Piknik Ala Keluarga Arkana

Dua hari sebelum keberangkatan Arkana dan Maher ke kota L. Rayhan dan keluarga kecilnya berencana menghabiskan waktu bersama. Setelah mereka pergi untuk menimba ilmu nanti. Mereka tidak akan punya banyak waktu untuk berkumpul degan keluarga. Meski saat ini teknologi sudah semakin maju. Hal itu tak akan pernah bisa menggantikan kebersamaan dan kehangatan keluarga saat berkumpul seperti ini.

Belakangan ini Assya terlihat sedikit murung. Alasannya tentu saja karena putra kesayangannya lagi-lagi akan pergi. Meski sejak kecil Arkana tinggal dipesantren dan jauh dari Rayhan dan Assyfa. Tetapi tetap saja, Assyfa masih berat melepaskan Arkana. Apalagi kali ini dia akan pergi ke kota yang jauh dari tempat tinggal mereka. Sebagai seorang ibu rasa cemas dan khawatir itu pasti ada.

Rayhan, Arkana dan Zafiya pun berusaha menghibur bundanya itu. Mereka mengadakan piknik kecil dibelakang rumah mereka. Meski terkesan sederhana dan apa adanya. Tak ada makanan mewah dan pemandangan indah. Tetapi hal itu sudah membuat mereka sangat senang, bisa menghabiskan waktu bersama dengan keluarga.

“Kak tolong bawakan makanannya ya.” Assyfa meminta tolong pada Arkana.

“Siap bundaku sayang.” Arkana tak langsung mengambil makanan yang ada dimeja. Dia lantas memeluk dan mencium pipi bundanya terlebih dahulu.

“Kakak sudah mau kuliah juga masih saja manja sama bunda.” Ejek Zafiya sang adik yang baru saja masuk ke dapur.

“Biarin wekk….. iri bilang bos.” Sahut Arkana menghampiri adiknya dan mengusap kepalanya kasar.

“Ih… kakak nanti jilbab Fiya berantakan. Lihat tuh bunda kelakuan anak laki-lakinya.” Protes Zafiya mengadu pada Assyfa.

“Ini tuh tanda sayang adekku.” Goda Arkana berusaha melakukannya lagi. Tapi kali ini Zafiya berhasil menghindar. Dia berlari kecil menghampiri bundanya dan berlindung dibalik tubuh sang bunda.

“Itu bukan tanda sayang, tapi kakak aja yang iseng. Kalau tanda sanyang tuh gini.” Zafiya mempraktekannya dengan memeluk erat Assyfa. Sebenarnya dia juga ingin mencium pipi bundanya. Tetapi karena tak sampai, dia hanya memeluk saja.

“Hahaha…..” Arkana justru tertawa melihat adiknya itu.

“Kenapa kakak tertawa? Lihat tuh Bun kakak ngetawain Fiya.” Zafiya memicingkan matanya tak mengerti alasan Arkana tertawa. Arkana pun berjalan mendekati mereka.

“Kamu tadi juga mau cium bunda kan? Tapi gak sampek….. hehehe…. Makanya sering-sering olah raga. Biar cepet gede dan tumbuh keatas gak kesamping.” Arkana mendekatkan wajahnya pada Zafiya sembari terkekeh.

“Kakak mau bilang Fiya gendut? Bunda memang Fiya gendut?” Zafiya yang mulai terprofokasi menatap Assyfa meminta kepastian. Arkana memang selalu berhasil mengoda adiknya dengan kata ajaib itu.

Assyfa menatap Arkana, sedikit memelototinya. Kalau kata itu sudah keluar pasti Zafiya akan berkali-kali bertanya padanya. Bagaimana caranya menurunkan berat badan? Bagaimana biar gak gendut? Inilah, itulah bahkan Zafiya sempat mengatakkan jika dia ingin diet dan mengurangi makan. Hal itu sempat membuat Assyfa dan Rayhan kelimpungan. Padahal pada kenyataanya berat badan Zafiya ideal sesuai dengan anak seumurannya. Hanya saja Arkana yang suka iseng menggoda adiknya.

“Fiya gak gendut kok sayang. berat badanmu ini sudah ideal nak. Jangan dengarkan omongan kakakmu. Dia hanya asal bicara saja.” Assyfa menenangkan anak bungsunya itu.

