Malam ini adalah malam kelulusan Arkana Zayid Al Ghifari dan Maher Abdullah Ar Rasyid. Usia kakak beradik ini yang hanya terpaut 2 bulan, menjadikan mereka teman seangkatan. Setelah malam ini mereka secara resmi melepas seragam putih abu-abunya. Bersiap memulai langkah baru untuk mewujudkan cita.
Maher yang notabene seorang Gus dari pondok pesantren Darul Iman dan putra seorang Kiyai Iqbal Ar Rasyid. Mengharuskan dirinya menimba ilmu dan memperdalam ilmu agama. Kelak dia juga lah yang akan menggantikan Abinya melanjutkan dakwah. Sejak kaecil Maher sudah terbiasa disodorkan dengan pembelajaran akhlak dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan sejak usia 3 tahun Maher sudah menghafal huruf hijaiah dan beberapa surat pendek.
Tak jauh berbeda dengan Maher, Arkana sang adik sepupu pun tak kalah hebatnya. Selain telah menghafal Al-Qur’an sejak kecil. Dia juga mewarisi suara indah bundanya yang adalah seorang Qori. Beberapa kali Arkana juga mengikuti lomba Qiro dan kerap kali menyabet juara satu. Meski memiliki suara yang merdu. Arkana bukan tipe pria yang suka memamerkan suaranya disembarang tempat. Dia tak kan pernah mau jika diminta menyanyi diatas panggung dalam acara besar. Dia merasa lebih nyaman menyalurkan hobi menyanyinya hanya pada acara keluarga saja. Mungkin sifat inilah yang diturunkan ayahnya pada Arkana.
Kedua pria yang memiliki wajah tampan dan segudang talenta itu. Menjadi bulan-bulanan para gadis seusianya bahkan yang jauh dibawahnya. Banyak sekali gadis yang berusaha menarik perhatian mereka. Tak terkecuali para santriwati podok pesantren Abi Maher. Mereka akan selalu mencari alasan agar bisa bertemu dengan kedua pria yang menurut mereka idaman seluruh wanita. Berkat iman yang telah ditanamkan sejak dini. Membuat Maher dan Arkana tak mudah digoyahkan dan digoda. Setiap kali mereka merasa ada yang hendak mendekati. Justru mereka akan segera memasang pembatas. Dengan sikap tegas dan keteguhan prinsip. Mereka berhasil membuat beberapa gadis menyerah dengan sendirinya.
Sejak SD mereka termasuk juga adik dan kakak sepupu mereka bersekolah di pesantren Abi Iqbal. Kekompakan mereka sejak kecil yang tak pernah mau berpisah. Mengharuskan para orang tua mau tidak mau mengizinkan mereka mondok sejak usia 7 tahun. Meski terkadang masih belum rela berpisah dengan anak diusia yang masih sangat kecil. Tetapi keinginan anak tetaplah menjadi prioritas. Apalagi keinginan mereka sangatlah baik. Jadi tidak ada alasan untuk melarang keinginan mereka.
Seperti biasanya dimalam kelulusan, pesantren akan mengadakan acara pelepasan sekaligus do’a bersama. Pihak pesantren juga akan memberikan penghargaan kepada santri-santri yang berprestasi. Baik dalam bidang agama maupun dalam bidang umum. Mereka semua mendapat apresiasi yang sama. Dalam acara ini juga biasanya pesantren akan menampilkan keterampilan para santri dan satriwati.
Pihak pesantren sengaja menampilkan beberapa kelebihan yang dimiliki para santrinya. Seperti saat ini, para santri kecil yang berusia 7-9 tahun. Berjejer diatas panggung dan membacakan hafalan juz 30 nya. Mereka juga memberikan kesempatan para santri yang berprestasi dalam Qiroah untuk menunjukkan kemampuannya. Selain untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kepuasan para santri. Pihak pesantren juga menjadikah hal itu sebagai penarik minat masyarakat. Agar mereka tahu apa saja yang sudah didapatkan santri yang belajar di pesantren Darul Iman. Dengan begitu pihak pesantren berharap banyak anak-anak yang tertarik untuk belajar dan memperdalam ilmu agama dipesantren mereka.
