masa depan mereka. Menentukan jalan yang akan menjadi tumpuan masa depan mereka. Mencoba mencari sesuatu yang telah lama hilang. Membawa kembali kebahagiaan ketengah-tengah keluarga. Tekat dan niat yang kuat menjadi semangat mereka untuk menggapai apa yang telah mereka rencanakan selama ini.

.

.

Bersambung....

.

.

.

Terimakasih yang selalu setia mendukung karya-karya ku. Jangan lupa Rate ya teman-teman, terimakasih.

Terpopuler

Comments

Ruby Talabiu

Ruby Talabiu

smangat ya thor up nya lanjutttt

2021-03-23

1

Pujiastuti

Pujiastuti

semangat ya thor upnya

2021-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!