“Tuh Fiya gak gendut.” Zafiya mengulang jawaban bundanya dan menatap tajam Arkana yang masih terkekeh melihat ekspresi adiknya.

“Seneng yang dibelain.” Arkana hendak mengusap kepala Zafiya lagi. Tapi kali ini Assyfa yang menghentikan gerak tangannya.

“Kakak, sudah sana bawa makanannya.” Perintah Assyfa lagi penuh penekanan. Dia memberi kode melalui matanya agar Arkana tak lagi mengganggu adiknya.

“Iya… iya bunda.” Arkana akhirnya mengalah dan pergi melaksanakan perintak Assyfa.

Saat Assyfa dan Zafiya menyusul ke halaman belakang. Semua sudah berkumpul disana termasuk oma dan opa. Semua sudah siap duduk diatas tikar yang digelar dibawah pohon. Sepoi-sepoi angin menambah kesyahduan hari ini. Melengkapi kebersamaan mereka.

“Arkana lusa kau akan berangkat, apa kau sudah mengemasi barangmu?” tanya opa memastikan kesiapan cucu lelakinya.

"Sudah Opa tingga beberapa hal saja. Arka tidak membawa banyak barang. Hanya beberapa baju dan buku yang diperlukan saja.” Arkana menjawab sebelum memasukkan potongan apel kedalam mulutnya.

“Jangan lupa Mushafnya nak.” Oma ikut mengingatkan hal yang penting.

“Pasti Oma itu tidak akan pernah terlupa dan tertinggal. Kemana pun Arka pergi Mushaf adalah bawaan yang terpenting.” Arkana menjawab dengan mantap.

“Jangan lupa juga jadwal yang diberikan Abi Iqbal tentang setoran dan kajian wajib.” Kali ini Rayhan yang mengingatkan sang putra.

“Tenang saja Yah itu sudah hafal diluar kepala. Setoran seminggu sekali dan kajian wajib sebulan sekali setiap awal bulan hijriah.” Arkana kembali menunjukkan kemampuan mengingatnya. Tak lupa dengan senyum bangganya.

“Jangan cuma diingat tapi diajalankan dan diamalkan.” Assyfa meluruskan.

“Iya Bunda, Arkana pasti akan mengingat semua pesan dan nasehat kalian.” Arkana menatap keluarganya satu persatu penuh kasih sayang.

Zafiya yang mulai bosan mendengar pesan-pesan yang diberikan pada kakaknya mulai membuat rencana. Dia ingin melakukan sebuah permainan untuk menambah keseruan piknik ini. Permainan yang mungkin sudah sangat sering mereka lakukan. Tetapi Zafiya tidak akan pernah bosan melakukannya lagi dan lagi.

“Sudah cukup pesan-pesannya. Mendingan sekarang kita main aja.” Zafiya mulai menyampaikan idenya.

“Ok siapa takut.” Arkana menerima tantangan Zafiya penuh semangat.

“Kalau sudah siap semua kita mulai dari tebak surah ya?” Tanya Rayhan memberi pilihan.

“Setuju!!!” seru Zafiya dan Arkana bersamaan.

“Ok mulai dari Bunda dulu ya. Siap Kakak dan adik?” Assyfa memastikan kesiapan mereka.

“Siap Bunda.” Sahut mereka penuh semangat.

“Mulai dari adek, dengerin ya dek. Ehemm.. Bismillahirrohmanirrohim. Kalla innal insana layatgo. Arro ahustagna.” Assyfa mulai melafalkan beberapa ayat.

“Surat Al-Alaq.” Jawab Zafiya penuh keyakinan.

“Ya betul, good job adek.” Assyfa mengacungkan jempolnya dan memuji sang putri.

"Sekarang kakak ya, siap. Bismillahirrohmanirrohim. Iza rujjatil -ardu rajjah. Wa bussatil -jibalu bassa.” Assyfa menatap Arkana menunggunya menjawab.

“Al Waqi’ah, ayat 4 dan 5.” Arkana menjawab dengan sangat lengkap.

"Masyaallah betul sekali kakak. Alhamdulillah kakak dan adek bisa menjawab dengan sangat tepat.” Assyfa kembali memuji kedua anaknya.