Acara usai, banyak para santri yang saling berpelukan. Mereka yang sudah sampai ditahap akhir berpamitan dan menyampaikan pesan-pesan kepada para juniornya. Tak sedikit dari junior mereka yang meneteskan air mata. Memang sangat berat melepaskan kepergian orang yang sangat dekat dekat kita. Apalagi selama mondok mereka hidup dalam satu atap. Setiap hari bertemu dan bersama. Tetapi tugas para senior telah usah dipesantren ini. Setelah ini waktunya bagi mereka melakukan pembuktian diri. Menerapkan segala ilmu yang didapatkan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Rencananya kalian mau melanjutkan kemana setelah ini?” Rayhan ayah Arkana menatap putranya. Ya saat ini keluarga besar sedang berkumpul dirumah utama.
"Kami ingin melanjutkan kuliah di kota L yah.” Arkana dan Maher saling bertukar pandangan memberi kode.
“Eh… kenapa tidak melanjutkan ke luar negeri saja. Misalnya ke Kairo, Yaman, Turki atau ke London.” Kali ini Abah atau mbah kung memberi saran.
“Tidak Mbah kung kami lebih suka didalam negeri. Lagi pula pendidikan dikota L juga bagus. Disana juga ada jurusan pendidikan Al-Qur’an dan Hadist.” Sambung Maher memberi alasan.
“Ya sudah terserah kalian saja. Apapun keputusan kalian asalkan itu baik kami pasti akan mendukung.” Sahut Mbah Ti mendukung keputusan mereka.
“Betul itu nak, dimana pun kalian menimba ilmu asalkan dijalankan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Hasilnya juga pasti akan bagus dan berhasil.” Sambung Assyfa Bunda Arkana dengan tatapan lembutnya.
“Semua itu kuncinya adalah tekun dan serius. Jangan main-main dalam mencari ilmu. Ilmu itu sumber makanan untuk otak dan hati kita. Kalau kita tidak bisa memberikan asupan makanan yang bergizi untuk keduanya. Lalu bagaimana mereka akan bisa bekerja dengan baik.” Lanjut Laila Ummi Maher ikut memberi nasehat.
“Siap bunda, Ummi kami pasti akan tekun dan bersungguh-sungguh. Agar bisa menjadi kebanggan kalian dan kelak bisa sukses seperti ayah dan Abi.” Jawab Arkana penuh keyakinan. Semua orang tersenyum melihat kedua putra mereka telah tumbuh dengan pribadi yang mandiri. Sedangkan Arkana dan Maher kembali bertukar pandangan dengan senyuman penuh makna.
Ditempat lain, ketika semua anak merayakan pesta kelulusannya dengan gembira. Pagi ini terlihat seorang gadis tengah duduk termenung disalah satu sudut sekolah. Ditemani oleh sahabat setianya Jihan yang tak henti mengomel. Jihan merasa sangat kesal pada ibu dan adik tiri sahabatnya itu. Bisa-bisanya mereka berbuat sesuka hati. Keadaan buruk selalu menimpa sahabatnya itu dan membuatnya merasa iba padanya. Namun dia juga tak bisa melakukan apapun. Dia tidak mungkin melawan keluarga sahabatnya itu.
Farah adalah seorang gadis yang harus rela putus sekolah. Padahal baru satu tahun dia menjadi siswa SMA, dan ditahun ini dia akan naik ke kelas XI. Tetapi apa mau dikata, sang ibu tiri tak sudi membiayai sekolahnya. Dengan alasan uang mereka yang tidak cukup jika harus menyekolahkan dua anak. Sehingga sang ibu pun memilih untuk melanjutkan seolah adik Farah yang merupakan putri kandungnya dan mengorbankan sang anak tiri.