“Ayah bangga pada kalian berdua. Teruslah bertumbuh menjadi yang terbaik.” Sahut Rayhan menimpali dan memberi semangat.

“Pasti dong Yah. Fiya kan ingin memberikan penghargaan tertinggi untuk ayah dan bunda kelak diakhirat. Memasangkan mahkota kehormatan untuk ayah dan bunda.” Zafiya menatap lembut kedua orang tuanya. Rayhan dan Assyfa terharu mendengar jawaban putri kecilnya itu. Oma dan Opa nya pun turut bangga pada cucu-cucu mereka.

Assyfa menggapai tubuh sang putri. Memeluknya lembut dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Arkana memperhatikan semua itu. Ini adalah salah satu hal yang tidak disukai Arkana. Melihat bundanya menangis, meski yang keluar adalah air mata haru dan bahagia. Tetapi tetap saja Arkana tidak suka melihat Assyfa menangis.

“Jadi mau lanjut gak nih permainannya?” tanya Arkana mencoba menyudahi suasana mellow ini.

“Tentu saja lanjut. Fiya sudah sangat siap hari ini.” Sahut Zafiya dengan semangat yang masih menggebu. Assyfa tersenyum melihat semangat Zafiya. Kemudian dia melepaskan pelukannya itu.

“Baik sekarang giliran ayah ya. Kita akan sambung ayat. Semua akan ikut bermain disini, termasuk Oma dan Opa. Tugas kita adalah melanjutkan ayat yang dibaca teman sebelumnya sekaligus menyimak dan membenarkan jika teman kita salah atau belum tepat saat membacanya.”  Rayhan menyampaikan aturan permainannya.

“Ini nih yang Arka suka. Ayo Yah lest go.” Arkana sudah tak sabar.

“Opa dan Oma juga tidak akan kalah dari kalian.” Sahut Opa tak mau kalah.

“Siap ya, ayah mulai dulu. Kita akan baca surat Al- Mulk. Ehem… ehem…. Bismillahirrohmanirrohim. Tabarakallazi biyadihil - mulku wa huwa ‘ala kulli syai’ing qadir.” Rayhan mulai membaca ayat pertama.

“Allazi  khalaqal-mauta wal-hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, wa huwal-‘azizil-gafur.” Assyfa melanjutkan ayat kedua.

“Allazi khalaqa sab’a samawatin tibaqa, ma tara fi khalqi-rahmani min tafawut, farji’il-basara hal tara min futur.” Dilanjutkan oleh Arkana.

“Tsummarji’il-basara karrataini yangqalib ilaikal-basaru khasi ‘aw wa huwa hasir.” Zafiya melanjutkan dengan tartilnya.

“Wa laqad zayyannas-sama ‘ad-dun-ya bimasabiha wa ja’alnaha rujumal lisy-syayatini wa a’tadna lahum ‘azabas-sa’ir.” Opa melanjutkan dengan lancar.

“Wa lillazina kafaru birrabihim ‘azabu jahannam, wa bi’sal-masir.” Dilanjutkan oleh Oma. Kemudian kebali lagi ke Rayhan dan mengikuti putaran pertama sampai ayat terakhir.

Mereka saling mengoreksi bacaan satu sama lain. Beberapa kali juga Assyfa dan Arkana membantu Zafiya mengingat hafalannya. Meski umurnya masih 14 tahun, namun semangatnya menghafal cukup tinggi. Bahkan dia terbilang lebih cepat menghafal dibandingkan dengan kakaknya dulu. Arkana dan Zafiya adalah tabungan akhirat untuk Rayhan dan Assyfa. Yang kelak akan menyelamatkannya dan keluarganya. Serta menempatkannya bersama orang-orang yang shalih.

.

.

Bersambung.....

.

.

.

Jangan lupa like, vote, Rate dan hadiahnya. Jangan sungkan memberikan komen dan masukan.  Terimakasih.

Terpopuler

Comments

Ruby Talabiu

Ruby Talabiu

lanjut,aqu bangat smoga keluarga kita kaya keluarga rayhan dan assyfa

2021-03-22

2

Rika Widiawati

Rika Widiawati

bahagia banget memiliki anak2 seperti mereka mengutamakan apa yg jadi utama

2021-03-22

3

Az zahra

Az zahra

lanjut thor

2021-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!