Ingin rasanya Farah melawan dan menolak keinginan sang ibu. Tetapi saat ini dia tidak bisa berbuat banyak. Sang ibu selalu saja mengancamnya dengan keselamatan papa. Papa Farah yang menderita stroke sejak 3 tahun lalu menjadi satu-satunya kekuatan Farah. Sejak jatuh sakit, tak ada yang mengurus perusahaan mereka dengan baik. Sehingga mengakibatkan perusahaan mereka mengalami kebangkrutan. Alasan itulah yang selalu dikatakan ibu untuk menekan Farah. Bahkan ibu pun tak pernah ragu menyuruh Farah untuk bekerja dan mencari uang. Demi mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari.
Kehidupan Farah memang tak semudah kehidupan anak pada umumnya. Sejak kecil dia sering ditindas oleh adik tirinya. Sepanjang hari dia harus melakukan pekerjaan rumah layaknya seorang pembantu. Awalnya papa tak pernah mengetahui hal itu. Ancaman dari ibu dan adik tirinya membuat Farah tidak pernah berani mengatakan semua kebenarannya. Namun ketika papa mulai mengetahui perbuatan semena-mena mereka. Tanpa ada yang tahu alasannya, tiba-tiba saja papa jatuh sakit. Tak lama setelah itu kondisi papa terus memburuk dan bahkan sekarang mengalami stroke. Tak bisa bergerak dan turun dari ranjang. Papa hanya bisa terbaring diatas ranjang.
“Dasar nenek sihir, anak dan ibu sama saja. Sukanya menindas orang lain. Seenaknya saja dia memintamu berhenti sekolah. Sedangkan anaknya yang manja itu disekolahkan di SMA favorit.” Gerutu Jihan dengan kesalnya.
“Sudahlah Jihan mungkin memang ini sudah menjadi jalanku. Aku ikhlas kok, insyaallah ini adalah yang terbaik.” Farah justru menenangkannya dengan penuh ketabahan.
“Aku gak bisa sesabar dan setabah kamu ya Far. Kalau saja ada kesempatan rasanya pengen aku bejek-bejek mereka berdua.” Jihan masih meluapkan kekesalannya.
“Jangan macem-macem deh Han. Kamu enggak ingat apa, sama apa yang terjadi padamu dan keluargamu dulu.” Sahut Farah mengingatkan Jihan.
“Mereka itu memang orang-orang yang kejam.” Sambung Jihan mengingat kejadian kelam itu.
Tepat 4 tahun yang lalu, ketika Farah dan Jihan masih kelas 6 SD. Kala itu Jihan kecil berusaha membantu Farah yang terus ditindas dan dibully oleh Gina sang adik tiri. Bahkan orang tua Jihan pun ikut menegur ibu Farah agar bisa memberi tahu Gina untuk tidak menyakiti Farah disekolah. Bukanya berterimakasih karena diingatkan. Ibu Farah justru marah-marah dan menghina mereka. Bahkan ibu Farah juga sampai merusak sawah dan ladang mereka. Sehingga menyebabkan mereka gagal panen dan mengalami kerugian besar. Sejak saat itu tak ada orang yang berani melawan ibu Farah. Mereka hanya bisa membantu Farah secara diam-diam.
.
.
Bersambung....
.
.
.
Jangan lupa setelah baca biasakan tekan like ya. Beri komen, hadia dan vote juga untuk cerita ini. Tambahkan ke favorit juga teman. Terimakasih untuk kalian semuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Irmawati
jangan jangan farah itu anak y farhan
2022-01-17
0
Rosita Husin Zen
siapa itu Thor gadis yg bernama farah kasihan banget ya....Poto visualnya mana
2021-06-23
1
Alfiansyah Yulia
farah itu alifa apa thor....???
2021-03-27
1